Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon merupakan sebuah daerah yang menyimpan beragam mitos. Salah satunya adalah mitos tentang sebuah lahan yang konon tidak boleh digunakan atau dimanfaatkan.
Warga desa setempat lebih mengenal lahan 'terlarang' itu dengan nama Tengger Ciut. Lokasinya sendiri berada di antara area persawahan yang ada di Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon.
Hingga kini, lahan tersebut tidak ada yang memanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja. Kondisinya pun hanya dipenuhi oleh rumput maupun tanaman liar lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi Sucipto (55), salah seorang warga setempat mengatakan, tengger ciut merupakan sebuah lahan milik pemerintah desa setempat. Lahan tersebut memiliki luas sekitar 2,4 Hektare.
"Tanahnya (lahan tengger ciut statusnya) punya desa. Luasnya kurang lebih 2,4 Hektare," kata Adi saat berbincang dengan detikJabar di Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, baru-baru ini.
Sepintas, tidak ada yang aneh dari lahan tersebut. Namun, tidak ada padi ataupun sayuran yang ditanam di lahan tersebut. Padahal, di sekitarnya banyak lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk menanam padi maupun sayuran-sayuran.
Adi yang pernah menjabat sebagai perangkat Desa Slangit itu mengatakan, lahan tersebut sebenarnya sempat beberapa kali digunakan untuk berbagai keperluan. Seperti digunakan untuk membangun rumah, dipakai sebagai lapangan olahraga hingga dimanfaatkan untuk mendirikan kandang ternak milik warga.
Namun, kata Adi, penggunaan lahan tersebut selalu tidak berlangsung lama. Berbagai keanehan selalu muncul ketika lahan tersebut mulai digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
Seperti contohnya ketika lahan tersebut digunakan untuk membangun rumah. Saat menempati rumah yang dibangun di atas lahan tersebut, para penghuninya pun selalu mengalami kejadian-kejadian aneh.
"Sekitar tahun 1970-an di lahan itu pernah dibangun rumah khusus untuk orang tidak mampu. Tapi apa yang terjadi. Selama menempati rumah itu banyak gangguan-gangguan gaib. Akhirnya mereka ngga kuat," kata Adi.
Selain itu, berbagai kejadian juga kerap muncul ketika lahan tersebut dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai lapangan sepak bola. Selama digunakan, tidak jarang ada pemain yang mengalami cedera maupun luka.
"Lahan itu pernah dicoba juga digunakan untuk lapangan sepak bola. Dan sama, banyak kejadian juga. Sering ada yang keseleo dan patah tulang. Akhirnya tidak digunakan lagi," kata Adi.
Selanjutnya beragam peristiwa di luar nalar pun sering terjadi ketika lahan yang dikenal dengan nama tengger ciut itu digunakan untuk mendirikan kandang peternakan kerbau milik warga.
"Di Desa Slangit itu dulu ada peternak kerbau. Kalau jaman dulu kan sebelum ada traktor, membajak sawah itu masih pakai kerbau. Jadi dulu di Desa Slangit itu banyak peternak kerbau. Dan waktu itu oleh desa difasilitasi (lahan)," kata dia.
"Jadi (pemerintah) desa mempersilakan para peternak kerbau (menggunakan lahan). Gratis. Di lahan itu juga, namanya tengger ciut," ucap Adi menambahkan.
Setelah digunakan untuk mendirikan kandang peternakan kerbau, berbagai kejadian aneh pun sering terjadi. Para peternak kerap mendapati kerbau milik mereka yang keguguran.
"Kalau bahasa sini sih kerbaunya itu runtuh. Kalau bahasa Indonesianya itu kerbaunya keguruan. Pokoknya banyak kejadian-kejadian tidak normal," kata dia.
Akibat banyaknya kejadian-kejadian aneh, hingga kini tidak ada yang memanfaatkan lahan tersebut. Saat ini lahan itu hanya dibiarkan begitu saja.
Kondisinya pun terlihat banyak ditumbuhi oleh rumput maupun berbagai tanaman liar lainnya. Warga desa hanya menggunakan lahan tersebut sebagai tempat menggembala hewan ternak maupun mengambil rumput.
"Sekarang (tengger ciut) paling dimanfaatkan buat gembala (hewan ternak) atau buat ngambil rumput aja. Kalau itu ngga apa-apa," kata Adi.
(sud/sud)