Sejarah dan Harga Tiket Masuk Keraton Kaprabonan Cirebon

Sejarah dan Harga Tiket Masuk Keraton Kaprabonan Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 04 Feb 2024 07:00 WIB
Keraton Kaprabonan.
Keraton Kaprabonan. Foto: Fahmi Labibinajib
Cirebon -

Selain memiliki tiga keraton besar, Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan. Ada satu lagi keraton yang ada di Cirebon, yakni Keraton Kaprabonan.

Dibandingkan dengan ketiga keraton lain. Keraton Kaprabonan lebih kecil dibandingkan tiiga lainnya. Luasnya sekitar satu hektare.

Letaknya di kawasan belakang pertokoan Pasar Kanoman. Meskipun dekat dengan pasar. Tapi suasana Keraton Kaprabonan sangat bersih dan asri. Hampir tidak ada sampah yang berserakan di sekitar keraton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum masuk pengujung harus melewati gang terlebih dahulu. Nampak ketika masuk gang ada sebuah gapura yang bernama Dalung Darma. Konon nama ini diambil karena saat belum ada listrik masyarakat sekitar keraton menggunakan dalung darma yang dicampur dengan getah karet sebagai alat penerangan. Dalung Darma dijadikan lambang keraton yang bermakna menyinari dalam kegelapan seperti ilmu.

Masuk di bagian depan ada musala atau langgar yang konon berusia 3 Abad lebih. Musala Kaprabon tersebut sering digunakan sebagai tempat tawasul dan maulid nabi. Di bagian dinding depan terdapat banyak ornamen dan tempelan keramik.

ADVERTISEMENT

Menurut Sutajaya penjaga Keraton Kaprabonan, hingga hari ini semua bagian langgar dari mulai kayu penyangga dan temboknya tidak banyak yang berubah dan masih dipertahankan seperti bentuk aslinya.

Di samping musala terdapat dua patung singa dan gapura yang berbentuk seperti kubah masjid yang ditopang oleh dua pilar yang dihiasi patung udang dan dua keramik dibagian bawahnya. Diatasnya terdapat lambang keraton Keprabon. Tidak jauh dari gapura ada gedung yang terlihat dalam kondisi rusak. Menurut Sutajaya, dulunya gedung tersebut merupakan Pulantara atau tempat tinggal anak-anak pangeran.

"Rencananya nanti mau direnovasi," tutur Sutajaya beberapa waktu lalu.

Masuk ke dalam gapura ada gedung khusus yang menjadi tempat sultan dalam menerima tamu penting. Di sampingnya ada dua peti besar yang berisi benda bersejarah seperti keris, tombak, pedang dan wayang. Benda-benda bersejarah tersebut dikeluarkan pada saat ritual panjang jimat. Di bagian belakang ada juga sumur yang airnya tidak pernah surut dan hanya dibuka di waktu tertentu saja.

Sejarah Keraton Kaprabonan

Menurut Sutajaya Keraton Kaprabon berdiri pada abad 17 oleh putra mahkota dari Kesultanan Kanoman Pangeran Adipati Kaprabon anak dari Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya. Awalnya Pangeran Adipati Kaprabon akan dinobatkan menjadi seorang Sultan Kesultanan Kanoman.

Namun Pangeran Adipati Kaprabon memilih pergi meninggalkan keraton untuk memperdalam agama Islam. Ia menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada adiknya Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadaruddin.

Pada masa itu kondisi politik keraton sedang memanas. Banyak perlawanan dan tekanan Belanda kepada keraton, sehingga membuat Pangeran Adipati Kaprabon pergi dari keraton untuk menjauh dari dinamika politik. Kemudian, ia mendirikan sebuah peguron atau tempat pembelajaran yang jaraknya tidak jauh dari Keraton Kanoman.

Bersama dengan pengikutnya, Pangeran Adipati Kaprabon mensyiarkan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, tempat tersebut dikenal sebagai tempat para intelektual keraton yang ingin belajar Islam. Karena pengikutnya bertambah banyak, Pangeran Kaprabon mulai mendirikan langgar atau musala kecil sebagai tempat belajar para pengikutnya.

Seiring berjalannya waktu, kepimpinan Keraton Kaprabonan pun silih berganti. Singkatnya, pada 2011, Pangeran Hempi Raja Kaprabon yang saat itu memimpin Keraton Kaprabonan membuat pernyataan tentang status keraton yang dipimpinnya. Surat pernyataan itu menyebutkan Kaprabonan bukan hanya peguron atau tempat belajar, melainkan sebuahkerajaan.

Pernyataan yang dikeluarkan Hempi itu berlandaskan pada pengakuan surat pejabat Cirebon pada masa pendudukan Jepang yang menyebutkan Kaprabon sebagai sebuah kerajaan.

Pangeran Hempi mangkat pada 2021. Keraton Kaprabonan kemudian munjuk PangeranHandi sebagai pengganti Hempi. Handi merupakan adik dari Hempi.

Tiket Masuk

Meskipun keraton kecil, menurut Sutajaya masih banyak orang yang mengunjungi Keraton Kaprabon. Bagi pengunjung yang ingin berkunjung, tidak dikenakan biaya tiket masuk.

"Kalau di sini mah bebas mau ngasih nggak papa, nggak ngasih juga nggak papa," kata Sutajaya.

Di keraton Kaprabonan ada beberapa tradisi yang masih dilaksanakan seperti panjang jimat, bubur suro, peringatan maulid dan tawassul. Lokasinya cukup dekat dari pusat kota. Dari Alun-Alun Kejaksan ambil ke arah jalan Siliwangi menuju gang Radimin I lalu belok kiri ke Jalan Kanoman lalu belok kanan setelah ke Jalan Lemahwungkuk lalu belok kiri nanti terlihat gapura yang bertuliskan Keraton Kaprabonan.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads