Cirebon memiliki ragam budaya dan seni, salah satunya karya seni rupa lukisan kaca yang masih bertahan hingga saat ini. Namun, kini nasib dari para pelaku lukisan kaca di Cirebon kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Salah satunya pelukis kaca asal Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon Kusdono Rastika (45). Kusdono merupakan anak dari seorang maestro lukis kaca Cirebon, yakni Rasika. Kusdono sudah lama berkecimpung di dunia seni lukis kaca.
"Dari kecil saya memang sudah suka menggambar. Dulu waktu saya 14 tahun dibimbing langsung sama bapak saya untuk membuat pola gambar dan pencampuran warna dasar. Sehingga bisa menciptakan sejumlah warna," kata dia kepada detikJabar, Rabu (31/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Daftar 118 Warisan Budaya Tak Benda di Jabar |
Untuk mendalami proses pembuatan lukisan kaca, Kusdono mengaku cukup lama mempelajarinya dan membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan. Dalam setengah tahun itu, Kusdono mampu menghasilkan lukisan kaca yang dianggapnya sempurna.
"Dulu saya pelajari lukisan kaca butuh waktu enam bulan, karena saya harus mempelajari pola dan pencampuran warna yang detail," ucapnya.
Untuk membuat karya seni lukisan kaca, ia menjelaskan lukisan tersebut menggunakan cat besi dengan kanvas kaca secara langsung. Dipilihnya cat untuk besi karena memiliki ketahanan cukup baik.
"Saya rasa yang membedakan tingkat kesulitan pada lukisan ini karena langsung melukis di atas kaca, itu yang membuat kesulitan sendiri," bebernya.
Untuk bisa menyelesaikan lukisan kaca berukuran 30x40 sentimeter, Kusdono dapat menyelesaikan selama satu hari dengan motif yang sederhana. "Kalau motifnya sederhana saya bisa selesaikan satu hari," ucapnya.
Meskipun sudah puluhan tahun terjun dalam seni lukisan kaca, ia tidak memungkiri masih memiliki kesulitan dalam proses pembuatan. Terutama untuk motif yang diminta langsung oleh pembeli, terkadang motif yang diminta memiliki tingkat kesulitan tersendiri.
"Paling susah itu motif pesanan, custom dari pembeli dan proses pengerjaannya bisa mencapai satu bulan. Soalnya harus dikerjakan secara detail," ujarnya.
Selama menggeluti lukisan kaca, ia menerangkan sejumlah tokoh besar Indonesia meminta secara langsung kepadanya untuk dibuatkan karya lukisan kaca. Sejumlah tokoh itu diantaranya, Rini Sumarno mantan Menteri BUMN, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Bupati Cirebon Imron Rosyadi dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Selama berkarir menjadi pelukis kaca karya saya sudah bisa tembus pasar internasional, karya sudah berhasil di pesan oleh sejumlah negara diantaranya di Amerika maupun Eropa," ujarnya.
Sepi Pesanan
Beberapa tahun belakangan ini, peminat lukisan kaca sudah mulai berkurang. "Kalau sekarang saya sih merasa sedih, karena dulu di era bapak saya lukisan kaca sangat berharga, dan Cirebon dikenal sampai mancanegara," tegasnya.
Ia mengatakan, saat ini penjualan lukisan kaca sudah mulai berkurang karena minimnya ruang untuk pemasaran. Untuk harga lukisan kaca ukuran 30x40 sentimeter Rp 1 jutaan. Namun, harga juga disesuaikan dengan tingkat kesulitan lukisan.
"Intinya sih udah susah cari wadah penjualan bagi seniman lukisan kaca," bebernya.
Kusdono sejak dulu berjuang untuk membesarkan lukisan kaca di Cirebon. Ia merupakan disabilitas yang punya daya juang untuk mempertahankan seni dan tradisi tanah kelahirannya. Kusdono pun berpesan kepada kelompok disabilitas lainnya untuk bisa terus mengembangkan bakat untuk bisa terus berkarya
Ayah dari satu anak ini berharap kepada pemerintah untuk bisa memperhatikan nasib para seniman. Karena keberlangsungan hidup seniman belum begitu terjamin.
"Ibaratnya satu bulan sepi pesanan kadang juga ramai pesanan, saya harap pemerintah bisa memperhatikan seniman," ujarnya.
Setiap seniman, ia menegaskan selalu memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemerintah bisa memberikan bantuan stimulan bagi seniman, bukan hanya sekedar menyerahkan bantuan sembako.
"Jangan anggap seniman itu sebagai pelengkap, pemerintah harus prioritaskan seniman sebagai penerus kekayaan budaya tak benda," pungkasnya.
(sud/sud)