Menilik Prasasti Huludayeuh Peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon

Menilik Prasasti Huludayeuh Peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 21 Jan 2024 07:30 WIB
Prasasti Huludayeuh peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon.
Prasasti Huludayeuh peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kabupaten Cirebon -

yang memiliki tinggi sekitar 74 cm dengan lebar 36 cm dan tebal 20 cm. Di bagian depan batu terdapat sebuah tulisan dengan menggunakan aksara Kawi dalam bahasa Sunda Kuno.

Batu yang terletak di tengah-tengah sawah dengan latar belakang pemandangan perbukitan tersebut merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Pajajaran. Oleh masyarakat sekitar, prasasti itu dikenal dengan nama Prasasti Huludayeuh. Dibuat dengan menggunakan batu alam yang telah dipahat oleh Raja Pajajaran bernama Raja Surawisesa.

Dilansir dari Jurnal yang berjudul Prasasti Huludayeuh karya Hasan Djafar, Raja Surawisesa merupakan Raja Pajajaran setelah Sri Baduga Prabu Siliwangi wafat. Memimpin Pajajaran sekitar tahun 1521-1535 M. Beliau juga yang membangun Prasasti Batu Tulis di Bogor, Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya Prasasti Huludayeuh ditemukan oleh warga sekitar. Namun pada tahun 1991 baru diketahui oleh para peneliti. Akademisi dan Dosen Sejarah IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tendi mengatakan Prasasti Huludayeuh memang peninggalan dari Kerajaan Pajajaran yang dibuat sekitar abad ke 15 atau permulaan abad ke-16 Masehi.

Menurut Tendi, Prasasti Huludayeuh berisi tentang pencapaian dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam membangun Kerajaan Pajajaran. Saat diterjemahkan, isi Prasasti Huludayeuh menyebutkan tentang keberhasilan Sri Baduga Prabu Siliwangi dalam membangun infrastruktur untuk masyarakat seperti parit, irigasi, kanal, dan bendungan.

ADVERTISEMENT

"Dalam struktur aksaranya banyak sekali menyebutkan tentang pembangunan di masa Prabu Siliwangi. Ini menegaskan bahwa Prabu Siliwangi melakukan banyak hal untuk kesejahteraan masyarakat," tutur Tendi, belum lama ini.

Prasasti Huludayeuh peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon.Prasasti Huludayeuh peninggalan Kerajaan Pajajaran di Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Meskipun letaknya tepat di tengah-tengah kawasan pertanian yang subur dan diapit oleh perbukitan, di sekitar Prasasti Huludayeuh belum ditemukan adanya bukti arkeologis bahwa dulunya merupakan tempat pemukiman penduduk.

Tapi yang jelas menurut Tendi, selain menunjukkan pencapaian dari Sri Baduga Prabu Siliwangi dalam memimpin Pajajaran, Prasasti Huludayeuh menjadi tanda batas wilayah antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Cirebon.

"Beberapa catatan sejarah seperti babad, naskah dan sumber kolonial, pada masa itu Cirebon sudah memiliki pengaruh kekuasaan yang cukup kuat. Meskipun belum sekuat beberapa tahun setelahnya," tutur Tendi.

Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Banyak ditemukan kerajaan kecil yang tunduk pada kerajaan Pajajaran salah satunya adalah kerajaan Rajagaluh yang berbatasan langsung dengan Cirebon. Namun sebagai sebuah kerajaan baru, Cirebon tidak tunduk kepada Pajajaran.

Pada saat ditemukan, kondisi Prasasti Huludayeuh tidak dalam keadaan utuh. Bagian kiri dan kanan sudah tidak lagi sempurna. Bekas tulisannya pun banyak yang hilang. Meskipun begitu masih terdapat 11 baris tulisan dapat terbaca oleh para peneliti.

Untuk lebih jelasnya berikut isi dari 11 bait yang tersisa dari Prasasti Huludayeuh yang detikJabar rangkum.

.....Ratu, puruna...

.... Sri mah haraja...

Haji di pakwan/ syan ra(tu)

Dewata pun/ masa sya

.... retakon/bumi naha....

....lipukan/na bwan/na...

....haran san dwi sisukan/laja

....na rabahkan/ikan ka..

....susi padakah..nalasan/

....na udubasu mi pata...

...isi nakan kala....

Agar tidak rusak di sekitar prasasti diberi pagar pembatas dan atap pelindung agar terhindar dari cuaca panas dan hujan.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads