Kisah Bos Lontong Legendaris di Cirebon, Berhaji-Sarjanakan 4 Anak

Serba-serbi Warga

Kisah Bos Lontong Legendaris di Cirebon, Berhaji-Sarjanakan 4 Anak

Devteo Mahardika - detikJabar
Minggu, 14 Jan 2024 07:00 WIB
Proses pembuatan lontong legendaris di Kota Cirebon.
Proses pembuatan lontong legendaris di Kota Cirebon. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Cirebon -

Siapa yang tidak kenal dengan lontong, makanan ini terbuat dari beras dan dibungkus menggunakan daun pisang. Tidak jarang, lontong seringkali dijadikan menu sarapan seperti lontong sayur, ketoprak hingga menjadi teman saat menyantap gorengan.

Namun siapa sangka, untuk membuat lontong dibutuhkan keahlian serta kesabaran. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pembuat lontong asal Kota Cirebon Yani (61) saat ditemui detikJabar, Sabtu (13/1/2024).

Wanita yang mulai menapaki kakinya sebagai produsen lontong sejak tahun 1975 di Kota Cirebon ini menceritakan, dalam sehari dirinya mampu memproduksi lontong sebanyak 2.000 dibantu empat orang karyawannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehari bikin 2.000 lontong, itu dibantu sama empat orang yang kerja di saya," bebernya.

Rumah produksinya berlokasi di Jalan Kandang Perahu, Kelurahan Karyamulya, Kota Cirebon. Rumahnya itu tampak terlihat tidak pernah sepi. Mengingat sejumlah tahapan, setiap harinya selalu dikerjakan guna memenuhi kebutuhan pelanggannya.

ADVERTISEMENT

"Kalau produksi setiap hari nggak pernah berhenti, soalnya pelanggan saya udah banyak dan itu pasti setiap hari beli lontong dari saya," ucapnya.

Dalam sekali produksi, menghabiskan sebanyak tiga karung beras yang masing-masing seberat 50 kilogram. Tidak hanya itu saja, dibutuhkan juga ratusan lembar daun pisang yang dijadikan sebagai bungkus lontong.

"Kalau sehari, buat beras kami selalu pakai beras premium ya habis lah tiga karung, kalau daun sendiri kami ambil langsung ke warga Kabupaten Cirebon," bebernya.

Sebagai bahan untuk merebus lontong, dia masih mempertahankan menggunakan kayu bakar. Karena dengan cara pengolahan menggunakan kayu akan memberikan aroma tersendiri terhadap lontong yang diproduksinya.

Tahapan Pembuatan

Dia menjelaskan, terdapat sejumlah tahapan diantaranya membagi lembaran daun pisang yang kemudian digulung-gulung sebagai bungkus dari lontong yang diolahnya. Kemudian setelah bungkus lontong itu dibentuk, lalu memasukan beras yang sebelumnya telah di cuci terlebih dahulu.

"Nah buat masukin berasnya jangan kebanyakan dan kurang, nanti hasil lontongnya kurang padat kalau nggak kepadatan," bebernya.

Setelah seluruh beras dimasukan ke dalam bungkus lontong yang berbahan dasar daun pisang tersebut. Kemudian menyusun lontong di tempat perebusan, dan setelah seluruhnya tersusun kemudian dimasukan air hingga merendam seluruh tumpukan lontong.

"Masukin airnya harus merendam semua lontong supaya nanti jadinya matangnya merata," ungkapnya.

Dalam proses perebusan sendiri, dia menyebutkan untuk memasak 2.000 lontong membutuhkan waktu selama 4-5 jam proses perebusan. "Bagusnya sih apinya dijaga supaya panas yang dihasilkan stabil jadi lontong matangnya bagus," jelasnya.

Berkah Lontong

Dia bersyukur, jalan rezeki melalui lontong yang sudah dijalaninya selama puluhan tahun ini mampu menghasilkan kehidupan yang lebih baik. Di mana wanita yang memiliki empat orang anak ini berhasil mencetak gelar sarjana bagi pendidikan anak-anaknya.

"Alhamdulillah dari lontong anak-anak bisa kuliah sampai dapat gelar sarjana," ucapnya.

Wanita yang kesehariannya berjualan lontong di lapak pasar Harjamukti Kota Cirebon ini mengaku, tidak pernah terbayang bisa melaksanakan ibadah naik haji. "Saya bersyukur banget dari lontong ini saya juga bisa sampe naik haji," ungkapnya.

Dalam sehari dari lontong yang diproduksinya, dia mengaku bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 500.000 bilamana seluruh lontong buatannya ludes.

"Ya kurang lebih dapat segitu, alhamdulillah saya juga udah punya pelanggan," paparnya.

Sehari-hari wanita yang sudah tidak muda lagi ini, menceritakan setiap pukul 02.00 harus sudah mulai bangun lalu mengangkat lontong lalu meniriskannya. Kemudian setelah itu, pada pukul 03.00 harus sudah mulai berangkat ke pasar untuk menjajakan lontong yang di produksinya.

"Kalo dihitung ya jam istirahat emang kurang, tapi udah terbiasa jadi biasa aja," ucapnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads