Cerita Mak Kanedah, Sang Perias Gadis Ngarot Indramayu yang Legendaris

Cerita Mak Kanedah, Sang Perias Gadis Ngarot Indramayu yang Legendaris

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 13 Des 2023 18:30 WIB
Mak Kanedah sang perias gadis ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yang legendaris
Mak Kanedah sang perias gadis ngarot di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yang legendaris. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar
Indramayu -

Sedari bakda Subuh masyarakat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu terlihat mulai sibuk. Hari ini, Rabu (13/12/2023), mereka akan mengikuti tradisi ngarot yang digelar setiap tahunnya.

Dari persimpangan jalan gang sempit terlihat satu rumah tua yang terlihat cukup ramai. Hilir mudik gadis desa masuk ke kediaman Mak Kanedah itu untuk mempersolek diri. Mereka sengaja meminta jasa Mak Kanedah yang dikenal sebagai perias gadis ngarot di desa tersebut.

Di balik rumah itu, Mak Kanedah terlihat sedang fokus saat memasang bunga mahkota di kepala para gadis peserta ngarot. Terlihat pula anak dan suami Mak Kanedah yang juga turut membantu menyiapkan bunga hingga tata rias busana para gadis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tak lagi muda, namun wanita berusia 70 tahun itu terlihat terampil saat merias peserta gadis ngarot. Keahlian itu diakui Kanedah tumbuh sejak ia memulai belajar setelah menikah dulu.

"Gak tahu ya, tapi yang jelas itu baru nikah sama suami tahun 1974 kalau nggak salah. Nah saya belajar sama ibu mertua yang dulunya juga ngerias gadis ngarot," kata Mak Kanedah saat ditemui detikJabar, Rabu (13/12/2023).

ADVERTISEMENT

Profesi rutin yang digeluti selama puluhan tahun itu diakuinya tidak lah sulit. Sebab, Mak Kanedah hanya memasang bunga mahkota di kepala, serta merapikan pakaian khas peserta ngarot tersebut.

Memang, sebelum memasang bunga kenanga dan bunga hiasan. Ia pun harus membuat pontang atau bengket uceng di kepala agar bunga yang dipasang nanti tidak mudah lepas. Meski begitu, ia pun mampu menyelesaikan rias ngarot dalam waktu kurang dari setengah jam.

"Sing paling angel kuh gawe pontang, bengket ucenge. Iya sing angel kuh kuen (Yang susah itu bikin pontang, bengket ucengnya. Iya yang susah tuh itu). Ya paling 30 menit lah selesai," ungkapnya.

Seperti ciri khasnya, selain mahkota bunga, gadis ngarot juga identik memakai dengan pakaian adat dari baju kebaya dan tapih liris. Agar bisa terlihat lebih rapi, Mak Kanedah pun seringnya membantu merapikan pakaian para peserta ngarot tersebut sebelum diarak berkeliling desa.

Memang kata Mak Kanedah, biaya rias bunga hanya sebesar Rp200 ribu saja per orangnya. Namun, menurutnya biaya outfit gadis ngarot itu bisa mencapai Rp500 ribu lebih.

"Tahun ini sih sedikit cuma 10 orang. Yang banyak itu tahun kemarin nyampe 100 orang," jelasnya.

Merias gadis ngarot dalam waktu yang sangat singkat itu tentu tidaklah mudah. Pak Tardi (75) yang tak lain merupakan suami dari Mak Kanedah senantiasa membantu profesi istrinya saat mempercantik gadis ngarot.

Sebelumnya, Tardi pun membantu menyiapkan aneka bahan untuk rias ngarot tersebut. Salah satunya ia membuat puluhan alat sosog yang terbuat dari bambu untuk penjepit bunga di kepala.

"Ini dulunya orang tua yang bikin sosog, jadi kita ikutan biar kembang kenanganya kenceng (menjepit bunga di rambut)," kata Tardi.

Keahlian Mak Kanedah merias gadis ngarot cukup tersohor. Tidak sedikit rumah Mak Kanedah digandrungi para pemburu foto yang datang dari berbagai daerah untuk mengabadikan momen tradisi khas Lelea. Terutama potret gadis ngarot tersebut.

Saat jarum jam dinding menunjukkan pukul 07.00 WIB, tugas Mak Kanedah sebagai perias pun harus segera diselesaikan. Sebab, para peserta akan berkumpul di balai ngarot untuk memulai acaranya.

(sud/sud)


Hide Ads