Menyelisik Sejarah Wisata Kota Tua Jamblang Cirebon yang Sunyi

Menyelisik Sejarah Wisata Kota Tua Jamblang Cirebon yang Sunyi

Devteo Mahardika - detikJabar
Minggu, 26 Nov 2023 07:00 WIB
Suasana sunyi dan hening Kota Tua Jamblang.
Suasana sunyi dan hening Kota Tua Jamblang. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Kabupaten Cirebon -

Kota Tua Jamblang yang berada di Desa Jamblang, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon kini nasibnya seperti tidak terarah. Sebelumnya, pada tahun 2019, pemerintah setempat menggaungkan desa wisata berbasis sejarah di lokasi tersebut.

Dari pantauan detikJabar, Jumat (24/11/2023). Suasana di lokasi sangat sepi, hanya beberapa warga setempat yang lalu lalang dalam aktivitasnya.

Terdapat juga sebuah vihara di Kota Tua Jamblang. Vihara ini diklaim yang tertua di Cirebon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang warga setempat, Asnawi (43) saat ditemui detikJabar mengungkapkan, rencana wisata sejarah yang sempat dibentuk oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Namun, belum bisa dirasakan sampai saat ini.

"Lihat itu cuma ada papan denah lokasi yang tulisannya desa wisata Jamblang, tapi ya bisa di lihat sendiri ya begini suasananya," kata dia sambil mengarahkan tangannya ke salah satu papan denah lokasi kepada detikJabar.

ADVERTISEMENT

Bahkan kata dia, secara infrastruktur pun dirasa tidak menunjang. Mulai dari akses jalan masuk sampai perbaikan infrastruktur penunjang lainnya.

"Jalan ke sini saja tahu kan kecil terus nggak ditambah sama penunjuk arah," ucapnya.

Dia juga menuturkan, sejak zaman dahulu masyarakat Desa Jamblang memiliki toleransi yang tinggi antarsesama. Meskipun Kota Tua Jamblang banyak dihuni oleh kelompok masyarakat Tionghoa, namun hal itu tidak membuat masyarakat pribumi setempat mengusik.

Bahkan sejak zaman dahulu diceritakannya masyarakat pribumi sangat menerima kehadiran kelompok masyarakat Tionghoa.

"Dari dulu masyarakat disini (pribumi) sangat toleransi, dan sampai sekarang toleransi itu masih kita pegang," ujarnya.

Suasana sunyi dan hening Kota Tua Jamblang.Suasana sunyi dan hening Kota Tua Jamblang. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar

Sementara itu, Budayawan Cirebon, Raden Chaidir Susilaningrat saat dihubungi menuturkan, Kota Tua Jamblang merupakan tempat tinggal komunitas Tionghoa yang merupakan salah satu yang tertua di Cirebon.

Hal itu diperkuat, kata dia, dengan adanya vihara Dharma Rakhita yang merupakan salah satu vihara tertua di Cirebon yang berdiri bersamaan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berlokasi di Keraton Kasepuhan.

"Di kelenteng (vihara) itu juga satu-nya kelenteng yang memiliki alat musik gamelan di Cirebon," kata dia.

Tidak hanya itu, banyaknya bangunan tua dengan arsitektur zaman dahulu menandakan peradaban Kota Tua Jamblang terbilang sangat mentereng.

"Dulu juga ada kegiatan ekonomi dari kelompok Tionghoa di zaman kolonial dan harus berakhir pada masa reformasi 1998," ujarnya.

Bertahannya konstruksi bangunan tua itu, sambungnya, karena adanya suasana toleransi di lingkungan masyarakat sekitar sehingga pada zaman kolonial Belanda tidak dilakukan perubahan.

Mengenai wisata budaya yang dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat, Chaidir mengatakan sebagai pegiat budaya mempertanyakan mengenai wisata budaya kepada pemerintah Kabupaten Cirebon.

"Jadi mau dilanjutkan atau tidak karena dulu pernah dicanangkan sebagai wisata budaya dengan berbagai macam pertimbangan, adanya peninggalan bangunan tua atau bersejarah. Di sana juga memiliki kekayaan wisata lainnya antara lain kuliner nasi jamblang, gerabah kemudian ada berbagai macam kebudayaan tradisional yang masih bertahan," tegasnya.

Dirinya berharap sebagai pegiat budaya pemerintah daerah sudah seharusnya serius dengan rencananya yang menjadikan Kota Tua Jamblang sebagai tempat wisata sejarah atau budaya.

"Jangan sampai bangunan tua yang bertebaran di jamblang itu, suatu saat diubah menjadi bangunan baru atau modern maka harus dilestarikan dengan cara menjadikan bangunan itu cagar budaya," tegasnya.

(sud/sud)


Hide Ads