Cerita Anak Ajaib Badak Pamalang dalam Carita Pantun Sunda

Cerita Anak Ajaib Badak Pamalang dalam Carita Pantun Sunda

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Jumat, 28 Mar 2025 08:00 WIB
Ilustrasi buku dongeng
Ilustrasi (Foto: Freepik/jannoon028)
Bandung -

Masyarakat kita akrab dengan animasi mitologi dari India berjudul 'Little Krishna', seorang anak ajaib yang merupakan penjelmaan dewa. Nyatanya, jauh sebelum episode pertama animasi itu dirilis pada 11 Mei 2009, di Indonesia telah ada cerita tentang anak berkekuatan ajaib.

Misalnya, cerita anak ajaib bernama Badak Pamalang dari Sunda. Cerita ini memang belum banyak dikenal sebab berupa carita pantun, karya sastra Sunda lama.

Carita pantun berjudul Badak Pamalang ini diusahakan oleh sastrawan Ajip Rosidi dengan cara merekam seorang juru pantun melagukan carita pantunnya. Carita pantun itu kemudian ditrakskripsi dan di antaranya diterbitkan sebagai buku oleh Depdikbud RI tahun 1985 dengan judul "Carita Badak Pamalang, carita pantun sunda".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badak Pamalang sendiri diceritakan oleh Ki Samid juru pantun di Cisolok, dekat Palabuhan Ratu, Sukabumi. Dan karena ceritanya sangat panjang, Ki Samid menceritakannya dalam dua malam, dari tiga malam waktu yang dibutuhkannya. Menurut Ajip Rosidi, ada bagian-bagian yang dinilai Ki Samid kurang penting, dipangkas untuk tidak diceritakan sehingga bisa menghemat waktu penceritaan. Dalam bentuk buku, Badak Pamalang diterbitkan dalam dua jilid.

Dalam artikel ini, hanya dikutipkan fragmen kelahiran dan keajaiban Badak Pamalang. Cerita ini sangat penting untuk disimak karena Badak Pamalang mengajarkan nilai-nilai yang luhur, di antaranya tolong menolong kepada orang yang sedang kesusahan. Dengan kekuatan adikodrati, Badak Pamalang menjadi anak ajaib yang memihak orang lemah.

ADVERTISEMENT

Anak Ajaib Badak Pamalang

Kocap tercerita, ketika sekelompok keluarga kerajaan Pajajaran sedang bertandang ke negeri Nusa Bali, tersebutlah di Pajajaran, perempuan mengandung bernama Nu Geulis Aci Malati hendak melahirkan karena usia kandungannya telah 9 bulan.

Ia diperiksa oleh Nu Geulis Sekar Malati dan Prebu Munding Malati. Setelah dipastikan benar akan melahirkan, dimintalah lengser menjemput Nini Paraji atau dukun beranak.

Nu Geulis Aci Malati melahirkan dengan lungsur-langsar, bahkan bayinya mulus dan sangat sehat. Dari proses kelahiran ini, sudah ada keanehan. Yaitu, sang bayi lahir tanpa darah mengiringinya setetespun, lagi pula, bayi itu juga tidak punya pusar.

Tiga hari lahir ke Buana Panca Tengah (bumi), bayi itu menangis dengan teramat keras. Tangisnya tembus ke langit, mungkin tembus juga ke Buana Nyungcung (kahiangan). Apa yang ditangiskannya? Bayi itu meminta nama.

Kocap tercerita, sang ibu, Nu Geulis Aci Malati memberinya nama Kalang Kidang. Tetapi, tangisnya tak mereda. Oleh Nini Paraji diberi nama Prebu Anggawaruling, namun jeritnya makin menjadi. Kembali ibundanya memberi nama Prebu Geulang Rarang, tapi tangisnya tak jua reda.

Mendengar tangisnya itu, Prebu Munding Malati datang ke bayi itu, mengambilnya, dan menyepaknya dengan kaki sampai terpental jauh ke awang-awang. Bayi itu melambung lalu jatuh tersangkut pada setangkai kembang cempaka warna.

Menyaksikan itu, Nenenda dari kahiangan turun menyambutnya. Dia kemudian mengajarkan nyanyian tentang bilangan hari, bulan, dan tahun. Nyanyian yang penuh nasihat, bahwa kelak bayi itu harus selalu mengingat Yang Tunggal.

Nenenda kemudian memberinya nama, dengan harapan bahwa bayi itu kelak menjadi 'lalaki langit langit, lalanang jagat' (lelaki langit, jantan jagat).

"Kau sudah terbang ke awang-awang melintasi mega malang. Maka akan
nenek beri nama Badak Pamalang". Ketika mendapat nama itu, tangisnya reda.

Badak Pamalang Disantap Induk Elang

Bayi itu masih pada tangkai bunga campaka warna ketika tiba-tiba seekor elang raksasa piaraan Patih Naga Bali terbang ke wilayah Pajajaran untuk mencari mangsa, makanan untuk anaknya yang selalu lahap.

Anak elang yang dimaksud berukuran besar, yang meski sudah sering diberi makan segala rupa tapi masih juga kelaparan. Sampai suatu waktu, sumber daya makanan untuk anak elang di Nusa Bali itu habis. Sang Induk Elang meminta izin kepada Patih Naga Bali untuk pergi mencari makanan sampai jauh, sampai ke Pajajaran.

Di Pajajaran, tidak ada juga makanan yang dia temukan, kecuali seorang bayi Badak Pamalang yang tersangkut di tangkai campaka warna. Induk elang itu melahapnya, tapi terasa olehnya panas yang membakar. Induk elang terbang lagi ke Nusa Bali dan memberikan bayi Badak Pamalang kepada anaknya.

Anak elang melahap Badak Pamalang, namun di dalam perut anak elang itu, Badak Pamalang tidak mati. Dia malah tumbuh besar dan tinggal di dalam perut elang itu selama sembilan bulan. Karena terus membesar, anak elang pun merasa tidak lapar lagi.

Mondar-mandir di usus elang bikin jenuh, Badak Pamalang ingin keluar tapi dia tidak hendak melewati paruh, dia akhirnya menerobos bol elang meski diarasanya bau menyengat karena dipenuhi kotoran. Keluar dari bol, dia tarik bol anak elang itu hingga anak elang mati. Dia tarik juga bol induk elang hingga mati juga.

Berbadan Lebih Kuat dari Baja

Berada di Nusa Bali, Badak Pamalang menemukan kebun bunga yang dia senang berada di taman itu. Dia petiki semua bunga hingga kebun rusak. Pemiliknya, Putri Lenggang Kencana menyaksikan kebunnya hancur, tapi ketika dicari siapa yang merusak, dia hanya melhat seorang bayi. Dia ambil bayi itu, dipeluk-cium dan dirawatnya.

Namun, ketika di dalam kamar dia terdengar berbicara, Demang Patih Naga Bali mendobrak pintu dan menemukan Putri Lenggang Kancana sedang bersama bayi. Disebutkan oleh Sang Demang bahwa bayi itu bukan asli Nusa Bali dan akan menjadi perusak negara, maka harus dibunuh.

Badak Pamalang disepak, tapi anak itu hanya tertawa-tawa. Disabetkannya dengan kencang dan keras anak itu pada sebongkah baja, tapi dia tidak merasakan sakit. Malah berkata bahwa yang dilakukan Sang Demang itu kurang keras. Sang Demang marah besar, lalu Badak Pamalang dibawa ke pengempa baja untuk dihimpit dari atas dan bawah. Ajaib, dia tidak hancur, malah pengempanya yang lebur. Siksaan itu berhenti ketika Sang Demang terkena incok.

Lenggang Kancana yang tidak ingin kehilangan Badak Pamalang, yang sudah dianggap anaknya sendiri, lari dan menerjunkan diri ke jurang hingga mati. Badak Pamalang yang kehilangan ibunda itu mencari Lenggang Kancana dengan pelacak buatannya sendiri bernama 'mustika anjing'. Setelah ketemu, Lenggang Kancana hanya tinggal jasad. Dengan kesaktiannya, Badak Pamalang Berucap agar ibundanya hidup kembali. Mereka berdua akhirnya pulang kembali ke kerajaan.

Fragmen Badak Pamalang Menolong Orang Susah

Ternyata, sekelompok keluarga dari Pajajaran yang datang ke Nusa Bali di awal cerita, mereka trkurung dalam kerangkeng. Badak Pamalang yang mendengar kabar itu dari ayam peliharaannya bernama Kentri Haji Malang Dewa segera menyusul ke kerangkeng.

Penjara itu dihancurkannya, karena tahu bahwa para penghuni Penjara adalah warga Pajajaran. Dengan tangannya, ruji penjara itu dihancurkan sampai berkeping-keping.

Mereka yang dipenjara itu tubuhnya kurus. Oleh Badak Pamalang dibawakan buah-buahan sebanyak satu bodag (wadah dari anyaman
bambu) yang dia dapat dari pasar. Penghuni penjara itu makan dengan lahap dan saling bertukar cerita tentang asal-usul masing-masing yang sama-sama dari Pajajaran. Pada kesempatan lain, Badak Pamalang juga menolong salah satu permaisuri yang diculik raksana Jonggrang Kalapitung.

Demikian sekelumit cerita anak ajaib Badak Pamalang yang dikutip dari carita pantun yang amat panjang.

Makna Badak Pamalang

Menurut sejumlah ahli, Badak Pamalang adalah simbol bagaimana seharusnya manusia Sunda berlaku dalam kehidupan. 'Badak' adalah hewan bumi. Pemberian nama binatang ini umum dilakukan di Sunda masa lalu, seperti penamaan Mundinglaya, Mundingkawati, dsb., sementara 'Pamalang' adalah kawasan awang-awang, langit, angkasa.

Badak Pamalang senada dengan ungkapan 'lalaki langit, lalanang jagat'. Menjadi manusia Sunda itu haruslah 'badannya berpijak di bumi, hatinya selalu bergantung kepada langit (Yang Tunggal/Tuhan Yang Mahaesa)'.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads