Tanjakan Baeud, Curamnya Jalan-Dalamnya Legenda

Kabupaten Sukabumi

Tanjakan Baeud, Curamnya Jalan-Dalamnya Legenda

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 18 Des 2024 08:00 WIB
Tanjakan Buleud Sukabumi
Tanjakan Baeud Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Tanjakan Baeud tentu tak asing bagi sebagian masyarakat. Tanjakan itu berada di wilayah Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi.

Tanjakan itu menyimpan banyak cerita bagi pengendara yang biasa melintas dari arah Sukabumi menuju Palabuhanratu. Tanjakan itu menyimpan banyak cerita, mulai dari mitos, sejarah, hingga tantangan nyata yang harus dihadapi pengendara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekilas, tanjakan ini terlihat biasa saja tidak terlalu curam, tidak terlalu panjang. Namun, di balik tampilan yang 'sederhana', jalan ini telah menjadi saksi bisu banyak peristiwa, mulai dari kecelakaan hingga kisah mistis.

"Bagi para sopir, terutama pengemudi truk bermuatan berat, Tanjakan Baeud adalah momok. Jalan ini tak hanya menguji kekuatan mesin kendaraan, tetapi juga mental pengemudinya," kata Eli Nurnandi, yang akrab disapa Abah Keling warga setempat sekaligus penutur cerita-cerita rakyat di kawasan ini kepada detikJabar, Selasa (17/12/2024).

ADVERTISEMENT

"Kalau rem kendaraan kurang bagus, truk bisa mundur atau bahkan terguling. Sudah banyak kejadian," sambung Abah Keling.

Menurutnya, nama Baeud berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti cemberut. "Wajah para sopir sering cemberut saat melintasi tanjakan ini karena beratnya medan," ungkapnya sambil tertawa kecil.

Namun, cerita Tanjakan Baeud tak hanya soal medan yang sulit. Ada legenda kuno yang melekat kuat di masyarakat sekitar. Legenda itu itu diwariskan secara turun-temurun.

Abah Keling mengungkapkan, ada sebuah legenda Raden Cipta Sakti dan Tanjakan Baeud di pesisir selatan Pulau Jawa. Pada masa silam, terdapat sebuah padepokan bernama Gunung Bentang.

Letaknya di lereng gunung dengan hamparan sawah luas yang nyaris menyentuh bibir pantai. Padepokan itu dihuni seorang guru bijaksana dan muridnya, Raden Cipta Sakti. Murid ini adalah putra seorang raja dari kerajaan besar di Jawa, yang dititipkan untuk belajar agama dan ilmu bela diri.

Singkat cerita, Raden Cipta Sakti mendengar kabar tentang sayembara di kerajaan utara. Pemenangnya akan menikahi seorang putri cantik sekaligus dinobatkan sebagai raja.

Dengan restu gurunya, Raden Cipta Sakti berangkat mengikuti sayembara, membawa cincin kawin dan kalung berlian titipan ayahnya. Setelah menempuh perjalanan panjang melintasi hutan belantara yang penuh gangguan makhluk halus, ia tiba di tempat sayembara.

"Peserta terakhir, Raden Cipta Sakti harus melawan raksasa sakti yang menguasai ilmu hitam. Dengan kekuatan ilmu putih yang dia pelajari selama bertahun-tahun, Raden Cipta Sakti berhasil menaklukkan raksasa itu. Kemenangan tersebut disambut sorak-sorai, dan Raden. Cipta Sakti akhirnya menikahi sang putri," tutur Abah Keling.

Namun, kebahagiaan itu mendapat ujian di tengah perjalanan kembali ke padepokan. Saat rombongan melewati sebuah tanjakan curam, cincin kawin sang putri terjatuh.

"Semua orang berusaha mencarinya, tetapi cincin itu tak kunjung ditemukan. Sang putri bersedih dan terus cemberut, meminta Rd. Cipta Sakti untuk mencari cincin tersebut hingga ketemu," ucap Keling.

Menurut kisah, Raden Cipta Sakti memanggil jin dan makhluk halus untuk membantu pencarian. Hingga kini, makhluk-makhluk itu diyakini masih setia mencari cincin kawin yang hilang. Masyarakat percaya, jin yang ditugaskan berbentuk belut putih dan kura-kura besar, dijaga oleh sosok misterius-seorang kakek berpakaian serba putih, yang konon adalah penjelmaan sang guru.

Cerita rakyat ini membuat Tanjakan Baeud tak hanya dikenal karena tantangan medannya, tetapi juga aura mistisnya. "Kadang, tanah di sekitar tanjakan ini bergelombang atau amblas beberapa sentimeter. Warga percaya itu akibat pergerakan belut putih dan kura-kura besar yang masih mencari cincin," kata Abah Keling.

Selain itu, suara-suara misterius sering terdengar di malam hari. Ada yang mendengar suara kereta kencana melintas tanpa wujud, ada pula yang melihat sosok kakek tua berdiri di tengah jalan.

"Kalau sopir melintas malam-malam dan mendengar bunyi-bunyi aneh, pasti deg-degan," ujar seorang warga.

Medan Berbahaya, Cerita yang Abadi

Terlepas dari mistis dan legendanya, Tanjakan Baeud tetap menjadi jalur penting bagi kendaraan yang melintasi kawasan ini. Namun, tantangan medannya yang sulit harus diantisipasi dengan kendaraan yang prima dan kewaspadaan tinggi.

Bagi masyarakat setempat, tanjakan ini adalah perpaduan antara kenyataan dan mitos yang tak terpisahkan. "Cerita tentang Raden Cipta Sakti mungkin hanya dongeng, tapi tanjakan ini nyata sulitnya," tutup Abah Keling dengan senyuman penuh arti.




(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads