Romantisme Natasya Elvira di Panggung The Papandayan Jazz Festival

Romantisme Natasya Elvira di Panggung The Papandayan Jazz Festival

Ghina Aliyah Fatin Desira - detikJabar
Minggu, 27 Okt 2024 13:13 WIB
Natasya Elvira tampil memukau di The Papandayan Jazz Festival.
Natasya Elvira tampil memukau di The Papandayan Jazz Festival. (Foto: Ghina Aliyah Fatin Desira/detikJabar)
Bandung -

Suasana elegan dan intim menyelimuti Mirten Lounge Hotel Papandayan, Sabtu (26/10/2024) malam, ketika musisi jazz Natasya Elvira menyuguhkan penampilan memukau dalam rangkaian acara The Papandayan Jazz Festival 2024. Diiringi dentingan piano dan nada saxophone lembut, Natasya membawa penonton tenggelam dalam dunia musiknya dengan repertoar yang mengalir halus dan penuh pesona.

Natasya membuka penampilannya dengan "Tempting," lagu debut dari EP perdananya. "Yeah, that was my first song, called Tempting. Lagu ini sudah dirilis setahun lalu, jadi kalian bisa dengarkan di mana saja," ujarnya dengan senyum bangga.

Namun, senyumnya semakin lebar saat ia melirik penonton, dan menyadari kehadiran Brandon, sahabat yang setia mendukung perjalanan musiknya sejak awal."Saya jadi ingat, waktu launching EP ini, Brandon adalah salah satu orang yang membantu saya tour di Bali dan juga Singapura," ujarnya sambil tersenyum, membiarkan nostalgia memenuhi panggung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai membawakan Tempting, Natasya mempersembahkan komposisi klasik yang penuh romantisme, Misty karya Erroll Garner, yang diciptakan pada tahun 1954. Ia berbagi kisah unik di balik lagu ini, tentang Garner yang tidak bisa membaca partitur musik, sehingga hanya mengandalkan pendengarannya dalam memainkan piano.

"Pianis ini sebenarnya dia nggak bisa baca partitur, jadi cuman mengandalkan pendengarannya aja," katanya, sembari mempersembahkan aransemen horns yang didedikasikan kepada Mas Nia, sosok musisi yang turut mendukung perjalanannya.

ADVERTISEMENT

Suasana semakin syahdu ketika Natasya menutup penampilannya dengan "Moon River" karya Henry Mancini. Sebelum membawakan lagu tersebut, Natasya mengungkapkan bahwa Mancini mencurahkan sisi emosionalnya yang mendalam dalam karya ini.

"Ketika Henry Mancini memasuki usia paruh baya, akhirnya yang dinyatakan adalah bukan optimisme maupun pesimisme," tutur Natasya, membagikan filosofi hidup Mancini.

Penonton malam itu tidak hanya menikmati musik, tetapi juga menyelami cerita dan filosofi di balik setiap lagu yang dibawakan. Dengan kepiawaiannya, Natasya meramu nostalgia, romantisme, dan refleksi hidup dalam alunan jazz, membuktikan bahwa musik jazz adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perasaan dan menyentuh hati setiap pendengarnya.

(iqk/iqk)


Hide Ads