Tradisi Nyangku Panjalu Ciamis, Bentuk Syukur ke Leluhur

Tradisi Nyangku Panjalu Ciamis, Bentuk Syukur ke Leluhur

Dadang Hermansyah - detikJabar
Senin, 30 Sep 2024 17:30 WIB
Tradisi Nyangku, membersihkan benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora Kerajaan Panjalu.
Tradisi Nyangku, membersihkan benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora Kerajaan Panjalu. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar
Bandung -

Ribuan warga Panjalu, Kabupaten Ciamis, mengikuti Tradisi Nyangku di Alun-alun Taman Borosngora, Senin (30/9/2024). Tradisi membersihkan benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu Prabu Borosngora ini sudah dilaksanakan secara turun temurun setiap bulan Rabiul Awal.

Tradisi Nyangku memiliki tujuan merawat benda pusaka bersejarah peninggalan Prabu Borosngora. Supaya benda pusaka itu tetap terjaga sampai generasi berikutnya. Sedangkan makna dari Tradisi Adat Nyangku yakni membersihkan atau menyucikan diri. Sekaligus sebagai bentuk terima kasih warga kepada leluhur.

Proses Nyangku diawali dengan mengarak puluhan benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu dari Bumi Alit (museum). Pusaka itu kemudian dibawa ziarah ke Makam Prabu Hariang Kencana di Nusa Gede atau pulau tengah Situ Lengkong memakai perahu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puluhan pusaka itu lalu dibawa ke Alun-alun Panjalu atau Taman Borosngora untuk dilakukan penjamasan (dicuci). Pada acara puncak ini, hanya ada beberapa benda pusaka yang dicuci. Salah satunya Pedang peninggalan Prabu Borosngora.

Benda pusaka itu dicuci dengan menggunakan air Tirta Kahuripan yang berasal dari 52 titik mata air di sejumlah daerah. Di antaranya 11 mata air dari Gunung Salak Bogor, Majenang Jawa Tengah, Kuningan, Talaga, Ciamis dan daerah lainnya. Tradisi Nyangku diakhiri dengan makan bersama.

ADVERTISEMENT
Tradisi Nyangku, membersihkan benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora Kerajaan Panjalu.Tradisi Nyangku, membersihkan benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora Kerajaan Panjalu. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

"Benda pusaka berupa pedang itu merupakan cinderamata dari Sayidina Ali. Waktu itu Borosngora belajar Islam dari Sayidina Ali di Mekah. Sebelum pulang diberi cinderamata, salah satunya pedang," ujar Agus Gunawan Cakradinata, Pelaksana Tradisi Nyangku.

Agus mengatakan makna dari Nyangku sebagai bentuk terima kasih kepada leluhur. Terutama kepada Prabu Borosngora yang telah membawa Islam dan menyebarkannya di Panjalu, Galuh Ciamis.

"Beliau penyebar Islam di Panjalu. Mengingat jasa beliau dengan cara merawat peninggalannya," ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Disbudpora Ciamis Ega Anggara menjelaskan Tradisi Nyangku sudah dilaksanakan sejak dulu setiap bulan Mulud. Ini merupakan bagian dari menjaga dan melestarikan tradisi dalam rangka mengenalkan sejarah masa lalu kepada generasi penerus.

"Sebagai penyemangat generasi penerus kaitan tatanan kehidupan kekinian. Filosofinya, Nyangku ini kan disimbolkan membersihkan benda pusaka peninggalan Kerajaan Panjalu. Itu dimaknai bahwa seluruh elemen masyarakat untuk dapat mengevakuasi dan membersihkan diri," katanya.

Tradisi Nyangku juga menjadi sebuah kegiatan budaya yang menjadi daya tarik wisatawan atau peziarah dari luar daerah terutama dari Jawa Timur. Warga luar daerah juga banyak yang hadir mengikuti Tradisi Nyangku. Hal ini tentunya berdampak positif bagi perekonomian warga dan pariwisata di Situ Lengkung Panjalu Ciamis.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads