BRIN Teliti Naskah Kuno-Benda Kolonial di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

BRIN Teliti Naskah Kuno-Benda Kolonial di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 25 Mei 2024 16:31 WIB
Naskah kuno di Museum Prabu Siliwangi
Naskah kuno di Museum Prabu Siliwangi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melanjutkan penelitian beberapa naskah kuno dan benda kolonial yang ada di Museum Prabu Siliwangi, Kota Sukabumi. Penelitian itu dilakukan untuk memastikan status koleksi sejarah di museum tersebut.

"Saya kira museum ini cukup representatif untuk belajar tentang sejarah Pajajaran zaman kerajaan Sunda," kata Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN M Irfan Mahmud, Sabtu (25/5/2024).

Dia mengatakan, perlu dilakukan penelitian lanjutan pada benda koleksi museum untuk melengkapi narasi sejarah. Terlebih, benda koleksi yang ada di museum tersebut jumlahnya mencapai ratusan hingga ribuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang perlu kolaborasi untuk memperkuat narasi koleksi ke depan. Pak kyai sudah membuka banyak kesempatan buat kita untuk berkolaborasi untuk itu," ucapnya.

"Jadi koleksi-koleksi ini tentu akan dicoba oleh teman-teman untuk melihat konteks sejarahnya, konteks tradisinya, konteks arkeologinya terutama untuk narasi-narasi yang bisa memberikan gambaran tentang perjalanan sejarah Pajajaran Sunda dari jaman prasejarah, hingga kolonial," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, kesulitan yang dihadapi selama penelitian terletak pada kurangnya informasi mengenai sumber lokasi saat benda objek penelitian pertama kali ditemukan.

"Beberapa. Tidak semua yang kesulitan. Hanya karena informasi tentang lokasi sumbernya ada yang tidak diketahui padahal untuk memberi narasi sejarah kebudayaannya penting untuk mengetahui landscape kebudayaannya," kata dia.

"Mungkin untuk sementara bisa tetap menjadi media pendidikan ya. Tetapi kalau dalam konteks pencatatan literasi cagar budaya tidak bisa langsung ke situ. Sebagai alat peraga pendidikan koleksi itu bisa digunakan dengan menggunakan sumber pembanding untuk mengetahui tentang bagaimana transformasi kebudayaan dari periode prasejarah ke zaman Islam," jelasnya.

Di tempat yang sama, pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana mengatakan, sebelumnya BRIN sudah menyelesaikan penelitian benda-benda koleksi museum berupa keramik dan bebatuan pada 6-7 Mei 2024. Hasilnya, koleksi keramik dan bebatuan yang ada di museum itu merupakan hasil zaman pra sejarah, peralihan, sejarah dan kontemporer.

"Jadi bisa memberitahukan kepada siswa dan pengunjung bahwa di museum kita ini mewakili empat zaman. Ada batu megalitik tipe Hindu Budha yang sudah dinyatakan sah menjadi artefak. Tetapi ada juga arca yang ternyata ada di zaman peralihan dari prasejarah ke sejarah, ada juga arca yang baru," kata Fajar.

Lebih lanjut, hasil penelitian BRIN ini akan dilaporkan kepada pemerintah. Nantinya, pemerintah yang akan mengambil kebijakan terkait penetapan objek cagar budaya.

Tak selesai sampai di situ, arkeolog BRIN juga akan melanjutkan penelitian benda koleksi museum lainnya seperti mata uang zaman kolonial Belanda dan naskah kuno berbahasa Ibrani, Kibti dan lain sebagainya.

"Ada tiga orang tenaga ahli untuk naskah-naskah kuno dan benda-benda zaman kolonial. Karena di museum banyak benda-benda kolonial peninggalan Belanda dan naskah-naskah kuno yang akan segera diteliti," kata dia.

"Naskah kunonya sangat luas termasuk naskah Islam seperti kitab Zabur bahasa qibti (Mesir kuno), kitab Injil Barnabas kemudian tulisan-tulisan Mesir kuno, tulisan-tulisan Suryani, Ibrani jadi bukan (berasal) dari Indonesia," ucap Fajar.

Dia berharap dengan adanya penelitian tersebut maka dapat menambah khazanah pengetahuan masyarakat terkait perkembangan zaman. "Karena kita mendirikan museum ini bukan ahlinya tetapi pegiat dan pecinta budaya, dalam UU permuseuman itu benda-benda yang diduga (memiliki nilai sejarah) harus dijaga sampai kita panggil para peneliti," tutupnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads