Jejak Nama Besar yang Sempat Mewarnai Rumentang Siang

Jejak Nama Besar yang Sempat Mewarnai Rumentang Siang

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 19 Mei 2024 09:00 WIB
Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung.
Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Di tengah hiruk-pikuk keramaian kawasan Kosambi, sebuah gedung kesenian bergaya art deco hadir di tengah-tengahnya. Gedung itu bernama Rumentang Siang, dan menjadi gedung yang begitu mencolok dan punya desain berbeda di antara gedung-gedung pertokoan yang ada di kawasan itu.

Warga Bandung memang familiar dengan keberadaan Rumentang Siang. Tentunya, memori saat mereka masih sekolah dulu, pernah membawa kesan tersendiri kala menyaksikan seni pertunjukan.

Namun sepertinya, tak banyak yang mengenal nama-nama besar yang pernah lahir di Rumentang Siang. Mentok di generasi sekarang, mungkin saja figur seperti Rina Nose maupun Aming yang akan terngiang-ngiang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi ternyata, Rumentang Siang pernah menjadi saksi bisu kemunculan sosok besar. Beberapa di antaranya bahkan menjadi panutan, seperti maestro penyair Indonesia, WS Rendra, Arifin C Noer hingga Teguh Karya.

Nama WS Rendra, tentu tidak perlu diragunkan lagi ketenarannya. Rendra dan perjalanan Rumentang Siang pun tidak bisa dipisahkan saat masih ulet menggarap grup teater binaannya bernama Bengkel Teater.

ADVERTISEMENT

Kemudian Arifin C Noer, notabene merupakan maestro penulis naskah yang menggagas Teater Kecil. Selanjutnya ada nama Teguh Karya yang mendirikan Teater Populer dan banyak melahirkan aktor kenamaan seperti Nano Riantiarno, Christine Hakim hingga Slamet Rahardjo.

Kehadiran nama-nama maestro teater Indonesia dalam perjalanan Rumentang Siang pun masih tersimpan dalam benaknya Udin Dana (74). Meski ia bukan aktor yang kerap mentas di atas panggung, tapi sebagian besar hidup Udin banyak dihabiskan di dunia seni peran.

Tak ayal, Udin pernah menjadi saksi mata bagaimana WS Rendra, Arifin C Noer maupun Teguh Karya saling bergantian datang ke Rumentang Siang. Bahkan, ia sempat berada dalam satu momen dengan Rendra yang pada saat itu sedang menyiapkan pementasan di sana.

"Dulu di sini, Rendra itu pernah tiduran di panggung itu (di Gedung Rumentang Siang). Saking pengin bagus pementasannya, tokoh-tokoh dulu itu sampai begitu buat persiapan," kata Udin saat berbincang dengan detikJabar mengenang kembali masa-masa kejayaan Gedung Kesenian Rumentang Siang.

Sementara nama-nama lokal yang pernah menghiasi perjalanan Rumentang Siang adalah Suyatna Anirun. Lewat tangan dinginnya, sebuah grup teater di Bandung bernama Studiklub Teater Bandung (STB) lalu muncul menjadi salah satu nama yang melegenda.

STB semakin dikenal dengan pentas-pentas teater realisme di Indonesia. Karya STB yang disutradarai Suyatna adalah 'Tabib Gadungan' yang mengantarkannya berkeliling ke sejumlah daerah di Indonesia.

Suyatna juga yang sukses mendorong aktor teater populer yang melambungkan namanya di Indonesia. Mulai dari Rahman Sabur, Sis Triadji, Yoyo C Durachman, hingga Retno Dwimarwati yang kini mendapat mandat terpilih sebagai Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Selain teater, kecintaan seniman-seniman di Bandung kepada kebudayaan di Jabar juga mendorong mereka ikut melestarikan kesenian lainnya. Berbagai macam kesenian seperti Sandiwara Sunda, hingga pagelaran wayang golek pernah dipentaskan di Rumentang Siang sebagai wujud kecintaan kepada budaya daerah.

Bahkan kata Udin, maestro wayang golek Asep Sunandar Sunarya beberapa kali pernah bulak-balik ke Rumentang Siang. Anak Eyang Abiyasa (panggilan panggung Asep Sunandar), Dadan Sunandar Sunarya, pun tak ketinggalan untuk saling berbagi pengalaman di Rumentang Siang.

"Jadi dulu mah Rumentang Siang itu bukan gedung kesenian aja, tapi gedung pengelola kesenian. Semua kesenian boleh tampil di sini. Terus seniman-senimannya juga sering kumpul, sering diskusi, sharing, sekalian berbagi pengalaman mau bikin garapan apa aja," ucap Udin.

Sayangnya, nama besar Rumentang Siang itu pun bagi Udin kini sudah memudar. Selain sekarang sudah menjadi gedung kesenian yang bersifat komersial, Udin menganggap belum ada lagi tokoh-tokoh seni pertunjukan yang bisa melambungkan namanya ke kancah nasional.

Kondisi ini pun dirasakan Udin setelah memasuki tahun 2000-an. Regenerasi dari beberapa grup macam Bengkel Teater, Teater Kecil hingga STB saat ini memang masih ada. Tapi jiwanya sudah tak terasa bagi Udin yang membuat kesenian teater kini perlahan mulai memudar.

"Dulu mah kalau aktor teater itu pasti penjiwaannya kuat. Dia bisa ngasih sesuatu yang mengejutkan buat yang nonton. Sekarang mah Pak Udin udah enggak liat itu di aktor-aktor yang sekarang. Udah susah kulturnya sama zamannya," ungkap Udin.

Faktor yang Udin rasakan memang terkesan personal. Sebab, keberadaan Rumentang Siang sendiri tak pernah sepi di setiap akhir pekan. Berbagai macam pertunjukan selalu tersaji yang bisa disaksikan siapapun yang tertarik untuk menontonnya.

Tapi tetap saja, Udin tidak pernah bisa menemukan sensasi yang sama dengan pertunjukan teater atau pertunjukan seni peran lain yang pernah ia rasakan pada zamannya. Meski begitu, terselip harapan di benak Udin supaya gaung seni teater di Bandung bisa menggema kembali.

"Kemungkinan yang saya rasakan ini ada di kedisiplinan aktor ataupun yang terlibat di teater, beda dengan zaman dulu mungkin kondisinya. Tapi bagaimana pun, saya tetap berharap ada nama-nama besar lagi yang bisa muncul supaya seni teater di Bandung ini bisa dikenal di Indonesia," tutup Udin mengakhiri perbincangannya dengan detikJabar.




(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads