BRIN Teliti Prasasti Batu Kujang Peninggalan Prabu Siliwangi di Sukabumi

BRIN Teliti Prasasti Batu Kujang Peninggalan Prabu Siliwangi di Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Kamis, 09 Mei 2024 15:15 WIB
BRIN teliti prasasti Batu Kujang.
BRIN teliti prasasti Batu Kujang (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meneliti kurang lebih sebanyak 40 benda koleksi yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Salah satu benda koleksi yang menjadi objek penelitian adalah prasasti Batu Kujang.

Diketahui, batu kujang tak terhitung jumlahnya, namun di Sukabumi ada 13 buah prasasti batu yang masing-masing menunjukkan gambar 10 jenis kujang sehingga total ada 130 gambar kujang. Batu kujang itu tersimpan di Museum Prabu Siliwangi, Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Karang Tengah, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

"Prototipe cetakan senjata dari kujang itu saya sudah tuliskan dalam laporan resminya. Di sini sudah ada koleksi 30 yang dikoleksi Museum Prabu Siliwangi. Itu ada 30 senjata kujang mirip-mirip dengan yang di cetakan (prasasti Batu Kujang) sebanyak 13," kata Peneliti Arkeologi Pra Sejarah dari Pusat Riset Arkeologi Pra Sejarah dan Sejarah BRIN, Jatmiko, Kamis (9/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, 130 bentuk kujang memiliki nama-nama dan makna yang berbeda. Penjelasannya tertuang di dalam kitab Sekar Sunda yang ada di ruang sejarah Pajajaran di Museum Prabu Siliwangi.

"Bahasa Sunda kuno tapi sudah dikupas dalam makna di Kitab Sekar Sunda tentang makna dan model-model kujangnya. Di Jawa Barat ini kan senjata kujang merupakan senjata yang khas," ujarnya.

ADVERTISEMENT
BRIN teliti prasasti Batu Kujang.Prasasti Batu Kujang (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).

"Dari Sekar Sunda itu ada 130 model, sementara yang dimiliki oleh Museum Prabu Siliwangi ini sudah ada model cetakannya itu sebanyak 13 yang masing-masing kotak (prasasti) isinya 10 (gambar kujang) sambungnya.

Prasasti Batu Kujang, menurut Jatmiko berusia puluhan juta tahun lalu yang terbuat dari batuan pasir vulkanik. Namun dia belum dapat memastikan mengenai waktu persis pencetakan bentuk kujangnya.

"Kalau yang prototipe cetakan gambar kujang untuk usia batuan antara kala miosen oligosen sekitar 30-20 juta tahun lalu tapi itu bahan batuannya. Nah ketika bahan batuan ini dibuat oleh manusia, itu yang belum kita ketahui sejak kapan karena ada indikasi tulisan itu," ucapnya.

"Saya berani mengatakan itu dibuat bukan pada zaman prasejarah karena zaman prasejarah tidak mengenal tulisan. Jadi yang jelas itu dibuat ketika sudah menginjak zaman sejarah karena ada indikasi tulisan yang sudah diuraikan dalam Sekar Sunda," tambah Jatmiko.

Sementara itu, Pendiri Museum Prabu Siliwangi sekaligus keturunan Prabu Siliwangi ke-17, KH Fajar Laksana mengatakan, prasasti Batu Kujang tersebut didapatkan secara turun temurun dari keluarganya.

"Kalau tahunnya kita kurang tahu karena warisan keluarga, cuman kalau dari penelitian batunya ini sudah dari zaman dahulu kala kemungkinan waktu digambarnya itu di era Pajajaran. Cuman dari situ kita ada wawasan baru bentuk rupa yang bermacam-macam," kata Fajar.

Sama halnya dengan prasasti batu kujang, kitab Sekar Sunda juga didapat dari warisan keluarga. Menurutnya, penelitian kni dibutuhkan untuk mengetahui lebih jauh terkait sejarah kitab dan prasasti kujang tersebut.

"Di kita ada bukunya kitab Sekar Sunda. Kitab Sekar Sunda ini menggambarkan bentuk-bentuk yang ada di batu. Kemudian ketika nanya usia dan sebagainya itulah butuh penelitian," katanya.

Meskipun luas Museum Prabu Siliwangi tidak sebesar museum lainnya, namun banyak pengunjung yang tertarik untuk melihat koleksi benda bersejarah. Bahkan, kata Fajar, banyak pengunjung dari luar negeri seperti Belanda hingga Kanada.

"Ada dari Kanada yang ingin melihat batu kujang tapi dia bukan penelitian hanya observasi, membandingkan. Kedua dari Belanda, rombongan, bahkan dia belajar tentang bagaimana menjamas keris," tutupnya.

(mso/mso)


Hide Ads