Sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan budaya. Cirebon memiliki ciri khasnya tersendiri salah satunya seni tari topeng Cirebon. Topeng khas Cirebon memiliki 5 karakter topeng berbeda yaitu topeng Panji, topeng Samba, topeng Rumyang, topeng Tumenggung dan topeng Kelana.
Elang Iyan Ariffudin Kepala Unit Cagar Budaya Keraton Kacirebonan sekaligus Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Kota Cirebon menjelaskan lima topeng Cirebon memiliki lima makna yang berbeda. Pertama topeng Panji yang merupakan sinonim mapan ingkang siji yang berarti kita harus yakin kepada Allah SWT satu-satunya yang berhak disembah.
Topeng Panji juga dapat bermakna fase seseorang yang baru saja terlahir di dunia dalam kondisi suci. Topeng panji biasanya dimainkan dengan gerakan tari yang halus dan juga lembut. Kedua topeng Samba yang menggambarkan fase anak-anak dalam kehidupan manusia. Samba juga bisa diartikan dengan silaturahmi antarsesama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga topeng Rumyang sinonim dari harumiyang, bermakna seseorang mulai masuk usia remaja yang sedang merantau. "Apabila sedang merantau hendaklah memberikan sesuatu yang harum," kata Iyan beberapa waktu lalu.
Keempat adalah Tumenggung yang merupakan sebutan untuk orang tertinggi di kerajaan setelah raja yang memiliki karakter tegas, berani, dewasa dan bertanggung jawab. Gerakan tari topeng tumenggung menunjukkan gerakan yang tegas, penuh kematangan dan kesetiaan.
Terakhir topeng Kelana atau Rahwana yang menjadi puncak dari klimaks dalam kehidupan manusia. Dilihat sekilas topeng kelana terlihat seperti topeng yang memiliki karakter keras dan pemarah namun meskipun begitu topeng Kelana memberikan makna untuk mencapai sesuatu harus dengan cara yang baik.
"Kelima topeng merupakan perwujudan dari perjalanan hidup manusia dari panji bayi, samba balita, rumyang remaja, tumenggung dewasa dan kelananya itu kilmaks. Jadi tidak serta merta leluhur membuat kesenian tanpa ada maksud dan tujuan," tutur Iyan.
![]() |
Iyan juga menceritakan asal usul tari topeng yang muncul ketika Kerajaan Cirebon berkonflik dengan Kerajaan Galuh. Sunan Gunung Jati memerintahkan Nyi Mas Gandasari untuk menjadi telik sandi dan menyusup ke dalam Kerajaan Galuh dengan menjadi penari. Melihat kecantikan dari Nyi Mas Gandasari yang menari memakai topeng. Prabu Cakraningrat yang menjadi raja kerajaan Galuh terpesona bahkan jatuh cinta.
Terpesonanya Prabu Cakraningrat dimanfaatkan oleh Nyi Mas Gandasari untuk mencari tahu kelemahan dari Prabu Cakraningrat. Saat menari bersama tanpa sadar Prabu Cakraningrat membeberkan rahasia kesaktianya kepada Nyi Mas Gandasari. Ia mengatakan bahwa kunci kesaktianya ada di tusuk konde.
Mengetahui kesaktian Cakraningrat ada di tusuk konde. Nyi Mas Gandasari langsung mengambil tusuk konde yang ada pada Cakraningrat dan memasukkannya pada bagian tubuh Cakraningrat. Mendadak Cakraningrat kesakitan dan mati saat itu juga. Sejak saat itu seni tari topeng mulai sering dipentaskan di wilayah kerajaan Cirebon.
Hingga hari ini masih banyak sanggar seni yang melestarikan tradisi tari topeng di Cirebon seperti di sanggar seni di Keraton Kacirebonan. Menurut Iyan cukup membayar 50.000 rupiah dalam satu bulan, sudah bisa ikut belajar seni tari di Keraton Kacirebonan.
(yum/yum)