Lunturnya Penggunaan Bahasa Daerah di Jawa Barat

Lunturnya Penggunaan Bahasa Daerah di Jawa Barat

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Selasa, 21 Nov 2023 07:30 WIB
Bahasa Sunda
Ilustrasi (Foto: Erna Mardiana)
Pangandaran -

Penggunaan bahasa daerah di Jawa Barat mulai jarang digunakan oleh anak muda. Kepala Balai Bahasa Daerah Jabar Herawati mengungkap salah satu penyebabnya yaitu kebanyakan orang tua lebih mengenalkan bahasa Indonesia kepada anak sejak kecil.

"Tentu fenomena ini membuat bahasa daerah semakin luntur karena dianggap terlalu kuno," kata Herawati kepada detikJabar usai kunjungan ke Pangandaran, Senin (20/11/2023).

Herawati mengatakan Balai Bahasa Jabar terus berupaya untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri untuk dapat menggunakan bahasa daerah kepada anak muda, salah satunya dengan revitalisasi bahasa. Revitalisasi bahasa ini bagian dari program merdeka belajar episode ke-17 yang sudah diluncurkan secara resmi pada Februari 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedangkan di Jabar, tahun 2021 sudah melaksanakan itu sebagai percontohan, jadi di tahun 2021 baru 3 provinsi yang melaksanakan revitalisasi bahasa daerah diantaranya, Jabar, Jateng dan Sulawesi Selatan," ucap dia.

"Upaya kami lakukan ini, bahwa revitalisasi bahasa daerah adalah memperkenalkan, mewariskan bahasa sastra dan budaya Sunda kepada generasi muda tetapi dengan cara yang menyenangkan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Pihaknya gencar menggelar festival bahasa Sunda yang terdiri dari lomba borangan (ngabodor sorangan), tembang pupuh, carpon, menulis aksara Sunda dan maca sajak.

"Tahapan revitalisasi ini bernama Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), namun FTBI bukan tujuan akhir revitalisasi bahasa daerah melainkan sarana untuk mengapresiasi anak-anak kita yang sudah berupaya menumbuhkan rasa suka, rasa cinta mereka terhadap bahasa Sunda," jelasnya.

"Artinya kita berharap para generasi muda bisa menumbuhkan cinta mereka terhadap bahasa Sunda dengan cara yang menyenangkan disesuaikan dengan perkembangan zaman," ujarnya.

Tak hanya bahasa Sunda, Herawati menyebut jika bahasa Jawa dialek Cirebon dan bahasa Melayu Betawi turut diperhatikan.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads