Budaya Sunda memiliki beragam kekayaan di dalamnya. Salah satu yang menarik dan memiliki nilai warisan budaya paling besar adalah naskah kuno peninggalan nenek moyang yang ditulis dengan aksara Sunda.
Sayangnya, belum semua orang memahami aksara Sunda. Karena itu, Komunitas Barisan Sunda Asli (BSA) tengah mencoba mengajak berbagai pihak untuk memahami aksara Sunda.
Ketua BSA Robi Gusman mengatakan, pembedahan aksara Sunda penting dilakukan. Sebab menurutnya banyak naskah kuno menggunakan aksara Sunda yang berbeda-beda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ternyata catatan-catatan atau bentuk-bentuk Aksara dari Jawa Barat atau dari Pajajaran sendiri itu banyak macamnya, dari gaya tulisnya, dari tipenya, dan ada beberapa macam juga penamaannya," kata Robi, Kamis (14/12/2023).
Robi menuturkan, aksara Sunda memiliki banyak pesan yang penuh akan makna yang ditinggalkan para leluhur. Karenanya membedah aksara Sunda perlu dilakukan.
"Kita mengambil ilmu yang sangat bermanfaat terutama dalam mencerdaskan dari aksara Sunda yang dibedah. Lebih tepatnya kita harus kenal ke bahasa Sunda, harus kenal aksara, Jadi aksara dan bahasa itu harus tahu untuk semua generasi Sunda terutama," jelasnya.
Sementara itu, pegiat aksara daerah Ujang Laip menambahkan, berbagai macam aksara Sunda telah digunakan sejak zaman leluhur hingga saat ini. Saat ini, Aksara Sunda yang digunakan adalah tipe Latin.
"Aksara yang pernah dipakai oleh orang Sunda ada beberapa tipe. Kita pernah pakai Cacarakan, Pegon, Sunda Buhun, aksara Budha atau aksara Gunung, aksara Kawi, aksara Palawa, dan terakhir sampai hari ini kita pakai aksara Latin," ujar Ujang.
Berbagai macam aksara Sunda tersebut, lanjut Ujang, memiliki sejarah filosofi jika diterjemahkan. Ujang yang juga tergabung dalam komunitas yang fokus dalam mendalami Aksara Sunda, telah menyalin sejumlah naskah kuno yang menggunakan aksara Sunda.
"Kita membahas dan membedah lebih kepada potensi pemahaman dan pemaknaan kepada Aksara Sunda. Kita juga sudah menyalin beberapa naskah di antaranya Siksa kanda Kersian, Sasana Maha guru, Carita Parahyangan," pungkasnya.
(bba/dir)