Kesenian di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sangat beranekaragam. Namun, seni di Ciamis tidak hanya sekadar menampilkan hiburan semata, tapi memiliki cerita yang melatarbelakanginya. Seperti cerita sejarah hingga mistis.
Salah satunya adalah kesenian Mengmleng dari Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Kesenian ini termasuk buhun yang merupakan peninggalan dari Kerjaan Galuh Kawali. Kesenian Mengmleng ini konon memiliki aura magis.
Kesenian Mengmleng biasa ditampilkan dalam acara-acara besar seperti agustusan atau kegiatan kebudayaan lainnya. Dimainkan seperti dalam karnaval sambil ditunggangi oleh seseorang. Konon, tidak sembarang orang yang dapat menaikinya. Hanya keturunan dari Eyang Maharaja Sakti Kawali yang dapat menungganginya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raden Enda Juanda (82), salah seorang penerus Mengmleng menuturkan, kesenian Mengmleng ini berawal ketika Rajasakti akan disepitan (khitan). Ia berkeinginan untuk menaiki seekor harimau. Kemudian utusan kerajaan pun ke wilayah Sancang Garut untuk mencari seekor harimau.
Namun sayangnya menurut orang di Sancang itu, permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi. Akhirnya Perwakilan kerjaan diberi sebuah pohon kaboa untuk dibikin sebuah kepala harimau besar.
"Tunggul pohon kaboa itu dibentuk menjadi kepala harimau berukuran besar. Dibuat pakai alat perkakas batu," ungkapnya, Senin (27/11/2023) saat ditemui di sebuah garasi tempat menyimpan Mengmleng.
Kepala harimau itu kemudian diberi pelengkap badan agar bisa ditunggangi oleh Rajasakti yang akan dikhitan. Akhirnya keinginan sang raja pun terkabul. Kepala harimau yang disebut Mengmleng (kucing besar) itu pun diturunkan secara turun temurun hingga sekarang menjadi kesenian.
"Sampai sekarang kepala harimau masih ada dan dirawat oleh saya. Ditampilkan setiap kegiatan besar seperti agustusan," kata Enda.
Enda membenarkan, tidak sembarang orang dapat menaiki Mengmleng tersebut. Hanya keturunan Raja Galuh yang dapat menaikinya. Apabila ada orang lain yang memaksa menaikinya maka akan mendapat malapetaka atau mengalami sakit.
Konon kepala harimau itu memiliki kekuatan magis atau diisi oleh sosok yang menyerupai harimau. Bahkan terkadang sosok itu kerap menampakan diri.
"Sebelum dipakai untuk tampil sehari sebelumnya diberi sesajen. Seperti kelapa hijau, ayam kampung, congcot, ceurutu, asinan, kopi. Keesokan harinya baru dikeluarkan untuk tampil. Kalau diberi sesaji, sosok harimau itu suka datang minta diurus," ucapnya.
Enda pun menyebut, kepala harimau Mengmleng itu sempat dibuang 5 kali ke sungai. Namun keesokan harinya konon kepala harimau dari kayu kaboa itu kembali lagi dengan sendirinya.
"Sudah 5 kali dibuang tapi kembali lagi. Sekarang dirawat oleh saya, memang kondisinya sudah diperbaiki seperti ditambal dan dicat lagi," jelasnya.
Kini Mengmleng pun dikembangkan sebagai seni helaran yang bisa ditampilkan kapan pun dan di mana saja.
Penggiat Budaya Atus Gusmara adalah yang berkreasi mengembangkan Seni Helaran Mengmleng menjelaskan Mengmleng merupakan salah satu kesenian buhun di Ciamis.
"Mengmleng dalam bahasa Sunda artinya ucing gede (kucing besar). Sebetulnya yang dimainkan pada kegiatan itu kreasi dari Mengmleng, terinspirasi dari barongsai. Kalau yang aslinya bisa ditunggangi," ungkap Atus.
(mso/mso)