Misteri Sosok Gadis dan Sebatang Rokok dalam Foto Karya Kerkhoff

Kabupaten Sumedang

Misteri Sosok Gadis dan Sebatang Rokok dalam Foto Karya Kerkhoff

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 03 Des 2023 07:30 WIB
Foto berjudul Dorpsvrouw (perempuan desa) dalam buku Het Paradijs van Java (Surga dari Jawa) karya Wijnand Elbert Kerkhoff pada kisaran tahun (1919-1930)
Foto: Istimewa/ buku Het Paradijs van Java karya Wijnand Elbert Kerkhoff
Sumedang -

Film Gadis Kretek sukses mengetengahkan sebuah roman dengan setting waktu 1960-an. Namun tayangan tersebut juga mengingatkan kepada salah satu foto karya Wijnand Elbert Kerkhoff berjudul Dorpsvrouw (perempuan desa) dalam bukunya berjudul Het Paradijs van Java.

Sumber lain seperti collectie nederlandsfotomuseum menuliskan keterangan untuk foto tersebut yakni Dorpsvrouw Met Sigaret, Java, Indonesie 1919-1930 (perempuan desa dengan sebatang rokok, Jawa, Indonesia, 1919-1930).

Tak ada hubungan antara film Gadis Kretek dengan karya Kerkhoff ini. Namun satu hal yang sama, keduanya berhasil memotret geliat budaya rokok atau tembakau di tanah air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagaimana diketahui, film serial Gadis Kretek diangkat dari novel dalam judul yang sama yang mengambil setting waktu pada 1960-an.

Sementara foto berjudul Dorpsvrouw diabadikan langsung oleh Kerkhoff pada sekitar 1919-1930 di Sumedang. Dalam foto tersebut menampilkan seorang perempuan dengan rambut terurai. Ia mengenakan atasan kain kebaya dengan bawahannya berupa kain samping.

ADVERTISEMENT

Sosok perempuan itu duduk di sebuah tangga masuk rumah yang dalam istilah Sunda disebut golodog. Ia mengenakan perhiasan lengkap di kuping, leher dan kedua lengannya.

Tangan kanannya menyentuh golodog. Sementara tangan kiri melalui jemarinya tampak mengapit sebatang rokok yang ditaruh di atas pahanya. Rokok di tangannya cukup mencolok seolah menjadi bagian dari sasaran objek foto.

Cukup sulit untuk menguak sosok perempuan di balik foto tersebut. Namun diketahui bahwa potret tersebut diabadikan di wilayah Sumedang.

Buku Het Paradijs van Java adalah sebuah buku yang memuat sekumpulan foto di daerah Sumedang. Keterangan tersebut diperkuat oleh tulisan pembuka yang dipaparkan Johan Koning dalam buku tersebut.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat Suryana mengatakan foto tersebut diperkirakan dipotret pada masa Hindia Belanda di wilayah sekitaran Cijambu, Kecamatan Tanjungsari.

Sementara sosok di balik foto tersebut, dikatakan Suryana, bernama Ibu Nani. Ia adalah seorang guru sekolah dasar yang pada waktu itu menanam tembakau di halaman rumahnya.

"Jadi dulu orang bertanya ini tanaman apa, tembakau, tembakau apa? Tembakau Nani dan sampai sekarang namanya jadi tembakau Nani dan tembakau Nani itu sebutan untuk tembakau dengan kualitas bagus," ungkap Suryana saat dikonfirmasi detikJabar, belum lama ini.

Suryana menyebut, sosok Nani adalah pencetus dari benih tembakau kualitas terbaik di Jawa Barat yang kini terkenal dengan sebutan tembakau Nani.

"Itu pencetus salah satu tembakau terbaik di Jawa Barat dengan benihnya dinamakan benih Nani dan produknya pun dikatakan sebagai tembakau Nani. Diistilahkan tembakau Nani lantaran tembakaunya cantik, tembakaunya halus, sehingga namanya disesuaikan karena Ibu Nani juga katanya cantik dan halus," paparnya.

Meski terkait foto karya Kerkhoff dan sosok bernama Nani masih perlu ditelusuri lebih dalam kebenarannya. Namun Daerah Cijambu, Tanjungsari, Sumedang tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu sentra tembakau pada waktu itu.

Geliat Tembakau di Sumedang

Sebagaimana dikutip dalam buku Departement Van Landbouw, Nijverheid en Handel-Teelt Van Tweede Gew Assen (A.J. Koens, 1925) paling tidak disebutkan bahwa saat itu tanaman tembakau ditanam di sebuah tegalan di distrik Tanjungsari, yakni di daerah Cijambu dan Jatiroke.

Belakangan tembakau juga ditanam di daerah Situraja dan Cimalaka. Waktu terbaik untuk menanam di tanah tegalan kala itu adalah pada bulan Februari dan Maret.

Dari catatan departemen pertanian, perindustrian dan perdagangan yang bertugas di Sumedang pada masa Hindia Belanda tersebut, setidaknya diketahui bahwa tanaman tembakau sudah ada sejak lama.

Dilansir dalam buku Petani Tembakau di Indonesia: Sebuah Paradoks Kehidupan (2015), disebutkan bahwa perkebunan tembakau di Indonesia baru dibangun pada 1800-an.

Saat itu, Pemerintah Kolonial Belanda mengawalinya dengan memperkenalkan sebuah rokok kretek kepada orang Jawa sebagai bujukan agar kemudian mau membeli komoditas tembakau.

Rokok kretek pertama kali dibungkus menggunakan 'klobot' atau daun kawung lalu diikat dengan benang. Baru kemudian rokok kretek digulung dengan menggunakan kertas. Pertama kali diproduksi secara massal oleh Nitisemito di Kudus pada 1930-an.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads