Harmonisasi Angklung Suarakan Inklusi di Bandung

Harmonisasi Angklung Suarakan Inklusi di Bandung

Hanifah Salsabila - detikJabar
Senin, 27 Nov 2023 19:15 WIB
Kolaborasi Tim Muhibah Angklung dan Komunitas Binaan dalam membawakan lagu We Are The World
Kolaborasi Tim Muhibah Angklung dan Komunitas Binaan dalam membawakan lagu We Are The World. Foto: Hanifah Salsabila/detikJabar
Bandung -

Angklung adalah alat musik yang dimainkan bersama-sama. Suara angklung yang bersahut-sahutan kemudian menciptakan harmonisasi yang indah. Keunikan yang dimiliki angklung membuat alat musik ini memiliki potensi untuk dikenal dunia internasional.

Terhitung sejak 2010, alat musik tradisional ini telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Namun, agar tetap berada di posisi tersebut, masyarakat Indonesia perlu terus melestarikan alat musik ini dengan terus memainkannya dan menjangkau sebanyak mungkin masyarakat.

Sebagai upaya pelestarian alat musik ini, Tim Muhibah Angklung masih melanjutkan perjuangannya. Setelah sukses melakukan berbagai misi budaya ke mancanegara, Tim Muhibah Angklung juga mengabdikan diri pada Bandung sebagai pusatnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kali ini Tim Muhibah Angklung menyasar masyarakat setempat di Kota Bandung. Mereka mengumpulkan masyarakat yang tertarik pada angklung dari berbagai kategori untuk dihimpun dalam komunitas dan dibina selama tiga bulan.

"Kita membuat pelatihan angklung gratis, siapapun yang mau latihan angklung, kita bentuk satu tim, kemudian kita latihan intensif selama kurang lebih 3 bulan," kata Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana M Syuhada, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Berbeda dengan Tim Muhibah Angklung yang beranggotakan anak muda, komunitas binaan ini lebih memperluas jangkauan angklung di masyarakat. Total terdapat 4 komunitas yang terdiri atas anak-anak, lansia, difabel, dan warga sekitar Rumah Angklung. Keputusan untuk membentuk keempat komunitas binaan ini adalah sebagai perwujudan inklusivitas angklung.

"Kita ingin angklung teh jangan cuma sama remaja sama yang muda-muda aja, tapi juga lansia bisa ikut angklung. Dan semenjak anak-anak harus juga sudah diperkenalkan. Penyandang disabilitas juga harus punya akses ke angklung, makanya buka buat penyandang disabilitas juga. Kemudian karena kita ngadain latihan setiap minggu di Rumah Angklung, masa warga nggak diajak. Maka warga (sekitar) juga kita ajak," jelasnya.

Selama tiga bulan itu, keempat komunitas ini dibina oleh pelatih yang dimiliki Tim Muhibah Angklung. Satu komunitas dibina oleh seorang pelatih dan beberapa asisten pelatih. Tidak hanya memberikan pelatihan, Tim Muhibah Angklung juga menyediakan angklung yang akan digunakan untuk berlatih, begitu pula partiturnya.

Puncak program komunitas binaan ini berada di gelaran Angklung Fest 2023. Pada hari terakhir, keempat komunitas ini berkesempatan untuk menampilkan hasil pembinaannya selama tiga bulan.

Komunitas binaan Tim Muhibah Angklung membawakan beberapa lagu. Di antaranya 'Manuk Dadali' yang dibawakan Komunitas Warga Sekitar, 'Mari Bermain Angklung' yang dibawakan oleh Komunitas Difabel, 'Bunda' dibawakan oleh Komunitas Anak-anak, 'Edelweiss' dibawakan Komunitas Anak-Anak bersama Difabel, dan 'Widuri' yang dibawakan oleh Komunitas Lansia. Setiap lagu yang dibawakan berhasil mengajak penonton ikut berdendang, terlebih pada lagu Widuri.

Di penutupan Angklung Fest 2023 ini, keempat komunitas binaan ini juga mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Tim Muhibah Angklung di atas panggung. Kelima tim ini memenuhi panggung dengan membawakan lagu We Are The World yang dipopulerkan oleh Michael Jackson. Lagu dengan tema kemanusiaan ini dibawakan sebagai bentuk solidaritas Tim Muhibah Angklung untuk kebebasan dan kemerdekaan Palestina. Penampilan lagu ini juga akan dapat disaksikan di kanal Youtube Angklung Muhibah dalam waktu dekat.

Melihat kesuksesan penampilan mereka, anggota komunitas binaan ini ingin agar mereka terus mendapatkan pelatihan dari Tim Muhibah Angklung. Maul merespons keinginan tersebut dengan tangan terbuka.

"Ini sebagai percobaan kita 3 bulan pertama sampai Angklung Fest itu sebetulnya programnya selesai. Tapi kalau dilihat itu inginnya jangka panjang. Jadi dari komunitas itu gairahnya ingin terus, lansia nggak mau dibubarin grupnya, pengen terus berlatih," katanya.

(sud/sud)


Hide Ads