Empat pusara tampak tertanam di tepian jalan di Dusun Cilumping, Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Empat pusara itu ternyata milik sosok penting bagi perkembangan salah satu kesenian di Sumedang.
Makam Aki Sipan, Pencipta Seni Kuda Renggong. Demikian tulisan yang tertera di papan informasi yang tertancap di sana.
Empat pusara itu, yaitu makamnya pasangan suami istri, Sipan bin Midin (1870 - 1939) dan Enoh Binti Adam (wafat 1949). Lalu makam pasangan Sukria bin Sipan (wafat 1997) dan Nene binti Inah (wafat 1998).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosok Sipan pada nisannya tertulis merupakan anak dari Midin. Namun menurut Epon Warnengsih (67) yang diketahui merupakan salah satu keturunan dari moyang Sipan menyebutkan bahwa sosok Sipan merupakan anak dari Sinto.
![]() |
Terlepas dari itu, sosok Sipan diketahui merupakan keturunan dari pria asal Bugis, Sulawesi dan perempuan asal Sumedang.
Dalam tulisan prasasti yang tertera di sana diterangkan bahwa Sipan adalah anak dari Midin yang merupakan abdi dalem kala Sumedang dipimpin oleh Pangeran Suria Atmadja.
Kala itu, Sipan mahir melatih kuda dari lingkungan abdi dalem menjadi Kuda Renggong. Kuda yang dilatihnya itu bernama si cengek dan si dengek. Sipan berhasil melatih seekor kuda menjadi seni Kuda Renggong pada 1910.
Kemahiran Sipan melatih Kuda Renggong kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Sukria. Hingga, Seni Kuda Renggong pun menjadi salah satu warisan budaya bagi Sumedang dan dunia.
Kepala Desa Cikurubuk Fadar Junawar memaparkan, makam tersebut adalah makam eyang Sipan bersama istrinya.
"Di sana juga terdapat makam anaknya yang juga sebagai generasi penerus dalam Seni Kuda Renggong, yakni Sukria," terang Muhamad kepada detikJabar belum lama ini.
Muhamad melanjutkan, makam Aki Sipan awalnya berada di tempat pemakaman umum (TPU) Pasirhaur. Makam tersebut kemudian dipindah ke lokasi yang sekarang.
"Jadi makam itu dulunya bukan di situ tapi di lokasi agak ke dalam dari lokasi sekarang," ungkapnya.
![]() |
Muhamad menyebut, makam tersebut dipugar dan diperbaiki oleh Yayasan Seni Kuda Renggong (Yaskures) yang bekerjasama dengan Pemda Sumedang pada sekitar tahun 2020 atau 2021.
"Sekarang selain makam, lokasi itu juga jadi sebuah situs eyang Sipan sebagai penemu atau pencipta Seni Kuda Renggong," ujarnya.
Muhamad menambahkan pihaknya memiliki rencana bahwa ke depannya akan dibuatkan serupa museum mini di sekitar lokasi permakaman.
"Alhamdulillah seni Kuda Renggong hingga kini masih lestari di Desa Cikurubuk sendiri ada tiga grup kesenian Kuda Renggong," ucapnya.
Sekadar diketahui, Seni Kuda Renggong telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Kabupaten Sumedang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2014.
Kuda Renggong sendiri adalah seni ketangkasan kuda yang mana kudanya bisa menari mengikuti alunan musik.Tak hanya itu, Kuda Renggong juga mahir memperagakan gerak yang seolah-olah tengah berkelahi dengan manusia. Ini biasanya dihadirkan sebagai atraksi.
(mso/mso)