Pemandangan tak biasa terlihat di sebuah gang dekat Masjid Agung Kota Sukabumi. Berbatas bata merah, beberapa pulasara dengan batu nisan tanpa nama terlihat berjajar. Tak banyak yang tahu, makam tersebut merupakan salah satu tokoh bersejarah di Kota Sukabumi.
Makam itu merupakan tempat peristirahatan terakhir Pangeran Syaofidin Al Matromiyyi. Beliau seorang penyebar agama Islam di kota santri ini. Lokasi pemakamannya tepat berada di Jalan Veteran I, Gang Kaum IV, Kelurahan Gunung Parang, Cikole, Kota Sukabumi.
Diceritakan sejarawan Irman Musafir Sufi, Pangeran Syaofidin Al Matromiyyi semasa hidupnya menjadi pendakwah yang terjun langsung ke masyarakat, terutama selama masa VOC. Syaofiddin disebut seorang ningrat dari kesultanan Mataram dan konon masih keturunan Pangeran Tembayat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pangeran Tembayat ini ada yang berpendapat sebagai Raja Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, namun ada juga yang berpendapat putranya Prabu Brawijaya V yaitu Joko Supena. Intinya Pangeran Syaofidin adalah bagian dari keluarga kesultanan Mataram," kata Irman kepada detikJabar, Jumat (27/10/2023).
Sekitar tahun 1740, kesultanan Mataram didera persoalan politik seperti Geger Pecinan hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyawa. Akibatnya keraton harus pindah dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745.
Pada masa itu terjadi pertentangan dengan VOC, bahkan Pangeran Mangkubumi keluar dari istana dan turun tangan melakukan penyerangan terhadap VOC. Pangeran Syaofidin pun ikut serta sebagai pengikut Pangeran Mangkubumi.
"Tak sedikit pengikut Pangeran Mangkubumi yang terbunuh atau tertangkap, salah satunya Pangeran Syaofidin tertangkap VOC dan dibawa ke Batavia pada tahun 1750. Namun dia berhasil lolos dan melarikan diri ke hutan di selatan Batavia hingga ke sebuah wilayah yang disebut Gunung Parang," ujarnya.
Kala itu, Gunung Parang merupakan wilayah VOC yang berada di bawah pengelolaan Cianjur dengan kepemimpinan Raden Sabirudin (Raden Adipati Wiratanu Datar IV). Sebagian wilayah Sukabumi yang saat ini dikenal seperti Cikembar, Cibadak dan Gunung Parang banyak dihuni oleh cacah keluarga Wiratanu, banyak di antaranya ditempatkan sebagai pejabat kewilayahan.
Mataram dan Cianjur ketika itu sudah memiliki hubungan yang baik sejak kepemimpinan Wiratanudatar I (Jayasasana) sehingga tak heran, Syaofidin melarikan diri ke wilayah Gunung Parang. Syaofidin menganggap, Gunung Parang merupakan tempat teraman untuknya bersembunyi dari kejaran VOC.
Singkat cerita, Syaofidin menikah dengak keluarga Wiratanu bernama Murta'siah. Dari pernikahan keduanya, Syaofidin dikaruniai delapan orang anak. Sosok Murta'siah pun memiliki banyak versi.
"Ada yang menyebutkan bahwa Murta'siah adalah putri dari adik Wangsa Goparana (orang tua Jayasasana/Wiratanudatar I) namun dilihat dari kurun waktu nampaknya sangat jauh karena bertaut sekitar 150 tahun lebih mengingat Aria Wangsa Goparana sudah menyebarkan Islam ke wilayah barat termasuk ke Parungkuda, Sukabumi sejak tahun 1530," jelas Irman.
Irman menduga, Murta'siah merupakan kerabat Wiratanudatar IV yang sudah bermukim di Sukabumi. Setelah pernikahan itu, posisi Syaofidin semakin kuat karena trah Wiratanu yang dimiliki sang istri memudahkan anak-anaknya menduduki jabatan di kepemerintahan.
Pangeran Syaofidin juga berperan dalam membuka perkampungan baru (babakan) di Cikole. Bukan hanya itu, pendidikan Islam pun disebarkan kepada warga. Lama-kelamaan, banyak warga yang ingin belajar Islam sekaligus menjadi penduduk baru di perkampungan yang diberi nama Kampung Kaum.
Selama berkiprah di Sukabumi, Pangeran Syaofidin menyembunyikan status keningratannya sehingga masyarakat hanya mengenal sosok Syaofidin sebagai seorang pendakwah. Kerahasiaan ini juga disampaikan kepada pengikut dan keturunannya agar tidak membuka identitas beliau.
"Seperti pepatan Sunda 'Nyumput buni di nu caang.' Tidak diketahui kapan beliau meninggal namun beliau dikuburkan di Kampung Kaum, di situ juga dimakamkan sebagian keluarga dan pengikutnya. Para pengikut yang mengenalnya, menyebut Pangeran Syaofidin Al Matromy karena tahu betul bahwa beliau adalah trah Mataram," tutupnya.
(mso/mso)