Upaya Menjaga Orisinalitas Angklung Sebagai Warisan Dunia

Upaya Menjaga Orisinalitas Angklung Sebagai Warisan Dunia

Sudirman Wamad - detikJabar
Kamis, 24 Agu 2023 19:45 WIB
Rapat kerja nasional PPAI di Bandung
Rapat kerja nasional PPAI di Bandung (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

UNESCO telah menetapkan angklung sebagai warisan budaya dunia pada 2010. Namun, belakang ini keresahan menyambar para seniman. Mereka khawatir orisinalitas angklung punah. Perhimpunan Penggiat Angklung Indonesia (PPAI) pun dibentuk.

Organisasi yang fokus bergerak untuk merawat dan melestarikan angklung itu dibentuk pada 2021. Dan, organisasi ini telah mendapatkan SK dari Kemenkumham. Dua tahun setelah dibentuk, PPAI mulai bergerak untuk menyusun program kerja agar angklung tetap bisa bersenandung di Indonesia, bahkan dunia.

"Sekarang rapat kerja pertama kita. Di sini, kita akan membentuk pengurus-pengurus di daerah-daerah. Kita berharap ada daerah-daerah yang membentuk kepengurusan, supaya informasi mengenai angklung ini terkoordinasi," kata Ketua Umum PPAI Sam Udjo saat Rapat Kerja Nasional PPAI di Kota Bandung, Kamis (24/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sam Udjo mengatakan pelestarian angklung adalah amanat dari UNESCO. Sehingga, gerakan untuk mengekspansi pelestarian dan sosialisasi harus dilakukan. Sam Udjo tak menampik pelestarian angklung saat ini hanya terkonsentrasi di daerah sekitar Bandung dan Jakarta.

"Di Jabar saja banyak yang belum paham. Maka, kita punya kewajiban untuk memberikan pemahaman pada daerah lain. Misalnya di Gorontalo, kita sudah melakukan pendekatan dengan teman-teman di sana. Kita bisa bersinergi dengan teman-teman di Gorontalo," ucap Sam Udjo.

ADVERTISEMENT

"Gorontalo punya alat musik tradisional namanya palopalo. Jadi, angklung bisa dikolaborasi dengan alat musik tersebut. Palopalo adalah alat musik dari bambu. Di Padang juga ada namanya talempong. Intinya, kita tidak mengintervensi daerah-daerah lain (untuk bermain angklung), tapi berkolaborasi atau bersinergi," kata Sam Udjo menambahkan.

Antara Inovasi dan Orisinalitas

PPAI tak menampik memiliki kekhawatiran tentang hilangnya eksistensi angklung. Meski saat ini angklung sudah mengalami banyak perkembangan. Angklung yang sejatinya alat musik yang dimainkan bersama-sama, kini bisa dimainkan oleh satu orang. Sam Udjo menyebut khawatir orisinalitas angklung sebagai alat musik bersama memudar.

"kekhawatiran jelas ada. Kalau ini tidak dikembangkan dipelihara, dilindungi, dan dilestarikan lambat laun akan pudar. Walaupun ada generasi milenial yang main musik angklung itu secara individu, seperti di Malioboro, band dan lainnya. Itu bagus berkembang. Tapi, esensi angklung yang sebenarnya sebagai musik kebersamaan khawatir luntur," kata Sam Udjo.

Kendati demikian, Sam Udjo tetap mengapresiasi inovasi dari generasi milenial yang memainkan angklung secara individu, termasuk angklung digital. "Pergerakan dan inovasi milenial itu silakan, itu bagus. Tapi, kita juga harus merawat orisinilitasnya sebagai alat musik kebersamaan. Satu angklung, satu nada," ucap Sam Udjo.

Sam Udjo mengatakan PPAI mendorong angklung bisa masuk dalam kurikulum sekolah. PPAI pun bakal berkoordinasi dengan Kemendikbud dan pemerintah daerah. Selama ini, dikatakan Sam Udjo, angklung masih dijadikan sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah.

Selain meluruskan pemahaman soal angklung melalui pendidikan, Sam Udjo juga menyebut PPAI punya rencana untuk berkolaborasi dengan pemerintah agar ketersedian bahan baku angklung tetap terjaga. Sebab, menurut Sam Udjo, bambu khusus yakni bambu hitam ataupun bambu apus mulai jarang.

"Sekarang kondisinya (bahan baku angklung) aman-aman kuranglah, karena kebutuhan angklung sedang naik. Tapi penyedian bahan baku kelihatannya tidak seimbang. Jadi, perlu ada peremajaan tanaman bambu, ini nanti dibahas kedepannya," tutur Sam Udjo.

(sud/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads