Cerita di Balik Pagelaran Angklung Terbesar Dunia

Cerita di Balik Pagelaran Angklung Terbesar Dunia

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Sabtu, 12 Agu 2023 09:30 WIB
Belasan ribu peserta memainkan angklung saat pemecahan rekor dunia pagelaran angklung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (5/8/2023). Pagelaran angklung yang diikuti 15.110 peserta itu berhasil mencatatkan rekor dunia dari Guinness World Records. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool/aww.
Momen Indonesia Pecahkan Rekor Pagelaran Angklung Terbesar di Dunia (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Bandung -

Pada Sabtu (5/8/2023) pekan lalu, sebanyak 15.110 peserta dari berbagai kalangan memainkan angklung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Gelaran itu berhasil mencatatkan rekor dunia dalam Guinness World Record (GWR) The Largest Angklung Ensemble atau Pagelaran Angklung Terbesar Dunia.

Dengan membawakan medley lagu nasional 'Berkibarlah Benderaku' dan lagu perdamaian dunia 'Wind of Change', para peserta mampu membunyikan angklung dengan kompak secara bersama untuk menghasilkan melodi yang indah. Angklung dimainkan selama tujuh menit tanpa henti dengan dipandu konduktor.

Dalam Konferensi Pers Torehan Gemilang Saung Angklung Udjo (SAU) Taufik Hidayat Udjo, Direktur Utama SAU pun menceritakan kisah di balik hasil kegiatan yang tengah dilirik kalangan luas hingga ke internasional ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berawal dari usaha untuk bangkit dari keterpurukan usai pandemi dua tahun ke belakang, Saung Angklung Udjo mampu kembali unjuk prestasi dan melawan keterbatasan.

Seperti diketahui, SAU merupakan tempat wisata edukasi terkenal di Bandung. Saung Angklung Udjo sejak tahun 1966 menjadi tempat pembuatan, penjualan, pertunjukan, hingga pelatihan angklung.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat terharu, sulit berkata-kata karena GWR kemarin diinisiasi oleh ibu Iriana Jokowi yang begitu peduli akan budaya, mengubah semua tragedi. Mau minta bantuan Pemerintah juga sedang repot, akhirnya kami jual sarana-sarana yang disisakan tanah, nggak sanggup bayar listrik jadi dicabut, ada ratusan perut yang harus kami tanggung," kata Kang Opik, begitu sapaannya, sambil berkaca-kaca.

"Kendalanya luar biasa harus buat angklung 22 ribu, padahal perajin sudah punya kerjaan pribadi seperti ngojek, petani bambu sudah tidak jualan lagi karena halamannya diubah jadi perumahan. Tapi dengan kerja keras kawan-kawan produksi alhamdulillah semua selesai tepat waktu," lanjutnya bercerita.

Kang Opik juga tak menyangka, bagaimana belasan ribu orang tersebut bisa berkumpul dan melantunkan melodi indah secara bersamaan. Padahal, para peserta yang dikumpulkan bukan pemain angklung profesional.

Ada banyak kalangan mulai dari kelompok istri Kepolisian, IPDN, Dishub, istri pejabat daerah, hingga para pelajar SMA dan PNS. Sehingga tak cuma butuh PR untuk mengajarinya, tapi juga perlu berlatih intensif.

"Persiapan sejak November 2022, kita menggunakan metode pemberian flex sign dan hand sign, untuk mengkolaborasikan dua suara perpaduan harmoni. Ini pertunjukan pertama kali dengan metode yang tingkat kesulitannya tertinggi. Latihannya kami merangkul 100 guru-guru musik di Jakarta untuk menjadi pelatih angklung, sehingga akhirnya bisa dimainkan oleh para peserta," kata Wildan Bira Riris, sebagai Music Director dalam event tersebut.

Saung Angklung Udjo memiliki peran besar di bawah arahan Direktur PMM Kemendikbud Ristek, Ahmad Mahendra. SAU dipercaya sebagai konseptor yang menyajikan permainan angklung dengan tingkat keharmonisan tinggi hanya dengan proses pelatihan efektif selama 3bulan. Wah, keren ya detikers!

Semua dipikirkan matang-matang dan penuh persiapan, termasuk pemilihan kedua lagu Berkibarlah Benderaku ciptaan Ibu Soed dan Wind of Change oleh Scorpions itu juga bukan tanpa alasan.

"Karena masih dalam tema kemerdekaan jadi diusulkan ke bu Iriana Berkibarlah Benderaku. Kemudian satu lagu internasional Wind of Change sebagai pesan perdamaian. Lagu itu menceritakan bulan Agustus kala itu masih ada perang dengan Uni Soviet, artinya angin perubahan. Kenapa sesama manusia harus berperang, jadi diharapkan menginspirasi dunia agar tidak ada ketegangan politik," ucap Wildan.

Setelah rekor dunia terpecahkan, Kang Opick mengharap agar acara kemarin bukan hanya sekedar menciptakan rekor baru, tetapi juga mengangkat nilai-nilai tradisional Indonesia yang kaya melalui perpaduan musik dan pertunjukan yang mengesankan.

"GWR ini bukan sekedar acara ceremonial, namun rangkaian kegiatan GWR telah mampu hidup dan menghidupi. Harapannya dampak berkelanjutan setelahnya ya Budaya Indonesia dapat dipromosikan secara global, khususnya agar angklung sebagai warisan budaya Indonesia dapat terus lestari dan mencuri perhatian di seluruh dunia," ucap Kang Opick.

(aau/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads