Ottih Rostoyati Tetap Setia dengan Kecapi dan Tari

Ottih Rostoyati Tetap Setia dengan Kecapi dan Tari

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 11 Jul 2023 07:30 WIB
Ottih Rostoyati saat menampilkan musik kecapi dan tari
Ottih Rostoyati saat menampilkan musik kecapi dan tari (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Kafe Batavia di Hotel Sapoy Homann mendadak hening, para pengunjung tertegun ketika menyaksikan penampilan seorang wanita berkebaya putih memainkan alat musik kecapi.

Jari lentiknya bergantian memetik satu persatu senar kecapi hingga menimbulkan nada yang menyejukkan hati. Meski usianya tak muda lagi, suara pemain kecapi itu sangat nyaman di telinga saat melanjutkan Kidung Siliwangi.

Sesekali, pengunjung kafe memberikan applause untuk pemain kecapi yang diketahui bernama Ottih Rostoyati atau karib disapa Ambu Ottih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski usianya telah menginjak 75 tahun, keahlian tetap teruji. Penampilannya tak tak hanya di situ saja, setelah bermain kecapi dan melanjutkan Kidung Siliwangi. Ambu Ottih berdiri, menghampiri sebuah meja kayu yang menyimpan sejumlah topeng.

Topeng yang disimpan di meja itu lalu digunakannya dan tidak lama dari itu, Ambu Ottih pun menari dengan diiringi musik khas Sunda. Sama halnya saat bermain kecapi, tariannya cukup enerjik dan penonton pun dibuat terpukau dengan penampilannya.

ADVERTISEMENT
Ottih Rostoyati saat menampilkan musik kecapi dan tariOttih Rostoyati saat menampilkan musik kecapi dan tari Foto: Wisma Putra/detikJabar

detikJabar berkesempatan berbincang dengan Ambu Ottih usai menampilkan bakat seninya di acara Peringatan 1000 Tahun Prasasti Sang Hyang Tapak di Hotel Sapoy Homann belum lama ini.

Mantan Dosen Universitas Pasundan (Unpas) dan Magister di Universitas Padjajaran (Unpad) Jurusan Antropologi Budaya ini mengatakan, dia sudah mencintai seni sejak kecil karena dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang peduli akan kesenian.

"Sejak kecil sudah suka. Belajar dari bapak, H Yoyo Sunaryo dan ibu, H Sukiyah di Tasikmalaya," kata Ambu Ottih.

Ambu Ottih mengaku keahliannya dalam berkesenian juga didapatkan dari lingkungan keluarga. Bermain alat musik, menyanyi, hingga menari itu sudah biasa baginya.

"Dibesarkan di lingkungan yang mempertahankan seni dan budaya di Tasikmalaya," ujarnya.

Ottih mengaku saat ini dia tinggal di kawasan Dago Resort. Ottih memiliki dua anak bernama Apriyatna Eka Sumarna dan satu lainnya sudah meninggal dunia bernama Gustini Permata Dewi hasil pernikahannya dengan sang suami Anang Sumarna yang merupakan mantan Kepala Dinas Pariwisata Jabar yang meninggal tahun 2013 lalu.

Ottih mengisahkan, ketika dia masih muda, dia kerap diundang ke luar negeri untuk bermain kecapi dan menari. Karena usianya tak muda lagi, Ottih kini berkesenian hanya di sekitar Bandung saja.

"Dulu aktif, tahun 1970 ke Jepang, terus ke Amerika, Jerman dan Belanda, nari sambil ngakecapi dan ngidung," ujarnya.

Ottih juga mengaku, keahliannya dalam berkesenian ini merupakan titipan dari Allah yang harus kita nikmati.

"Suka sama seni, segalanya milik Allah tapi nikmatnya milik kita semua," tuturnya.

Ambu Ottih mengaku, sejak dirinya menjadi dosen, dia juga aktif menulis di salah satu media cetak lokal Jawa Barat dan juga menghasilkan sejumlah buku.

"Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda, Sistem Sosial Budaya Indonesia dan Pelangi Buday," pungkas Ambu Ottih menyebutkan nama-nama buku yang pernah ia buat.

(wip/iqk)


Hide Ads