Sejarah Mahkota Binokasih yang Beratnya Mencapai 8 Kilogram

Sejarah Mahkota Binokasih yang Beratnya Mencapai 8 Kilogram

Dadang Hermansyah - detikJabar
Jumat, 12 Mei 2023 19:30 WIB
Mahkota Binokasih.
Mahkota Binokasih. (Foto: Dok. Dinas Pariwisata Ciamis)
Ciamis -

Mahkota Binokasih merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sumedang Larang yang kini disimpan di Museum Geusan Ulun. Ternyata mahkota yang terbuat dari emas 8 kilogram itu awalnya dibuat dan dipakai oleh para raja Kerajaan Galuh yang kini bernama Kabupaten Ciamis.

Setelah 445 tahun berlalu, Mahkota Binokasih kembali dibawa ke Tatar Galuh Kabupaten Ciamis. Meski sementara dikemas dalam bentuk kirab. Namun hal tersebut membuktikan bahwa Mahkota Binokasih dari Ciamis. Ini merupakan momen bersejarah.

Lalu bagaimana cerita Mahkota Binokasih yang dibuat di Galuh kemudian sampai ada di Sumedang? Yuk, simak ulasannya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahkota Binokasih dibuat diprakarsai Bunisora Suradipati Raja Kerajaan Galuh (1357-1371). Bunisora memimpin Kerajaan Galuh menggantikan keponakannya putra mahkota Galuh, Niskala Wastu Kancana yang pada saat itu masih berusia 7 tahun ketika ditinggal ayahnya Linggabuana yang gugur saat Bubat.

"Pada saat Linggabuana gugur, otomatis anaknya Eyang Wastu Kancana yang menjadi penerusnya. Namun pada saat itu usinya masih 7 tahun, otomatis pemerintahan Kerajaan Galuh dipimpin oleh pamannya yang merupakan adik Linggabuana, yakni Bunisora," ujar Budayawan Ciamis Aip Syaripudin saat ditemui di Pendopo Bupati Ciamis, Jumat (12/5/2023).

ADVERTISEMENT

Pada saat itu, sebagai salah satu persiapan menyambut keponakannya memimpin Kerajaan Galuh pada saat dewasa, Bunisora Suradipati pun membuat mahkota yang terbuat dari emas dengan berat sekitar 8 kilogram. Mahkota itu diberi nama Binokasih sebagai simbol kasih sayang dan lambang kemaharajaan.

Mahkota Binokasi yang kembali ke Ciamis.Mahkota Binokasi yang kembali ke Ciamis. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

Setelah siap memimpin, Mahkota Binokasih pun pertama kali dipakai oleh Niskala Wastu Kancana pada saat pelantikan Raja Galuh oleh Bunisora. Mahkota itu kemudian dipakai oleh Raja Galuh.

Lalu pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja, ia menyatukan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda menjadi Kerajaan Sunda Padjadjaran. Awalnya ibu kota Kerajaan Galuh di Kawali Ciamis, dipindahkan ke Bogor. Mahkota Binokasih pun turut dibawa. Estafet kepemimpinan Kerajaan Padjadjaran pun terus berlanjut hingga puluhan tahun.

"Setelah lama berjaya akhirnya Kerajaan Padjadjaran pun Burak (bubar) karena serangan Demak Dan Cirebon. Kemudian Mahkota Binokasih itu diberikan kepada Gesan Ulun Raja Kerajaan Sumedang Larang. Pada masa itu Kerajaan Sumedang Larang sedang eksis. Ada 4 orang utusan yang membawa mahkota itu, Senapati Kerajaan yakni Eyang Jaya Prakasa, Eyang Nanganan, Eyang Kondang Hapa dan Eyang Terong Peot," ungkapnya.

Ada banyak pertimbangan mahkota itu diserahkan dari Kerajaan Padjadjaran ke Sumedang Larang. Menurut Aip, Gesan Ulun masih memiliki keturunan dari leluhur Galuh.

"Jadi tidak akan ada Sumedang Larang kalau tidak ada Kerajaan Galuh. Tidak ada Galuh kalau tidak ada Tarumanagara, begitu juga Tarumanagara tidak akan ada kalau tidak ada Kerajaan Salakanagara," ucapnya.

Sebagai bentuk Napak tilas, kali ini Sumedang melakukan Kirab Mahkota Binokasih. Dimulai dari Ciamis (Galuh) kemudian ke Bogor (Padjadjaran) dan terakhir di Sumedang (Sumedang Larang).

(mso/orb)


Hide Ads