Saat Nasi Jadi Barang Asing di 'Negeri Singkong'

Whisnu Pradana - detikJabar
Sabtu, 11 Feb 2023 07:01 WIB
Nasi singkong yang biasa dimakan warga di Kampung Adat Cireundeu. (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Masyarakat sedang dihadapkan pada mahalnya harga beras. Sama halnya seperti di Kota Cimahi, harga kebutuhan pokok masyarakat itu meroket sejak beberapa pekan terakhir.

Misalnya di Pasar Antri sebagai pasar tradisional terbesar di Cimahi, harga beras premium yang awalnya hanya Rp 10.500 per kilogram, kini menjadi Rp 13.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga beras medium sudah menyentuh harga Rp 11.500 hingga Rp 12.000 per kilogram.

Bagi sebagian orang, naiknya harga beras menjadi masalah serius. Namun bagi kelompok kecil masyarakat, naik atau turunnya harga beras tak memberikan dampak apa-apa.

Beras sebagai makanan pokok orang Indonesia, ternyata digantikan singkong. Hal itu dilakukan kelompok kecil masyarakat Kampung Adat Cireundeu, sebuah kampung adat di pelosok Kota Cimahi, tepatnya di kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan.

Di sini, dulu warganya mengonsumsi singkong sebagai makanan pokoknya. Hal itu berlangsung turun-temurun. Mereka biasanya makan rasi alias beras yang terbuat dari singkong.

"Kalau emak dari dulu, sudah turun-temurun masih makan rasi (beras singkong). Jadi sekarang beras mahal juga ya emak tidak terpengaruh," kata Atikah (72), salah seorang warga berusia lanjut di Kampung Adat Cireundeu saat berbincang dengan detikJabar, belum lama ini.

Atikah bercerita jika orang tuanya mengonsumsi rasi. Kebiasaan itu akhirnya diturunkan kepadanya dan berlanjut sampai ke anaknya. Ini sebagai upaya menjaga tradisi dan pesan dari leluhur agar tak ketergantungan terhadap beras.

"Semuanya (keluarga) makan rasi, kalau saya makan rasi sejak lahir tahun 1950. Kalau orangtua sejak tahun 1918 atau sudah 100 tahun lebih makan rasi dan sama sekali belum pernah makan nasi," ujar Atikah.

Nasi singkong yang biasa dimakan warga di Kampung Adat Cireundeu. Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Seperti Atikah, warga Kampung Adat Cireundeu lainnya, Sopiah (41), juga mengonsumsi rasi. Sehingga saat harga beras sedang melonjak seperti sekarang, ia tak ambil pusing.

"Saya ya sejak kecil memang makannya rasi, soalnya orang tua juga kan makan rasi. Nggak pernah kepikiran juga mau makan beras," ucap Sopiah.

Namun anak dan suaminya tak mengikuti jejaknya dan keluarga besar di Kampung Adat Cireundeu mengonsumsi rasi. Keduanya lebih memilih mengonsumsi beras, apalagi sang suami berasal dari luar Kampung Adat Cireundeu.

"Pernah coba (makan rasi), tapi katanya nggak cocok. Nggak kenyang kalau makannya sampeu (singkong). Ya saya nggak bisa maksa, karena kan dia bukan asli dari sini. Anak juga gitu, saya nggak maksa juga harus ikut makan rasi," tutur Sopiah.

Sejarah Panjang Rasi di Kampung Adat Cireundeu

Singkong atau bagi masyarakat Sunda disebut sampeu, punya sejarah panjang mengiringi perjalanan Kampung Adat Cireundeu. Tradisi mengonsumsi singkong dalam berbagai olahannya, dilakukan turun-temurun oleh masyarakat di kampung tersebut.




(mso/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork