Kenangan Man Jasad dalam Entakan Musik di GOR Saparua Bandung

Kenangan Man Jasad dalam Entakan Musik di GOR Saparua Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Senin, 06 Feb 2023 12:31 WIB
Man Jasad
Man Jasad (Foto: Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Selepas subuh kala itu, kawasan Galanggang Olahraga (GOR) Saparua, Kota Bandung mulai ramai didatangi warga yang hendak berolahraga pagi. Tak hanya itu, para pedagang salah satunya pedagang makanan yang hendak mengais rezeki dari warga yang beraktivitas di sekitar kawasan GOR Saparua juga sudah menjajakan makanan yang dijualnya.

Karena kala itu sedang ada event musik di dalam GOR Saparua, pedagang pakaian distro dan kaset CD band-band Bandung juga menjajakan barang dagangannya menggunakan tikar. Salah satunya dilakukan Mohamad Rohman yang saat itu karib disapa Man Jasad. Vokalis band bergenre grindcore ini adalah satu dari sekian banyak saksi sejarah perkembangan musik Kota Bandung yang berkembang pesat di GOR Saparua.

Dijumpai detikJabar di kawasan Ujungberung, Kota Bandung mengatakan, sebelum menjadi vokalis dan bisa tampil di dalam GOR Saparua, Man sapaannya, berjualan di sekitar GOR Saparua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sebelum sama Jasad punya band juga, yang menarik bagi saya Saparua dulu tidak hanya nonton band karena dulu saya punya distro ya jualan label sama kakak saya Extream Souls Production, biasanya ngampar jualan t-shirt, kaset CD band lokal dan luar, jualan ngampar di sana," kata Man.

Man mengungkapkan, konser musik di era 90-an dimulai dari pagi sekitar pukul 09.00 WIB. "Kultur Saparua dulu anak metal bangun pagi, biasanya acara mulai dari jam sembilan pagi. Jadi datang tuh subuh, subuh sudah ramai, pedagang sudah banyak, distro anak-anak ngampar banyak," ujar Man.

ADVERTISEMENT

Man mengisahkan, sebelum bergabung dengan Jasad, ia sempat bermain dengan band lain dan merasakan seperti apa rasanya konser di GOR Saparua. Apalagi bagi band metal, Man menyebut jika tidak tampil di GOR Saparua maka belum mabrur band-nya.

"Saya masuk Jasad baru, Jasad milenium, saya masuk jasad tahun 99 akhir. Mungkin banyak tempat di Indonesia bahkan di dunia, ketika manggung di Saparua itu asa can mabrur lah metalna (belum mabrur metalnya). Serasa belum metal lah kalau belum nyobain live performance di Saparua," tutur Man.

Dia menuturkan, satu kebanggaan baginya ketika sudah manggung di sana. Selain itu, menurut Man jika Saparua sudah jadi kiblatnya musik, tidak hanya di Bandung tapi di Indonesia secara branding-nya sudah sangat kuat.

Man mengakui aura GOR Saparua beda dengan gedung lainnya. Menurutnya siapapun band-nya para penonton musik di gedung ini sangat ramai.

"Aura yang dirasakan di atas panggung di sana seperti wah banget, ada satu kebanggaan walau di tempat lain banyak, tapi memang terasa beda feel-nya manggung di Saparua, padahal idealnya secara akustik bangunan dan pertunjukan jelek, namanya juga GOR bukan untuk pertunjukan musik," katanya.

Pria kelahiran Garut ini menuturkan, jika dirinya gabung ke Jasad sejak tahun 1990, GOR Saparua sudah mulai digunakan untuk konser-konser band semua genre di Kota Bandung. "Tidak hanya ekstrem metal, kaya Sahara, Jamp Rock atau Jambrud sekarang, Rudal juga sering manggung di sana," ujar Man.

Sejak saat itu, beragam pertunjukan musik digelar di GOR Saparua. "Tahun 1994 ke sini mulai bermunculan berbagai event musik Extream, Bandung Brisik, Bandung Underground, Hullabaloo dan masih banyak acara lainnya," tambahnya.

GOR Saparua Mulai Ditinggalkan

Man menyebut, bedanya konser di GOR Saparua dengan yang lainnya, yakni penonton sangat meriah dan lebih intim. "Sangat beda sekali, auranya, meskipun di lapangan ada. Tapi ketika di Saparua penonton di bawah terlihat, suka, lebih intim dan lebih dekat dengan penonton," katanya.

Memasuki tahun 2000-an, usia GOR Saparua sudah tak muda lagi. Banyak bagian gedung rusak karena dimakan usia. Pada akhirnya gedung tersebut tidak dipergunakan lagi karena sudah tidak layak digunakan untuk konser.

"Emang sudah mengkhawatirkan, dari dulu, secara konstruksi sudah banyak yang rusak, miring dan harapan saya selaku pelaku musik di Bandung mudah-mudahan Bandung punya arena musik yang representatif untuk berbagai jenis musik dan yang terjangkau oleh komunitas-komunitas (biaya sewa gedung)," ujarnya.

Disinggung apakah Man ingin konser lagi di dalam GOR Saparua dan bernostalgia dengan gedung itu. Man ingin, tapi Man menyebut jika GOR Saparua itu adalah tempat untuk berolahraga bukan untuk konser.

"Pengen digunakan, tapi sudah jelas GOR, yang saya ingin dan yang diimpikan ada tempat dan gedung pertunjukan yang representatif bagi semua genre musik," ucapnya.

Man menilai, ada venue di Mayang Sunda, tapi kalau dipakai musik metal rasanya berbeda. Ditanya apakah ada gedung serupa seperti GOR Saparua untuk digunakan konser di Kota Bandung.

"Ada Bandung Kreatif Hub oke, ada ballroom kayak bioskop tapi lihat pertunjukan musik nggak enak, karena ada kursi permanen seperti bioskop. Sabuga cocok, kaya kemarin Jasad bikin Naraga Fest tanpa ada sponsor tidak akan terjangkau untuk menyewa gedungnya saja," katanya.

"Sampai saat ini belum ada, ada juga Sabuga mahal, tidak terjangkau buat komunitas buat kolektif, ruang berekspresi buat negara," ucap Man.



Hide Ads