Usianya sudah tidak muda lagi, tapi ingatannya dengan musik metal masih membekas di hati. Hal itu, dikatakan Budi Bey (51) yang merupakan warga Ujungberung, Kota Bandung.
Budi mengisahkan, selama menjadi penikmat musik cadas di Kota Bandung, menyaksikan konser di dalam Gelanggang Olahraga (GOR) Saparua adalah pengalaman terindahnya.
Menurutnya, selama menjadi penikmat musik cadas nonton konser di GOR Saparua feel-nya dapat, di bandingkan di tempat lainnya. "Menurut saya soal artistik ya, Saparua itu kebanyakan materialnya kayu, lantainya kayu, pinggirannya kayu, sangat dapat, suara sound-nya dapat apalagi dari akustiknya enak Saparua itu," kata Budi saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mengungkapkan, soal pengalamannya menyaksikan konser di GOR Saparua. Budi mengaku jika ia ingin masuk ke lorong waktu agar dapat mengulangi masa mudanya menyaksikan konser di GOR Saparua.
Ia ingat benar, saat ratusan penonton yang ada di dalam GOR itu akan melakukan moshpit dan pergantian antar penonton, apalagi suara entakan kaki penonton yang turun dari atas kursi penonton ke bawah panggung masih terngiang-ngiang di telinganya.
"Ketika satu band, contohnya band death metal masuk, Jasad nih masuk, jadi yang bukan death metal dia (penonton) ke atas bangku penonton, bergantian dan fans death metal turun sambil mengentakkan kaki," ujarnya.
"Ketika death metal selesai, black metal masuk, yang death metal naik lagi ke atas, giliran yang black metal turun, seperti itu apa pun genre musiknya," kata Budi menambahkan.
Budi menyebut, hampir seluruh band-band ternama di Kota Bandung pernah konser di dalam GOR Saparua. "Pada masa 90-an, SKA juga fansnya banyak. Pada SKA main, fans death metal atau black metal pada naik atau ke pinggir, giliran yang SKA masuk," ucapnya.
Dia mengangkat jempol meskipun yang hadir dalam satu event penontonnya berasal dari genre musik yang berbeda-beda tapi semua penonton guyub. "Penonton sangat minim untuk keributan, kapasitas 4-5 ribu dan itu penuh atau full," tutur Budi.
Disinggung band apa saja yang pernah tampil, Budi ingat beberapa saja seperti Turle Jr, Runtah, Jasad, Burgerkill, Tipe-X, Getah dan masih banyak lagi.
Budi mengatakan, terakhir nonton konser di Saparua tahun 2000-an. Ia tidak ingat tepatnya tahun berapa GOR Saparua tidak digunakan lagi sebagai arena konser band-band cadas.
Saat berbincang bersama detikJabar, Budi juga ditemani Agung Haze (42) yang merupakan sahabatnya dan juga sama-sama pencinta musik cadas di Kota Bandung. Pengalaman Haze juga tidak kalah dengan Budi saat menyaksikan konser di GOR Saparua.
Berangkat Ngangkot, Pulang Nyeker
Sementara itu, Agung Haze mengisahkan pada tahun 90 hingga 2000-an, dia selalu nonton konser ke GOR Saparua. Dia berangkat dari rumah naik angkot. Namun saat pulang dia harus jalan kaki karena angkot sudah tak beroperasi saat malam hari.
"Saya dari Supratman ke Saparua, naik angkot sekali. Acara sampai malam nih, angkot sampai jam 9 malam, jam 9 malam ke sana nggak ada, akhirnya jalan kaki pulangnya dari Jalan Aceh ke Supratman. Waktu itu ongkos naik angkot Rp 500," kata Haze.
Pria bertopi dan berambut panjang ini mengatakan, harga tiket nonton konser di setiap pentas musik di GOR Saparua mulai dari harga Rp 5 ribu. Disinggung tahun berapa GOR Saparua tidak digunakan lagi untuk konser, Haze menyebut antara tahun 2006-2007. Sama seperti Budi temannya, Haze juga beranggapan venue ini tak digunakan lagi karena kondisi gedung yang sudah tidak layak.
"Ya karena sudah nggak layak saja, massa semakin banyak, gedungnya takut ambruk, penonton pernah jatuh ke bawah, jatuh ke bawah area gedung. Sudah nggak layak, karena masa semakin banyak," tutur Haze.
Meski tempatnya tidak terlalu besar, Haze menilai girah menyaksikan konser di GOR Saparua sangat berbeda dengan tempat lainnya. Baik dulu atau sekarang.
"Membedakan itu, antara crowded, jarak stage dan moshpit-nya di Saparua lebih dekat istilahnya jadi penonton itu bisa nonton di atas stage juga, istilahnya penonton dan penyanyi itu bisa berbaur dan berbagi energi. Terus memang auranya di Saparua itu khas, riuh penonton kakinya nginjek lantai terdengar, riuh banget," ucap Haze.
Tak hanya band Bandung, band dari luar kota juga berbondong-bondong ingin konser di GOR Saparua. "Merinding auranya, jadi kalau band-band belum tampil di Saparua, belum diakui ya," kata Haze.