Tampil beda dengan pakaian tak lazim di muka publik tentu menyimpan tantangan tersendiri. Mulai dari jadi pusat perhatian hingga dianggap orang gila. Setidaknya itulah yang dialami oleh Yayan "Kabayan" Yuliana (42) warga Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya.
Yayan adalah seorang pegiat budaya Sunda yang gemar berpakaian tak lazim dengan aksesoris yang banyak, bahkan berlebihan.
"Ini adalah pakaian etnik alam, ini bagian dari pakaian adat Sunda, khususnya para petualang Sunda," kata Yayan di kawasan objek wisata Situ Gede Kota Tasikmalaya, Sabtu (14/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah kerumunan warga dan pejabat yang meresmikan pembangunan Situ Gede, Yayan tampil percaya diri dengan kostum yang dikenakannya.
Di kepala dia mengenakan topi dudukuy atau caping berhias tanduk kambing. Di tepian topinya tergantung beragam pernak-pernik berukuran kecil.
Lehernya dipenuhi puluhan kalung bermacam-macam jenis dan ukuran. Ada kalung kepala wayang, kolotok atau lonceng kayu yang biasa dipakai kerbau dan kalung-kalung lainnya. Banyaknya kalung yang dikenakan bahkan sampai menutupi baju pangsi hitam yang dikenakan.
Bagian kiri dan kanan bahunya juga dipenuhi tali-tali selempang beberapa tas kecil dan aksesoris.
Kedua lengannya dipenuhi gelang, mulai dari pergelangan tangan sampai ke lengan atas. Gelang bahar, kemiri, ganitri dan lain-lain melingkar di tangannya. Jari tangannya penuh oleh cincin batu akik, besar-besar ukurannya.
"Ini batu akik "ubar kabuhulan" (obat tersedak makanan). Celupkan batu ini ke segelas air, lalu diminum. Dijamin sembuh," kata Yayan berseloroh.
Di pinggang pun demikian, beberapa jenis sabuk melingkar, termasuk satu lagi lonceng kayu berukuran besar diikatkan di pinggang. Tak cukup sampai sana, kedua kakinya pun dipenuhi gelang yang berderet hingga betis. Sementara kakinya dibiarkan telanjang, tanpa mengenakan alas kaki. Yayan juga membawa tongkat kayu.
Tak heran ketika dia berjalan berbagai bunyi-bunyian terdengar. Bunyi lonceng kayu serta gemerincing aksesoris yang beradu.
"Saya nyaman berpakaian begini, saya merasa diri ini menyatu dengan alam. Semua yang saya kenakan ini kan berasal dari alam. Biji-bijian, berbagai jenis kayu dan lainnya," kata Yayan.
Baca juga: Pesona dan Keunikan Desa Ciuyah Sumedang |
Menurut dia kostum ini adalah baju yang dikenakan oleh orang Sunda yang berpetualang di pegunungan.
"Ini pakaian para petualang Sunda zaman dulu. Setiap pernak-pernik aksesoris ini punya ceritanya masing-masing, setiap berkunjung ke suatu daerah kita dapat satu aksesoris untuk dipakai. Terkadang bertemu sesama komunitas kita saling bertukar," kata Yayan.
Yayan menerangkan pegiat budaya yang mengenakan pakaian etnik alam seperti dia ada komunitasnya di setiap daerah. Mereka juga kerap melakukan pertemuan dalam acara budaya atau saling berkunjung.
"Saya juga kemarin baru pulang dari Majalaya terus mampir ke Garut. Pakai pakaian ini. Kalau sudah ngumpul komunitas wah seru," kata Yayan.
Dia mengaku sudah biasa dengan pandangan heran orang-orang, bahkan dianggap orang gila pun dia tetap santai.
"Sudah biasa, sebelum saya berpakaian seperti ini saya melewati proses. Ada perenungan-perenungan, ada ritual, tidak sembarangan. Intinya ada kepuasan tersendiri," kata Yayan.
Sedikit berfilosofi, Yayan mengatakan dipandang rendah tak akan membuat dirinya rendah. Begitu pula dianggap gila, tak akan membuat dirinya gila.
Meski demikian dia juga kerap mendapatkan apresiasi dari masyarakat yang dijumpainya. "Sering diajak berfoto, ngobrol tentang Sunda. Ya jadi banyak saudara," kata Yayan.
Mengenai bobot pakaian dan aksesoris yang dikenakan, Yayan mengklaim berat totalnya sekitar 30 kilogram.
"Lumayan sekitar 30 kilogram. Makanya dulu pas awal-awal badan langsung pegal linu. Tapi sekarang tidak, karena sudah biasa. Jadi selain kepuasan diri, juga jadi cara saya berolahraga. Harampang kana awak (membuat tubuh terasa ringan)," kata pria yang sehari-hari berprofesi sebagai mekanik sepeda motor itu.
Ditanya apakah pernah punya pengalaman yang memaksanya harus berlari, seperti dikejar anjing, Yayan mengaku tak pernah.
"Oh kalau anjing atau hewan lain, biasanya ketakutan kalau bertemu saya. Anjing yang lari, bukan saya," kata Yayan.
Dia mengaku aksesoris yang dikenakan memiliki tuah atau daya magisnya masing-masing. Termasuk untuk mengusir serangan hewan.
"Nih contohnya gelang burahol, ini biji burahol bukan barang sembarangan," kata dia.
Dia mengatakan tak cukup waktu satu hari untuk membahas satu per satu aksesoris yang dipakainya, karena masing-masing punya cerita.
Baca juga: Azmy Z Ingin Gaungkan Lagi Lagu Sunda |
Yayan yang aktif di komunitas Sunda Ngahiji Tasikmalaya mengaku keluarganya sudah tak ada masalah dengan kegemarannya tampil berpakaian seperti itu.
"Paling anak suka agak komplain, tapi lama-lama dia biasa. Kalau istri dia sudah maklum. Saya mencintai budaya Sunda, budaya leluhur saya. Ini jalan hidup saya, yang penting saya bekerja dan mampu menghidupi keluarga," kata Yayan.*
(dir/dir)