Kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisionalyang cukup menasional. Meski kini eksistensinya mulai redup tergerus perkembangan zaman, namun para pelaku seni kuda lumping tetap gigih bertahan.
Seperti komunitas pegiat seni kuda lumping asal daerah Pabrik Es Kota Tasikmalaya. Grupnya ini diundang panitia acara Syukur Waktu, sebuah event seni budaya, sehingga dia bisa tampil lagi menghibur masyarakat.
"Dalam rentang tahun 2022 ini, baru sekarang kami bisa main (pentas)," kata Ade Kosasih, pemain kuda lumping di Tasikmalaya, Sabtu (24/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertunjukan kuda lumping yang dipimpin Ade bermain di Taman Kota, lalu beraksi sambil menyusuri Jalan HZ Mustofa dan Jalan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Penampilan mereka sontak mendapat antusiasme masyarakat. Tarian atau langkah pemain kuda lumping begitu harmonis dengan ritme musik gamelan.
Aksi-aksi tak biasa seperti memakan rumput dan mengunyah rokok menyala dipertontonkan. Tak hanya itu, seorang dari rombongan juga bermain debus. Atraksi kebal bacok dan sayatan senjata tajam itu, membuat banyak penonton meringis ngeri.
![]() |
Ade mengatakan keahlian seni kuda lumping yang dimilikinya berasal dari leluhurnya. Rupanya komunitas pelaku seni kuda lumping di Pabrik Es, Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya itu sudah berdiri sejak 1910.
"Sejak 1910, dari zaman kakek saya. Jadi sudah 3 generasi turun temurun. Alat-alat yang kami pakai juga masih peninggalan zaman dulu," tutur Ade.
Dia mengatakan kakeknya bernama Jumanta. Lalu ayahnya bernama Aleh. Cerita soal kejayaan kuda lumping yang dilakoni mereka diungkapkan Ade.
"Waktu zaman ayah saya, dia menjalankannya bersama adiknya Amir. Era itu mungkin zaman kejayaan. Sering main ke berbagai daerah. Kalau sekarang setahun hanya sekali-dua kali saja," ungkap Ade.
Kondisi itu membuat Ade dan grupnya tak lagi menjadikan kuda lumping sebagai sumber penghasilan. Tapi ia menegaskan tak mau memakai kesenian itu untuk mengamen meski membutuhkan uang.
"Kami tidak mau ngamen, hanya melayani undangan saja. Tapi walau bagaimana kami akan tetap menjalankan seni ini dan mewariskan kepada anak-anak. Ini amanat leluhur saya, jangan sampai hilang," kata Ade.
Sementara terkait pertunjukan seni kuda lumping yang dipimpinnya Ade mengatakan masih asli atau benar-benar kesurupan. "Iya kesurupan, kesurupan jurig jarian," ujar Ade.
Saat kesurupan itu pemain kuda lumping akan bertingkah liar hingga mengunyah beling. Sehingga perlu sosok pengendali seperti Ade.
"Kalau tidak dikawal ya liar, bisa tertabrak mobil atau menyerang penonton. Nah salah satu yang harus diwaspadai jangan sampai bertemu kuda yang asli, bisa bahaya," kata Ade.
![]() |
Dia mengatakan sekitar tahun 1975, grup yang waktu itu dipimpin ayahnya bermain di daerah Bebedahan Tasikmalaya. Dulu di kawasan itu banyak terdapat delman atau andong. Saat kuda lumping sedang beraksi, ada seorang kusir delman yang memaksakan lewat.
"Jadi dulu sedang main di Bebedahan, ada kusir delman memaksa lewat. Padahal sudah diingatkan kuda jangan dekat dengan kuda lumping," jelas Ade.
Melihat seekor kuda lewat, kuda lumping yang sedang beraksi tiba-tiba menyerang kuda tersebut. "Langsung diserang, digigit leher kudanya, sambil didengkek (dicekik). Susah sekali dipisahkan," kata Ade.
Baca juga: Kala Ridwan Kamil Menari Jipeng di Sukabumi |
Usai kejadian itu, menurut Ade si pemililk kuda sempat mendatangi ayahnya. "Besoknya yang punya kuda datang ke rumah karena kudanya mati, ya minta ganti. Tapi bapak saya mengatakan salah sendiri karena sudah diingatkan jangan mendekat, masih saja maksa," kata Ade.
Kejadian itu, kata Ade, menjadi pelajaran berharga bagi dirinya agar tidak terulang lagi. "Sekarang kalau lagi main, harus hati-hati jangan sampai pemain kuda lumping ketemu kuda asli. Soalnya susah sekali dikendalikan, kuda lumping pasti mengamuk dan menyerang," pungkas Ade.
(yum/orb)