Cerita Pemilik Nama Asep dari Sukabumi

Cerita Pemilik Nama Asep dari Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Rabu, 07 Des 2022 23:00 WIB
Asep Nurmesa.
Asep Nurmesa. (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Nama Asep saat ini sedang hangat diperbincangkan. Sebab nama khas Sunda itu perlahan ditinggalkan dan bersaing dengan nama lain yang bernuansa Arab, Inggris hingga Sanskerta.

Secara harfiah, Asep berasal dari kata kasep yang berarti tampan dalam Bahasa Indonesia. Nama Asep dulu lumrah diberikan kepada bayi laki-laki orang tuanya. Tujuannya sebagai doa agar anaknya kelak menjadi pribadi yang gagah hingga berwibawa.

Asep Nurmesa, pria asal Sukabumi bercerita soal fenomena nama Asep yang memasuki fase kritis. Pria berusia 45 tahun itu mengakui jika nama Asep mulai ditinggalkan. Bahkan ia pun tidak menamakan anaknya dengan nama Asep maupun khas Sunda lainnya seperti Ujang, Acep, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagi saya sama saja mau berkurang atau nggak juga. Cuman kan kalau zaman dulu panggilan Asep itu dari rupa (kasep atau ganteng), kemudian dari posisi keadaan ekonomi. Kadang-kadang, maaf, orang menengah, bawah dan kaya dulu mah hampir sama rata," kata Asep kepada detikJabar, Rabu (7/12/2022).

"Kalau sekarang kan beda, apalagi Jawa Barat tingkat kemiskinannya tinggi. Jadi menurut saya kesundaannya sudah menurun. Tingkat ekonomi dan pendidikan itu berpengaruh dalam pemberian nama kepada anak," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Dia pun mengaku memilih penggunaan nama Islami untuk anaknya. Meski demikian, ia juga sangat menjunjung tinggi budaya Sunda dengan tetap memberikan nama panggilan kepada anaknya seperti Sep (singkatan Asep) dan Neng kepada anak perempuannya.

"Saya sendiri saja anak nggak ada yang namanya Asep. Namanya saya ngambil dari pelajaran agama saja. Kesatu namanya Muhammad Damaisa, kedua Aisyah Zakiyah Nurmaisa, ketiga Ainul Fatimah, cuman tetep nama panggilannya Sep, Neng," ucapnya.

Sedangkan adik Asep seluruhnya bernama khas Sunda. Dia pun tetap merasa bangga dengan nama Asep yang disematkan ayahnya kepada dirinya.

"Adik saya namanya Ade dan Unang. Asep, Ade, Unang nama Sunda semua. Nggak salah Asep, cuman keseluruhan banyak faktor lah. Orang Sunda sekarang sudah terkontaminasi sama budaya luar, tapi tergantung orangnya," katanya.

Terkait terancamnya nama Asep punah, ia merasa malu sebagai masyarakat Sunda. "Kita malu sebagai jati diri orang Sunda. Orang-orang Sunda gaya-gaya asli, cara pola hidupnya udah mau hilang dan bercampur dengan budaya lain," tutupnya.

(yum/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads