Ketika senja menjelang, ratusan warga di Indramayu, Jawa Barat, berbondong-bondong berziarah di tempat pemakaman umum. Mereka juga menyalakan damar (lilin) di setiap sudut makam.
Tradisi menyalakan damar atau lampu sejenis lilin ini sudah dilakukan warga sejak ratusan tahun lalu. Terlebih bagi mereka yang memiliki keluarga atau saudara yang dimakamkan di TPU desa Kedokan Bunder, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu tersebut.
"Semenjak saya lahir tradisi itu sudah ada, ya kayaknya sudah ratusan tahun," kata Kepala Desa Kedokan Bunder, Mohammad Waskim, Kamis (20/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya datang untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Di Puncak Acara Ngunjung Buyut Nyimas Ratu Kawunganten ke-543, warga juga meletakkan pelita atau lilin dan jenis lainnya di setiap kuburan. Sehingga, TPU seluas satu hektar itu penuh cahaya pelita.
"Mungkin dalam falsafah jawa, damar di samping makam, merupakan simbol untuk menerangi perjalanan para almarhum-almarhumah. Namun, tetap warga yang datang berdoa selayaknya ziarah pada umumnya," kata Waskim.
Ziarah makam di momen kali ini justru lebih ramai dibandingkan hari besar lainnya. Sebab, tak hanya warga di Kedokan Bunder sekitar, warga dari berbagai daerah pun banyak yang hadir berziarah.
"Anak putu (cucu) dari Nyimas Ratu Kawunganten dari Karawang, Cilamaya, Banten pada datang berziarah. Apalagi sekarang, sekalian Jumat Kliwon," ujar Waskim.
Seperti diketahui, sosok Nyimas Ratu Kawunganten merupakan istri kedua dari Syekh Sarif Hidayatullah atau dikenal Sunan Gunungjati. Beliau adalah putri dari Banten yang kemudian membuat padukuhan bernama Lebak Sungsang yang sekarang bernama Desa Kedokan Bunder, Indramayu.
(dir/dir)