Cerita Ular dan Monyet Liar di Kawasan Keramat Gunung Tangkil Sukabumi

Cerita Ular dan Monyet Liar di Kawasan Keramat Gunung Tangkil Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 19 Okt 2022 05:00 WIB
Monyet liar di Sukabumi
Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar
Sukabumi -

Kawanan monyet liar kerap menampakan diri dan berkerumun di pinggir Jalan Sukawayana, jalan utama Palabuhanratu - Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Tidak jauh dari akses jalan itu, terdapat bukit yang dikenal dengan sebutan Gunung Tangkil.

Bagi sebagian orang kawasan itu juga dikenal dengan nama Karamat Gunung Tangkil karena di pertengahan bukit terdapat sebuah makam yang dikeramatkan. Di hari-hari tertentu, kawasan itu kerap ramai dikunjungi peziarah. Saat detikJabar mendatangi lokasi itu tidak sengaja berpapasan dengan rombongan peziarah yang mengaku berasal dari Bogor.

"Makamnya Syekh Qudratulloh, beliau itu ada keturunannya di Bogor, (berkaitan) Mbah Dalem Batu Tulis kan terkenal tuh, ini leluhurnya Batu Tulis jadi penyebar agama di Jawa Barat," kata Ustaz Zaeni, kepal rombongan peziarah saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (18/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zaeni menjelaskan, Karamat Gunung Tangkil sudah tidak asing lagi di Sukabumi terutama bagi mereka yang kerap melakukan perjalanan ziarah ke tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan tokoh penyebar agama islam.

"Perjalanan dari Bogor, salah satu titik (tujuan) ke sini. Orang Sukabumi sudah tahu soal (Karamat Gunung Tangkil), di atas (bukit) adalah makamnya Syekh Qudratullah," imbuh dia.

ADVERTISEMENT

Kerumunan monyet yang berada di pinggir jalan memiliki keunikan, konon kabarnya mereka kerap mengikuti jejak langkah peziarah yang berniat menuju area makam. Hal itu juga diungkap salah seorang peziarah.

"Kalau sudah di atas, mau ke tangga hati-hati banyak kerumunan monyet," ujar salah seorang peziarah mengingatkan detikJabar.

Karena rasa penasaran, bersama beberapa orang warga, Salah satunya bernama Edo yang sebelumnya pernah memiliki pengalaman masuk ke kawasan itu. detikJabar melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang dibuat dari susunan bebatuan. Menirut Edo, selain kerumunan monyet, ada ular hitam yang kerap mengikuti siapa saja yang masuk ke area itu.

"Dulu saya pernah membuat vlog, pakai lampu juga karena malam. Ketika mau mulai masuk, ada bunyi daun kena gesekan dari arah semak. Situasi kan sepi, ketika kamera saya arahkan ternyata ada ular hitam besarnya seukuran jempol pria dewasa tapi panjang ada sekitar 2 meteran karena gelap sekitaran segitu panjangnya," kata Edo bercerita, seraya melangkahkan kaki menyusuri jalan.

Edo mengaku saat itu mengurungkan niatnya untuk menembus semak dan pepohonan besar di kawasan yang berstatus kawasan suaka BKSDA Jabar tersebut.

"Saat itu saya langsung enggak berani ke atas ular itu terus membuntuti di dekat semak dekat dengan jalan setapak memang saya tidak sendiri ramai-ramai dengan teman tapi bulu kuduk berdiri akhirnya dibatalkan. Sayangnya video ketika ada ular itu terhapus," ungkapnya.

Setelah ratusan meter berjalan, detikJabar dihadapkan dengan undakan anak tangga curam yang menunjukkan indikasi tangga kuno karena disusun dari batuan. Benar saja, puluhan pasang mata terlihat menatap dari kejauhan bersembunyi di balik dedaunan. Itu adalah kerumunan kera yang sebelumnya terlihat di pinggir jalan.

Tepat di ujung anak tangga ada tanah lapang, di bagian tengahnya terdapat susunan bebatuan mirip punden berundak yang diapit dua pohon besar. Diketahui punden itu adalah makam dari Syek Qudratullah yang dikeramatkan.

"Ini kawanan monyet yang tadi di jalan, mereka dari tadi mengikuti perjalanan dari bawah. Setahu saya habitat mereka memang di sini karena masuk kawasan Suaka Alam," kata Edo.

Monyet-monyet itu tampak menyeringai, sebagian dari mereka terlihat bergelantungan di atas pohon. Semakin lama mereka memberanikan diri mendekat dan berjalan di tanah dekat dengan area makam. Meskipun begitu mereka tidak terlihat mengganggu hanya mengawasi, sekitar 15 menit satu persatu monyet mulai menjauh pergi.

"Ceritanya yang saya dengar memang begitu, monyet-monyet ini hanya mengikuti lalu mungkin memastikan yang datang ke sini itu bukan untuk macam-macam. Itu tadi mereka pergi sendiri setelah tahu kita datang dan hanya duduk di sekitar sini," kata Diki, warga lainnya yang juga ikut bersama detikJabar ke kawasan tersebut.

Meskipun begitu, monyet-monyet itu masih terlihat bergelantungan di pohon 15 meter dari lokasi detikJabar berdiri. Selain di pohon, area bebatuan di kawasan itu juga terlihat unik karena nyaris berbentuk kotak sempurna dan bersusun. Informasi diperoleh detikJabar, kawasan ini pernah diteliti pihak Balai Arkeologi Jawa Barat.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads