Sepanjang tahun 1880 hingga 1939 pemerintahan Hindia Belanda mengirimkan puluhan ribu warga Pulau Jawa ke sebuah negara asing di Amerika Selatan bernama Suriname.
Diantara banyaknya penduduk dari Pulau Jawa ada sebagian warga Pangandaran yang terlibat dalam pengiriman para buruh kontrak. Para periode tersebut orang-orang dari Jawa ini diperkerjakan sebagai buruh kontrak di perkebunan dan pertambangan.
Pegiat Literasi Pangandaran Andi Nurroni mengatakan di negara kecil jajahan Belanda itu tercatat ada 33 ribu orang yang dikapalkan sebagian berasal dari Jawa Tengah komunitas etnis Jawa mendominasi dengan jumlah mencapai 90% dari total pekerja yang diberangkatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara sebagian kecilnya berasal dari Jawa Barat khususnya keresidenan Priangan turut dalam rombongan tersebut.
"Sejumlah warga dari wilayah pesisir selatan Priangan atau kini bernama Kabupaten Pangandaran terdapat 2 orang," kata Andi, Selasa (8/10/2022).
Berdasarkan penelusuran di laman Arsip Nasional Belanda salah satu warga Pangandaran yang turut dalam pelayaran ke Suriname adalah Suhadi.
Lelaki 23 tahun tersebut tercatat sebagai warga Desa Pangandaran, Distrik Pangandaran, Afdeling Tasikmalaya, pemuda ini dilaporkan memiliki tinggi 169 cm dengan ciri fisik mempunyai bintik-bintik di dahi dan pipi kanan.
"Termuat juga dalam dokumen tersebut Suhadi diberangkatkan dari pelabuhan Tanjung Priok pada 20 Agustus 1924 dengan menggunakan kapal simulator," katanya.
Kemudian tiba di Kota Suriname Paramaribo untuk selanjutnya dipekerjakan di Perkebunan karet milik kerajaan Belanda.
"Demi pekerjaan tersebut Suhadi rela meneken kontrak kerja dengan lama waktu lima tahun mulai 1 Oktober 1924 hingga 31 Oktober 1929," ucapnya.
Ia mengatakan tidak ada catatan bagaimana kisah hidup Suhadi di negeri Suriname yang pasti seperti tertera pada dokumen pada 26 mei 1930 satu atau dua tahun berselang sejak habis kontrak sewa dia memutuskan untuk pulang kembali ke Jawa dengan menggunakan kapal yang sama.
Selain Suhadi terdapat juga perempuan 20 tahun bernama Sarwiti perempuan dengan tinggi 150 cm ini tercatat sebagai warga desa Padaherang yang saat itu masih menjadi bagian dari distrik Banjar afdeling Tasikmalaya.
![]() |
Dilaporkan dalam dokumen resmi pemerintah Belanda Sarwiti berangkat pada 27 juli 1925 dari pelabuhan Tanjung Priok. Sarwiti tertulis meneken kontrak kerja lima tahun mulai 13 September 1925 hingga 13 September 1930.
"Berbeda dengan Suhadi Sarwiti tercatat tidak pernah kembali ke Jawa seperti sebagian imigran asal Jawa lainnya," kata Andi.
Mereka yang memilih menetap atau tidak bisa kembali mendapat kewarganegaraan Belanda sebelum akhirnya Suriname merdeka pada 25 November 1973.
![]() |
"Keturunan warga Jawa di Suriname telah beranak-pinak dengan jumlah mencapai 15 persen dari total populasi kita dan banyak menduduki posisi penting dalam pemerintahan termasuk salah seorang diantaranya pernah mencalonkan diri sebagai Presiden," ucapnya.
(yum/yum)