Sentuhan Tangan Eks Guru di Garut Arsiteki Monumen Lingga Sumedang

Lorong Waktu

Sentuhan Tangan Eks Guru di Garut Arsiteki Monumen Lingga Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 11 Okt 2022 07:00 WIB
Peresmian Tugu oleh Gubernur Jenderal D. Fock di Sumedang, untuk Bupati Sumedang yang wafat tahun 1921
Peresmian Tugu oleh Gubernur Jenderal D. Fock di Sumedang, untuk Bupati Sumedang yang wafat tahun 1921 (Foto: KITLV (http://hdl.handle.net/1887.1/item:738143))
Sumedang - Monumen Lingga Sumedang dibangun atas inisiasi Yayasan Pangeran (Pangeran - Stichting) yang terbentuk dua bulan pasca meninggalnya Pangeran Aria Suria Atmadja di Makkah pada 1 Juni 1921. Yayasan tersebut awalnya berupa paguyuban atau asosiasi.

Hal itu sebagaimana yang tertulis dalam surat kabar Preangerbode - Culture en Handelsblad edisi Rabu 10 Agustus 1921.

"De vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van Pangeran Aria Soeria Atmadja heeft thans circulaires en inteeken-lijsten rondgezonden, teneinde vrienden en vereerders van wijlen den regent in de gelegenheid te stellen, bij te dragen tot een blijvende nagedachtenis"

Atau artinya kira-kira demikian :

"Paguyuban Peringatan Pangeran Aria Soeria Atmadja telah mengedarkan surat edaran serta pendaftaran bagi rekan-rekan dan pengagum mendiang bupati agar berkontribusi atau berpartisipasi dalam membuat kenangan yang abadi"

Dari paguyunan tersebut terbentuklah sebuah yayasan bernama Yayasan Pangeran. Komite Yayasan Pangeran sendiri terdiri dari A. J. H. Eijken sebagai ketua (Residen Priangan), C.A. de Munnick selaku sekretaris (Asisten Residen Sumedang) dan I. de Vries sebagai bendahara (pengurus Soemedarigsche Afdeelingsbank.

Lalu ada Mas Hadji Abdulmanan (naib Tandjoengsari), H. C. H. de Bie (mantan inspektur pendidikan pertanian), A.J.N. Engelenberg (mantan residen, anggota Volksraad), Raden Kartakusuma (Wedana Tanjungsari), Raden Toemenggoeng Koesoemadilaga (Bupati Sumedang), A. E. Reijnst (Ketua Soekaboemische Landbouw - vereeniging), Raden Sadikin (guru pertanian pribumi), dr. HJ van der Screwf (dokter hewan pemerintah), Soemadiria (petani dan peternak) dan Raden Adipati Wiratanoeningrat (Bupati Tasikmalaja).

Foto Rombongan para Bupati Preanger bersama para istrinya V.l.n.r. zittend, de regent van Soekapura, Raden Toemenggoeng Wira Tanoeningrat; de regent van Garoet, Raden Adipati Ario Wiratanoedatar VIII; de regent van Soemedang, Pangeran Soeria Atmadja; de regent van Bandoeng Raden Adipati Ario Martanegara en, vermoedelijk, de regent van Tjiandjoer.Depicted: Wiratanoedatar VIII, R.A.A.; Wira Tanoe Ningrat, R.T.; Soeria Atmadja, P.; Martanegara, R.A.A.; Demang Wira Nata Koesoema, R.Foto Rombongan para Bupati Preanger bersama para istrinya V.l.n.r. zittend, de regent van Soekapura, Raden Toemenggoeng Wira Tanoeningrat; de regent van Garoet, Raden Adipati Ario Wiratanoedatar VIII; de regent van Soemedang, Pangeran Soeria Atmadja; de regent van Bandoeng Raden Adipati Ario Martanegara en, vermoedelijk, de regent van Tjiandjoer.Depicted: Wiratanoedatar VIII, R.A.A.; Wira Tanoe Ningrat, R.T.; Soeria Atmadja, P.; Martanegara, R.A.A.; Demang Wira Nata Koesoema, R. Foto: KITLV (

Sekadar diketahui, Monumen Lingga merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Sumedang. Bangunan yang berada di Alun-alun Sumedang itu diresmikan pada 25 April 1922 kala Hindia Belanda diperintah oleh Gubernur Jenderal, Dr. Dirk Fock.

Orang-orang yang Merancang dan Membangun Monumen Lingga

Lalu siapakah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam merancang dan membangun Monumen Lingga ini ?

Secara terperinci hal itu dapat diketahui dari surat kabar Preangerbode - Culture en Handelsblad yang terbit Senin 16 Januari 1922.

Disana disebutkan bahwa dalam pertemuan kedua Yayasan Pangeran yang dihadiri langsung oleh Ketua Komite yang juga Residen Priangan, yakni Eijken serta seluruh anggota komite, kecuali De Bie dan Van derschroeft, terbentuk sebuah kepanitian dalam pembangunan monumen di Alun-alun Sumedang.

Dalam susunan kepanitian tersebut, Komite Yayasan Pangeran merekomendasikan keterlibatan Raden Adipati Aria Martanegara selaku mantan Bupati Bandung, jika bersedia.

Kemudian untuk arsitek atau orang yang merancang bentuk detail monumen, dipercayakan kepada J.Z van Dijck yang merupakan mantan guru di Garut. Lalu W. H. Elsman yang bekerja pada suatu departemen pekerjaan daerah di Garut, dipercaya untuk menghitung anggaran yang diperlakukan.

Lalu ada koordinator pelaksana pembangunan monumen, yakni H. Buijs yang merupakan insinyur konstruksi di Bandung atau mantan pelaksana pekerjaan konstruksi Bandoengsche T. H.

Sementara dr. C. Kunst yang merupakan dokter hewan Pemerintah di Bandung, dipercaya mendesain kota percontohan dengan model padang rumput.

Kurang lebih itu lah diantara sederet orang yang terlibat dalam pembangunan Monumen Lingga.

Pangeran Aria Suria Atmdja sendiri merupakan Bupati Sumedang terakhir yang bergelar pangeran. Ia juga dikenal dengan sebutan Pangeran Makkah.

Gelar tersebut disematkan lantaran ia meninggal dunia di Makkah pada 1 Juni 1921 seusai ia memilih pensiun dari jabatannya sebagai Bupati yang berlangsung dari 31 Januari 1883 hingga 5 Mei 1919.

Sepeninggalnya atau 11 bulan kemudian, tepatnya pada 25 April 1922, orang-orang berkumpul di Alun-alun Sumedang untuk mengingat jasa-jasanya dengan meresmikan sebuah monumen yang belakangan diberinya nama Monumen Lingga.

Menelisik sejarah Monumen Lingga yang berdiri kokoh di Alun-alun SumedangMenelisik sejarah Monumen Lingga yang berdiri kokoh di Alun-alun Sumedang Foto: Nur Azis

Pegiat Literasi asal Bandung, Atep Kurnia mengatakan, Monumen Lingga dibangun atas inisiasi dari Yayasan Pangeran yang dibentuk sebelumnya.

Dalam pembangunannya, sambung Atep, Yayasan Pangeran mendapat sokongan dana dari para pembesar pribumi dan para pembesar Eropa yang ada di tanah Priangan.

"Itu bahkan tertulis dalam majalah Yayasan Pangeran (Pangeran-Stichting), itu (Yayasan Pangeran) dulu bahkan ada majalahnya ," ucapnya. (yum/yum)



Hide Ads