Monumen Lingga merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Sumedang. Bangunan tersebut dibangun pada masa Hindia-Belanda untuk mengenang jasa yang telah ditorehkan oleh Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmadja (1883 - 1919).
Bangunan yang berada di Alun-alun Sumedang itu diresmikan pada 25 April 1921 kala Hindia Belanda diperintah oleh Gubernur Jenderal, Dr. Dirk Fock.
Ide pembangunan Monunen Lingga sendiri berawal dari sebuah paguyuban yang mencintai akan sosok Pangeran Suria Atmadja. Hal itu sebagaimana yang tertulis dalam surat kabar Prengerbode edisi Rabu 10 Agustus 1922.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"De vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van Pangeran Aria Soeria Atmadja heeft thans circulaires en inteeken-lijsten rondgezonden, teneinde vrienden en vereerders van wijlen den regent in de gelegenheid te stellen, bij te dragen tot een blijvende nagedachtenis"
Atau artinya kira-kira demikian :
"Paguyuban Peringatan Pangeran Aria Soeria Atmadja telah mengedarkan surat edaran serta pendaftaran bagi rekan-rekan dan pengagum mendiang bupati agar berkontribusi atau berpartisipasi dalam membuat kenangan yang abadi"
Dari paguyuban itu terbentuklah Pangeran - Stichting (Yayasan Pangeran) atau dua bulan sepeninggal mendiang. Yayasan yang tujuan pertamanya tidak lain untuk membangun sebuah monumen peringatan itu mendapat naungan dari Gubernur Jenderal.
![]() |
Hal itu lantaran sosok mendiang kala itu konon sangat dihormati di seluruh Jawa atas apa-apa yang telah dikerjakannya. Selain itu, citra akan sosoknya pun dikenal sangat baik dimata Gubernur Jenderal Dirk Fock.
Baca juga: 7 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Jawa Barat |
Komite Pangeran-Stichting sendiri terdiri dari A. J. H. Eijken sebagai ketua (Residen Priangan), C.A. de Munnick selaku sekretaris (Asisten Residen Sumedang) dan I. de Vries sebagai bendahara (pengurus Soemedarigsche Afdeelingsbank.
Lalu ada Mas Hadji Abdulmanan (naib Tandjoengsari), H. C. H. de Bie (mantan inspektur pendidikan pertanian), A.J.N. Engelenberg (mantan residen, anggota Volksraad), Raden Kartakusuma (Wedana Tanjungsari), Raden Toemenggoeng Koesoemadilaga (Bupati Sumedang), A. E. Reijnst (Ketua Soekaboemische Landbouw - vereeniging), Raden Sadikin (guru pertanian pribumi), dr. HJ van der Screwf (dokter hewan pemerintah), Soemadiria (petani dan peternak), Raden Adipati Wiratanoeningrat (Bupati Tasikmalaja).
Demikianlah Yayasan Pangeran terbentuk sebagai bagian dari rencana pembangunan Monumen Lingga kala itu. Yayasan inilah yang nantinya akan mengakomodir bagi mereka yang akan berkontribusi dalam rencana pembangunan monumen lewat sebuah formulir yang disebarkan.
Formulir tersebut untuk selanjutnya diserahkan kepada Asisten Residen Sumedang dalam kurun waktu 2 bulan.
Bupati Sumedang Pangeran Aria Suria Atmdja adalah bupati terakhir yang bergelar pangeran. Ia juga dikenal dengan sebutan Pangeran Makkah.
![]() |
Ia menjabat dari 31 Januari 1883 hingga 5 Mei 1919. Diberi gelar Pangeran Makkah lantaran ia meninggal di Makkah pada 1 Juni 1921 seusai ia memilih pensiun dari jabatannya itu.
Sepeninggalnya atau 11 bulan kemudian, tepatnya pada 25 April 1922, orang-orang berkumpul di Alun-alun Sumedang untuk mengingat jasa-jasanya dengan meresmikan sebuah monumen yang belakangan diberinya nama Monumen Lingga.
(yum/yum)