Diana Sastra merupakan salah seorang penyanyi tarling ternama yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Salah satu lagunya yang populer dan digemari oleh banyak kalangan adalah Juragan Empang.
Ketenaran nama Diana Sastra sebagai penyanyi tarling tidak hanya dikenal di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Ia juga pernah mendapat undangan untuk bernyanyi di luar negeri.
Nama Diana Sastra sendiri mulai melejit dan dikenal banyak orang saat dia membawakan lagu dengan judul Arjuna Ireng dan Remang-remang pada sekitar tahun 2006. "Mulai terkenal itu ketika lagu Remang-remang dan Arjuna Ireng berkibar. Sekitar di tahun 2006," kata Diana Sastra saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya di Desa Megu Gede, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang menjadi seorang penyanyi tarling, Diana Sastra telah mengeluarkan sekitar 35 album lagu. Dari puluhan album itu, Diana banyak membawakan lagu-lagu ciptaan orang lain dan sebagian ada juga ciptaannya sendiri.
Selain itu, saat ini Diana Sastra telah mendirikan sebuah grup musik dangdut sendiri yang diberi nama Dian Prima. Meski begitu, di balik kesuksesannya sebagai seorang penyanyi tarling terkenal, ada perjalanan panjang penuh liku yang harus dilalui Diana Sastra.
Wanita kelahiran 14 Maret 1978 itu mengawali kariernya sebagai penyanyi sejak dia duduk di bangku SMA. Saat itu, Diana Sastra merupakan seorang penyanyi yang sering tampil dari panggung ke panggung bersama sebuah grup musik dangdut asal Cirebon.
Pertemuan Diana Sastra dengan grup musik dangdut itu berawal dari keikutsertaannya dalam sebuah ajang perlombaan menyanyi yang diadakan oleh sebuah stasiun radio di Jalan Tuparev, Kabupaten Cirebon.
Meski saat itu dia tidak lolos sebagai juara, Diana Sastra justru mendapat tawaran untuk ikut bergabung dengan sebuah grup musik dangdut tersebut. Tawaran itu bahkan datang langsung dari salah seorang pimpinan grup musik dangdut yang kala itu turut menjadi juri dalam perlombaan yang diikuti oleh Diana.
"Waktu lomba, saya enggak sampe babak final. Tapi waktu selesai ikut lomba, saya diajak bicara sama salah satu juri. Dia bilang 'kamu mau enggak nyanyi sama saya'. Kebetulan dia adalah salah satu pimpinan grup organ dangdut. Namanya Ibu Teti Tiara (Almarhum)," kata Diana.
Bersama grup musik dangdut yang dipimpin oleh Teti Tiara, Diana Sastra pertama kali mentas sebagai penyanyi dalam sebuah acara hajatan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Hanya saja, belum lama mengawali profesinya sebagai seorang penyanyi, Diana Sastra justru mendapat kendala akibat adanya larangan dari keluarga.
"Waktu itu bisa dibilang itulah awal karier saya jadi penyanyi. Tapi itu juga saya punya kendala. Ibu saya, kakak saya, mereka tahu kalau saya jadi penyanyi. Akhirnya malah tidak boleh," kata Diana.
Namun demikian, semangat Diana Sastra untuk tetap menggeluti dunia tarik suara tidak pernah surut. Hingga akhirnya, pihak keluarganya secara perlahan mulai memberi izin. "Akhirnya saya diberi izin, tapi ada syaratnya. Syaratnya saya tidak boleh nyanyi (manggung) di daerah sendiri. Makanya waktu itu saya nyanyinya di luar desa," kata dia.
Singkat cerita, ia pun melanjutkan kariernya dari panggung ke panggung sembari terus mengasah kemampuannya agar bisa menjadi seorang penyanyi yang lebih profesional. Khususnya dalam bidang musik tarling.
Keseriusan Diana Sastra dalam menggeluti musik tarling pun akhirnya membuahkan hasil. Saat ini, nama Diana Sastra sebagai penyanyi tarling tidak hanya dikenal oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Sebab, dia juga pernah mendapatkan tawaran untuk manggung di luar negeri. Beberapa negara yang pernah disinggahi oleh Diana Sastra untuk manggung di antaranya adalah Korea dan Taiwan. "Saya manggung paling jauh itu ke Taiwan dan Korea. Biasanya yang ngundang itu komunitas-komunitas TWK/TKI yang ada di sana," kata Diana.
(iqk/iqk)