Naskah kuno yang ada di Pangandaran saat ini masih ada yang eksis untuk dibacakan dalam waktu tertentu, salah satunya naskah Kacijulangan, dibaca setiap awal Muharam.
Selain Naskah Kacijulangan, warga Pangandaran saat itu berhasil menyalin naskah kuno dalam sebuah catatan kecil. Kabupaten Pangandaran sama dengan daerah lainnya di Jawa Barat, memiliki selembaran khazanah tradisi tulis yang mengendap di masyarakat.
Sebagian elemen masyarakat pada wilayah tertentu menjaga erat naskah kuno sebagai sebuah tradisi tulis lama maupun naskah kuno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi yang diterima detikJabar dari berbagai sumber, salah satunya dalam Buku Pangandaran Dari Masa Ke Masa karya Nina Herlina Lubis.
Ia mengatakan, naskah lama maupun naskah kuno yang ada di Kabupaten Pangandaran secara umum masih dimiliki perseorangan atau milik keluarga yang menjadi benda pusaka yang diwariskan kepada anak cucu secara turun temurun.
Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran Risa Gantira mengatakan, 10 naskah kuno yang tersebar di Pangandaran terdapat di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran yang dimiliki warga bernama Icih.
"Semuanya hampir sudah disalin dalam bentuk tulisan tangan. Ada satu yang masih asli yaitu naskah Kacijulangan saat ini berada di warga Cijulang," ucapnya kepada detikJabar. Kamis (29/9/2022).
Menurutnya salinan naskah lama yang dimaksud hasil transliterasi atau alih tulis dalam huruf latin yang kemungkinan asalnya sebagian besar bertuliskan aksara Pegon.
"Adanya salinan naskah itu merupakan bukti kesadaran warga setempat yang berupaya melestarikan tradisi naskah agar tidak musnah," ucapnya.
Ia mengatakan isi dalam teks naskah kuno yang disalin sangat bervariatif, ada yang menceritakan soal mitos-legenda para tokoh lokal zaman kerajaan Sunda dan Majapahit.
Adapun naskah kisah legendaris perjalanan syiar Islam para tokoh Nusantara atau pun Timur Tengah. "Bahkan ada yang menceritakan soal mitos tanaman padi dan ada nasihat Sunda yang dikemas dalam puisi atau dikenal sawer," katanya.
Selain itu naskah lama itu banyak yang berisi soal keagamaan, etika, hukum, adat-istiadat, sejarah, legenda, mitos, pendidikan, ilmu pengetahuan, sastra, sastra-sejarah, seni, dan paririmbon atau mujarobat.
![]() |
Naskah lama itu termasuk tangible cultural heritage, artinya warisan budaya kebendaan yang bersifat kongkrit (material culture) dan mengandung teks yang dapat dikategorikan sebagai salah satu intangible cultural heritage 'warisan budaya non kebendaan' yang bersifat abstrak (immaterial culture).
Risa mengatakan, pihaknya saat ini berencana menyalin kembali naskah kuno yang ditulis dalam buku ke kertas yang bisa bertahan lama ataupun menuliskan ulang dalam bentuk dokumen.
Sehingga naskah lama bisa ditemukan dalam bentuk nyata dan bentuk digital sebagai arsip di bidang budaya.
"Kami juga masih menjalani proses verifikasi untuk menjadikan di sebagian wilayah Desa Cikalong menjadi kampung budaya, nantinya ada miniatur serba-serbi budaya Sunda. Termasuk penyimpanan naskah kuno tadi," ucapnya.
Progresnya baru sampe penetapan SK tanah yang dari tanah desa menjadi tanah kabupaten yang kemudian akan dibuatkan kampung Budaya.
"Kurang lebih akan dibuatkan di atas tanah 5 hektar di Desa Cikalong," ucapnya.
10 Naskah Kuno yang masih dipegang pribadi di Kabupaten Pangandaran
1. Naskah Sulanjana
Naskah berisi sebuah puisi dalam bahasa Sunda aksara latin yang isinya menceritakan cara menanam padi, mengolah dan pemuliaan padi hingga menceritakan asal-usul tumbuhan dan kisah Nyi Pohaci.
2. Wawacan Suryanigrat
Naskah yang ditulis dalam bahasa Sunda dengan huruf latin. Bentuk karangan berupa puisi dalam pupuh Asmarandana. Dalam isinya menceritakan seorang raja yang bernama Suryaningrat.
3. Jaka Bayawak
Naskah yang ditulis dalam bahasa Sunda dengan aksara latin. Berbentuk puisi dimulqi pupuh Sinom dan ditutup pupuh Durma. Bercerita tentang petualangan seorang Jaka Bayawak dalam zaman pra Islam di Nusantara.
4. Naskah Empu Gandring
Karangan bahasa Sunda dengan aksara latin bsrbentuk puisi dimulai pupuh Asmarandana ditutup Pupuh Pangkar.
Berisi tentang kisah sebuah Keris Empu Gandring yang menyebabkan pembunuhan. Tokoh didalamnga Tunggul Ametung, Ken Dedes dan Ken Arok.
5. Ogin
Naskah wawacan Ogin berupa nasakah puisi dalam bahasa Sunda ditulis dengan huruf latin dimulai pupuh Asmarandana diakhiri Pupuh Magatru.
Bercerita tentang tokoh utama berbama Ogin termasuk cerits seorang santri yang berisi keislaman.
6. Lutung Kasarung
Naskah bahasa Sunda bertuliskan aksara latin dengan puisi dimulai pupuh Asmarandana. Bercerita tentang kisah seorang Pangeran yang menyamar menjadi lutung karena ingin membantu seorang putri.
Baca juga: Nestapa di Priangan Timur |
7. Sawer Mbah Buhun
Naskah dalam bahasa Sunda bertuliskan aksara Latin yang merupakan puisi dimulai dengan Dangdanggula. Bertuliskan tentang sawer buhun untuk keperluan acara hajatan.
8. Bubuka
Tembang Naskah berupa puisi dalam aksara latin berbahasa Sunda. Naskah ini berupa kumpulan rumpaka tembang, yang diawali Asmarandana dan diakhiri pupuh Kinanti yang digunakan untuk acara hajatan.
9. Bubuka Tembang
Naskah dalam bahasa Sunda ditulis huruf latin yang berbentuk karangan puisi. Naskah kumpulan sawer Buhun, meliputi Sawer Panganten (Sawer Pengantin) Mbah Buhun.
10. Tembang Wawacan Gelatik
Naskah dalam bahasa Sunda ditulis dengan huruf latin. Berisi tentang rumpaka tembang yang diawali Asmarandana diakhiri dengan pupuh Kinanti.
Kemudian ada 1 naskah yang kondisinya masih utuh yang bernama Naskah Purwaning Jagat atau Kacijulangan. Dalam naskah tersebut dibagi menjadi dua, yakni, sajarah alit jeung ageung.
Berceritakan tentang penciptaan alam semesta, dari mulai roh hingga Nabi Adam. Bahkan setiap bab nya memiliki cerita yang berbeda. Saat ini naskah aslinya berada di Ketua Lembaga Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha di Cijulang.