Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi budaya masing-masing. Di Kabupaten Majalengka, setiap memasuki Bulan Safar ada tradisi nyiramkeun atau mencuci pusaka.
Sebanyak ratusan berbagai jenis benda pusaka yang dicuci dalam kegiatan tersebut merupakan peninggalan kerajaan Talaga Manggung. Kegiatan nyiramkeun pusaka ini digelar di Museum Talaga Manggung, Talaga Wetan, Senin (12/9/202).
Dilaksanakannya tradisi nyiramkeun pusaka ini sebagai peringatan masuk Islamnya Raden Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum yang terjadi pada hari Senin Bulan Safar dan meninggalnya Sunan Talaga Manggung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang dari keluarga kerajaan Talaga Manggung, Teten Wilman mengatakan, selain untuk menjaga kearifan budaya lokal, tradisi ini juga merupakan ajang silaturahmi sesama keturunan kerajaan Talaga Manggung.
"Waktunya itu pasti (digelar) hari Senin, Bulan Safar. Tanggalnya, tanggal belasan yang terakhir, antara tanggal 13 atau 19," kata Teten kepada detikJabar.
Untuk air pencucian benda-benda pusaka tersebut diambil dari sembilan sumber mata air yang berasal dari tempat bekas wilayah Kerajaan Talaga Manggung.
Sembilan lokasi sumber mata air tersebut, diantaranya dari Gunung Bitung, Situ Sangiang, Cikiray, Wanaperih, Lemahabang, Regasari, Ciburuy, Cicamas dan Nunuk.
"Air yang digunakan dari sembilan sumber mata air. Untuk pengambilannya sendiri diambil oleh Kuncen dengan cara menggunakan wadah bambu kuning," ujar dia.
Bupati Majalengka Karna Sobahi menyampaikan, tradisi nyiramkeun pusaka sudah menjadi agenda rutin setiap tahun. Ia berharap, upacara adat ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk dunia pariwisata di Kabupaten Majalengka.
"Kami senantiasa mendorong dan mendukung pengembangan pelestarian kebudayaan serta pemanfaatan kebudayaan khususnya di sektor Pariwisata," kata Karna saat menghadiri kegiatan tersebut.
(iqk/iqk)