Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai tempat wisata ziarah yang memiliki sejumlah tempat keramat dan tradisi budaya yang menarik. Di Panjalu juga terdapat sebuah danau dengan pulau kecil di tengahnya bernama Situ Lengkong.
Berikut tempat keramat dan tradisi yang ada di Kecamatan Panjalu yang menarik untuk dikunjungi.
1. Situ Lengkong
Situ Lengkong ini memiliki panorama indah dengan luas sekitar 64 hektar. Pulau di tengahnya bernama Nusa Gede atau Nusa Larangan sebagai daya tariknya. Tempat tersebut selalu menjadi tujuan wisatawan saat berziarah sebagai peninggalan Prabu Borosngora yang merupakan Raja Panjalu, penyebar Islam di wilayah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situ Lengkong ramai setiap akhir pekan, wisatawan yang datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung hingga wilayah Jawa Timur. Di situ ini wisatawan bisa menaiki perahu mengelilingi danau atau pun menyebrang ke Nusa Gede. Di tengah pulau itu terdapat makam Raja Panjalu yaitu Prabu Hariang Kancana.
Di area Situ Lengkong terdapat berbagai toko yang menyediakan berbagai oleh-oleh khas Panjalu dan Ciamis. Ada juga beberapa rumah makan yang menyajikan makanan khas Ciamis.
Bila beruntung, wisatawan bisa melihat kawanan kalong (kelelawar besar) yang beterbangan di tengah pulau Nusa Gede. Fenomena itu pun menjadi salah satu daya tarik Situ Lengkong.
Air Situ Lengko ini biasa dijadikan oleh-oleh para peziarah. Air yang ada di Nusa Gede ini berasal dari situ, kemudian disuling ke atas dan disaring, disimpan dalam penampung air. Sehingga wisatawan maupun peziarah tinggal memutar keran untuk minum, berwudu maupun dibawa pulang dengan ditampung pakai botol plastik.
Konon, menurut sejarah, Situ lengkong ini terbentuk dari air zamzam yang dibawa Raja Panjalu Prabu Boros Ngora dari Timur Tengah, setelah menimba ilmu Islam kepada Sayyidina Ali RA.
Ceritanya, Raja Panjalu Prabu Boros Ngora awalnya bukan seorang muslim. Ia dikenal seorang yang hebat, sering menantang seseorang yang jago beladiri.
Saat itu Prabu Boros Ngora berjalan menuju Timur Tengah dan bertemu dengan Sayyidina Ali, lalu bertarung dan mengakui kehebatan Sayyidina Ali hingga memutuskan menjadi muridnya. Prabu Boros Ngora menjadi seorang muslim dan namanya diganti menjadi Syeh Abdul Iman.
Saat pulang, Prabu Boros Ngora mendapat oleh-oleh pesang dan air 'zamzam' di wadah gayung, tapi gayung itu bolong. Setelah sampai di Panjalu, lalu ditumpahkan di lokasi Situ Panjalu.
2. Bumi Alit
Bumi Alit bisa dikatakan juga museum tempat menyimpan benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan benda pusaka Kerajaan Panjalu. Uniknya Bumi Alit ini dipagar dikelilingi pohon waregu. Dalam bahasa Sunda Bumi Alit berarti rumah kecil.
Benda pusaka yang tersimpan di Bumi Alit yang paling terkenal, Pedang Zulfikar yang merupakan oleh-oleh dari Sayidina Ali RA kepada Prabu Borosngora.
Adapun benda pusaka lainnya adalah Cis atau tombak bermata dua, keris komando, keris, pancaworo atau senjata perang zaman dulu, bangreng, gong kecil, kujang dan lainnya.
Setiap tahun pada bulan Rabiul Awal atau Maulid, benda pusaka di Bumi Alit itu dikeluarkan untuk dibersihkan. Tradisi membersihkan benda pusaka itu disebut Upacara Adat Nyangku.
![]() |
3. Upacara Adat Nyangku
Upacara Tradisi Nyangku atau tradisi pencucian benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora digelar pada bulan Mulud di hari ganjil Senin atau Kamis. Sekaligus sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini biasa diikuti oleh ribuan warga Ciamis dan luar daerah seperti dari wilayah Jawa Timur.
Prosesinya, Nyangku diawali dengan mengeluarkan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi Alit. Pusaka lalu diarak dibawa dengan cara digendong (diais) oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih. Diiringi dengan solawat dan alat musik gembyung menuju Nusa Gede (Pulau di tengah Situ Lengkong Panjalu).
Pusaka dibawa kembali ke Taman Borosngora untuk dilakukan ritual Jamas. Membersihkan dengan cara mencuci benda pusaka. Menggunakan 7 sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut 'Cai Karomah Tirta Kahuripan'.
Pembungkus pusaka dibuka lalu dibawa ke tempat pembersihan yang terbuat dari bambu yang terletak di tengah taman. Dibersihkan menggunakan air dan jeruk nipis. Setelah dibersihkan pusaka diolesi minyak khusus lalu dibungkus kain putih dan disimpan kembali ke Bumi Alit.
Nyangku sudah dilakukan sejak zaman dulu secara turun temurun untuk merawat benda pusaka. Tujuannya untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam. Untuk melestarikan budaya dan melestarikan peninggalan zaman dulu.
4. Tradisi Nyepuh dan Nalekan di Situs Geger Emas
Tradisi Nyepuh dari Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, dilaksanakan setiap menjelang bulan Ramadhan. Tujuannya untuk membersihkan atau mensucikan diri.
Tradisi Nyepuh ini diawali dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan berjalan kaki menuju makam KH Panghulu Gusti di Situs Geger Emas, yang dipercaya sebagai salah satu tokoh penyebar islam pertama di Desa Cipmas Panjalu.
Dalam prosesi Nyepuh, masyarakat mengenakan pakaian putih. Sambil berjalan kaki warga bersolawat sambil diiringi tabuhan musik tradisional Gemyung.
Sebelum sampai di komplek makam, warga kemudian mengambil air dari mata air Geger Emas untuk Ziarah ke makam. Setelah sampai di makam KH Panghulu Gusti warga melakukan doa bersama, tawasulan dan tausiyah.
Setelah selesai Tradisi Nyepuh ditutup dengan makan bersama di lokasi hutan, tumpeng yang dibawa sebelumnya telah dipersiapkan dimasak dari tradisi Nalekan.
Tradisi Nalekan ini memasak tumpeng yang bahan-bahannya dari warga tapi dengan syarat harus halal. Terutama asal bahan tersebut. Yang memasak merupakan orang pilihan, ibu-ibu yang sudah menopouse atau yang sudah tidak haid.
Selain ziarah, dalam tradisi Nyepuh ini juga dilakukan penanaman bibit pohon. Tujuannya sebagai bentuk kepedulian memelihara dan melestarikan alam. Agar seterusnya bisa diwariskan untuk anak cucu.
Nyepuh itu istilah sepuh (orang tua). Jadi menurut sepuh dulu hidup itu harus seperti padi semakin tua harus semakin berisi dan semakin tahu sopan santun. Intinya Nyepuh ini dilaksanakan menjelang bulan ramadan tujuannya mensucikan diri.
Nyepuh ini sudah dilaksanakan sejak jaman dulu secara turun temurun. Biasanya dilakukan sehari setelah 15 bulan Syaban atau Nispu Syaban. Dikenal juga sebagai tutup buku dan buka lembaran baru. Sehingga saat membuka lembaran baru ini harus diisi dengan kegiatan positif.
5. Curug 7 Cibolang
Air terjun atau Curug Tujuh Cibolang di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Merupakan salah satu objek wisata alam yang menawarkan banyak keindahan.
Terletak di kaki Gunung Sawal di Desa Sandingtaman curug ini juga dikenal sebagai Curug Tujuh. Berada di dalam RPH Panjalu BKPH Ciamis KPH Ciamis. Memiliki luas 40 Ha dikelilingi Bukit Ciparang dan Cibolang.
Untuk menuju lokasi curug pertama, wisatawan harus berjalan kaki dari pintu masuk. Pengunjung diharuskan mendaki tangga batu yang cukup tinggi.
![]() |
Tapi tak perlu khawatir, selama perjalanan pengunjung tidak akan merasa lelah. Sepanjang perjalanan ada pemandangan hutan pinus yang menyegarkan mata ditambah dengan udara yang sejuk khas pegunungan.
Di curug pertama, pengunjung langsung bisa menikmati curug yang menjulang dengan ketinggian lebih dari 50 meter. Air curug yang tidak pernah surut itu langsung bisa terasa sampai ke muka dengan sensasi dingin. Hembusan dari air yang jatuh menimbulkan percikan-percikan air yang dibarengi dengan angin.
Di bawah curug terdapat kolam air cukup dalam sampai perut orang dewasa. Di kolam ini pengunjung bisa berendam sambil menikmati pijatan dari air curug yang jatuh atau hanya bermain air.
Curug memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Juga memiliki keunikan tersendiri. Menurut warga, 7 curug ini memiliki nama tersendiri yakni Curug Satu, Curug Dua, Curug Tiga, Curug Cibolang, Curug Cimantaja, Curug Cileutik dan Curug Cibuluh. Ketujuh curug ini mengalirkan air ke Sungai Cibolang dan Cimantaja.
Menurut kabar, konon di salah satu Curug ada yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Hal tersebut karena air terjun yang mengalir berasal dari Gunung Sawal yang diduga mengandung belerang.