Mengenal Tradisi Panah Kasumedangan

Mengenal Tradisi Panah Kasumedangan

Nur Azis - detikJabar
Selasa, 23 Agu 2022 20:00 WIB
Abah Apin, pelestari Panah Kasumedangan.
Abah Apin, pelestari Panah Kasumedangan (Foto: Nur Azis/detikJabar).
Sumedang -

Kabupaten Sumedang memiliki begitu banyak warisan budaya. Salah satunya panah kasumedangan atau seni olahraga panahan.

Salah satu pelestari panah kasumedangan, Apin Robani atau biasa dipanggil Abah Apin (62) memaparkan panah kasumedangan merupakan salah satu warisan tradisi dari Kerajaan Sumedang Larang.

"Panah kasumedangan ini, kedudukannya sama seperti keris, selain sebagai senjata juga memiliki filosofinya sendiri," ungkap Abah Apin saat ditemui detikJabar di rumahnya di Cirangkong, Kecamatan Sumedang Selatan, Senin (21/8/2022) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apin melanjutkan panah kasumedangan memiliki sebuah ajaran tentang konsep diri dalam seni olahraga.

"Makanya ada peribahasa manah maneh matuh meh matih atau yang berarti tentang keteguhan dalam menjalankan sesuatu," ungkapnya saat ditemui detikJabar di rumahnya di Cirangkong, Kecamatan Sumedang Selatan belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, itu kenapa dalam praktiknya, panah kasumedang berbeda dengan olahraga panahan pada umumnya. Atau, panah kasumedangan tidak menggunakan bidikan mata akan tetapi intuisi.

"Itu kenapa dalam Sunda disebut 'manah' (menggunakan hati) bukan 'manon' (menggunakan bidikan mata), karena panah kasumedangan itu menggunakan perasaan," paparnya.

Dalam panah kasumedangan, ujung belakang anak panah yang ditarik dari busurnya di simpan tepat di depan dada saat membidik sasaran target.

"Kalau umumnya, memanah itu kan anak panahnya disimpan di pipi dan dibidik oleh mata agar tepat sasaran target, kalau memanah ala kasumedangan, itu ujung belakang anak panah disimpan di dada saat ditarik dari busurnya," paparnya.

Apin menyebut, ada beberapa istilah dalam panah kasumedangan. Diantaranya untuk sebutan busurnya dinamakam gondewa atau jamparing. Sementara pada bagian anak panah ada yang disebut bedor seukeut atau ujung anak panah yang tajam.

"Bagian lain dari anak panah ada yang disebutnyènyèp atau ujung belakang anak panah yang berbulu. Kemudian untuk sasaran target namanyaberendol, itu terbuat dari lapisan-lapisangedebok pisang yang dikeringkan kemudian disayat tipis-tipis lalu dibikin sebuah bulatan mirip bola,"paparnya.

Dalam kompetisi, para pemanah kasumedangan membentuk setengah lingkaran yang para pesertanya bisa mencapai seratusan lebih. Masing-masing mereka harus tepat mengenai sasaran target (berendol).

"Jadi menembakan panahnya itu secara bersamaan, nanti dapat terlihat panah siapa saja yang mengenai sasaran target, tiap anak panah biasanya memiliki ciri khusus untuk membedakan anak panah satu dengan lainnya," tuturnya.

Apin menyebut panah kasumedangan oleh sejumlah orang masih berupaya dilestarikan. Salah satunya oleh masyarakat adat Sumedang yang tersebar di beberapa wilayah Sumedang seperti diantaranya di Jatinangor, Darmaraja, Tanjungsari dan wilayah lainnya.

"Panah kasumedangan ada juga yang melestarikannya oleh beberapa orang di Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, Kuningan, Bogor dan itu diketahui saat ada pagelaran pasanggiri panah kasumedangan," paparnya.

Kendati demikian, kata Apin, gelaran pasanggiri panah kasumedangan secara besar-besaran terhitung sudah jarang digelar. Pasanggiri panah kasumedang secara besar-besaran pernah dilaksanakan di lapangan sepakbola Ahmad Yani Ketib oleh masyarakat adat Sumedang pada sekitar tahun 2004-2005.

"Kalau pasanggiri secara besar-besaran dulu sering digelar seperti sekitar tahun 2000 sampai 2005 tempatnya di alun-alun Sumedang, terus di lapang Ketib pernah mencatatkan rekor," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads