Fosil hewan purba yang terkubur di Pulau Sirtwo, kawasan Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) jadi bukti kehidupan masa lalu yang memperkaya khazanah keilmuan dan koleksi kepurbakalaan.
Temuan fosil di Pulau Sirtwo awalnya dilaporkan warga Kampung Suramanggala, Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Oktober 2021 lalu.
Hasil survei ke lokasi, paleontolog menemukan sedikitnya 17 titik fosil tulang hewan (verterbrata) berbagai jenis dan bentuk. Peneliti juga menemukan fosil gajah. Penemuan terakhir ini dianggap sangat menggembirakan, karena populasi gajah di Jawa sudah lama punah. Penemuan fosil gajah bisa jadi bukti bahwa dulu di pulau Jawa juga pernah hidup gajah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kawasan Sirtwo Island juga, tim peneliti menemukan beberapa hewan purba yang berasal dari kelompok Bovidae (sapi, kerbau dan banteng), Cervidae (kelompok rusa) dan Elepha maximus (gajah). Fosil gajah telah diselamatkan lebih awal karena letaknya yang lebih dekat dengan permukaan air waduk Saguling.
Namun peneliti masih belum bisa memastikan usia fosil gajah dan hewan lain yang ditemukan di Pulau Sirtwo. Saat ini mereka masih menunggu hasil uji sampel secara radioaktif laboratorium di Swiss.
"Tim peneliti gabungan ITB dan UI sudah mengambil sampel untuk diteliti secara radioaktif. Sampel kini dianalisis di laboratorium di Swiss. Butuh waktu yang lumayan panjang agar hasilnya keluar karena analisisnya detail," ungkap Paleontolog UI, Sukiato Khurniawan kepada detikjabar, Senin (22/8/2022).
Sukiato menilai analisis radioaktif ini sangat penting untuk mengetahui umur fosil dan keterkaitannya dengan situs-situs lain di sekitar lokasi penemuan fosil. Salah satunya yakni situs Gua Pawon yang juga jadi lokasi temuan sejumlah artefak dan fosil penting kehidupan masa lampau.
"Pengujian ini sangat penting dilakukan untuk menjawab teka-teki umur lapisan batuan di Sirtwo Island, sebelum disimpulkan lebih lanjut terkait hubungan situs Sirtwo dengan situs-situs lain di sekitar Rajamandala, misalnya Gua Pawon," tutur Suki.
Ia mengatakan sebagai saintis pihaknya tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan yang salah tanpa landasan yang sifatnya objektif terlebih karena ini situs yang unik.
"Sehingga kami harus berhati-hati agar tidak memberikan informasi yang salah kepada masyarakat umum dan komunitas akademis," ucap Suki.
(mso/mso)