Andries de Wilde, Ahli Bedah Pencetus Nama Sukabumi

JabarPedia

Andries de Wilde, Ahli Bedah Pencetus Nama Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 22 Jul 2022 13:16 WIB
Tugu Kujang Sukabumi.
Tugu Kujang Sukabumi. (Foto: Siti Fatimah)
Sukabumi -

Kota Sukabumi menjadi salah satu kota terkecil di Jawa Barat dengan luas 48,32 kilometer persegi. Meski begitu, penamaannya memiliki sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan Belanda.

Kota ini dulunya bernama Soekaboemi, nama yang pertama kali dikenalkan oleh seorang warga berkebangsaan Belanda yaitu Christoffel Johannes de Wilde pada 13 Januari 1815. Dia merupakan ahli bedah yang menjelajah tanah Sukabumi.

"Dalam laporan surveynya, Andries Christoffel Johannes de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi (dalam dua suku kata) sebagai tempat ia menginap di kampung Tji Colle (yang saat ini menjadi wilayah Kecamatan Cikole)," seperti dikutip detikJabar dari laman Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Kota Sukabumi, Jumat (22/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian menyebut, penamaan Sukabumi berasal dari bahasa Sunda yaitu Suka-Bumen yang berarti kawasan dengan udara sejuk dan nyaman, membuat orang-orang suka 'bumen-bumen' atau menetap. Ada juga yang menyebut Sukabumi berasal dari bahasa Sansekerta, berarti suka, 'kesenangan, kebahagiaan, kesukaan' dan bumi, jadi Sukabumi merupakan 'bumi kesukaan.'

Selain seorang ahli bedah, Andries de Wilde juga seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandung. Rumah dan gudangnya saat itu, sekarang sudah dijadikan kantor Pemerintah Kota Bandung.

ADVERTISEMENT

Pada 13 Januari 1815 lalu, de Wilde berkirim surat ke kawannya Pieter Englhard untuk mengajukan kepada pemerintah mengganti nama Tji Colle dengan nama Soekaboemi.

Sejak itulah sebagian wilayah Tji Colle resmi menjadi Soekaboemi dan sebagian lainnya menjadi Kecamatan Cikole. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut, terbukti hari ini bahwa Hari Jadi Kota dirayakan tiap 1 April.

Berawal dari Pengembangan Lahan Perkebunan

Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC. Van Riebek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan perkebunan kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi.

"Inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur. Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor," sambung tulisan tersebut.

Pada 25 Januari 1813, de Wilde membeli tanah di Sukabumi seluas lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa.

Sebelum berstatus kota, Sukabumi hanyalah dusun kecil bernama 'Goenoeng Parang' (sekarang Kelurahan Gunungparang) lalu berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole dan Parungseah.

Pada 1 April 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente (Kotapraja) dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pelayanan istimewa.

Selanjutnya pada 1 Mei 1926, Mr. G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester (Wali Kota). Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, tiga gereja Kristen (Pantekosta, Katholik, Bethel), HKBP (Pasundan), pembangkit listrik Ubrug Cipoho dan Sekolah Polisi Gubermen.




(tey/tya)


Hide Ads