Payung Geulis Tasikmalaya Bertahan dari Ancaman Kepunahan

Payung Geulis Tasikmalaya Bertahan dari Ancaman Kepunahan

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 16 Mei 2022 11:17 WIB
Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya.
Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Berbiacar soal Tasikmalaya, tentu tak bisa dilepaskan dari payung geulis yang sudah jadi ciri khasnya. Kerajinan khas Tasikmalaya ini berbahan kayu, bambu, dan kain atau kertas itu memang geulis alias cantik. Terutama bagian atas payung yang dihiasi lukisan beragam motif dan warna.

Sentra kerajinan payung geulis Tasikmalaya terpusat di Kampung Panyingkiran, Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya.

DetikJabar menyambangi sentra payung geulis tersebut baru-baru ini. Begitu masuk atau belok kiri dari Jalan RE Martadinata ke
Kampung Panyingkiran, mural bertema payung geulis menyambut dan menegaskan ciri sebagai sentra payung geulis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun suasana tampak lengang. Beberapa rumah yang memasang plang perajin payung tampak tutup atau terlihat tak ada aktivitas. Beruntung ada satu rumah
perajin yang terlihat beraktivitas.

"Kita baru refresh, memulai lagi semuanya dari nol. Habis babak belur karena pandemi Corona," kata Sandi, perajin payung geulis Karya Utama.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, imbas pandemi COVID-19 membuat omzet penjualannya berkurang hingga 90 persen. Sebab, selama ini, pasar atau konsumen utama payung geulis adalah acara atau event yang memanfaatkan payung geulis sebagai dekorasi atau merchandise. Entah itu pesta pernikahan, kegiatan seremonial pemerintahan, dan lainnya.

Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya.Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Saat pandemi, semua kegiatan itu ditiadakan atau dilarang. Praktis berdampak pula terhadap penjualan payung geulis.

"Acara-acara yang selama ini jadi andalan kami tak boleh digelar, ya jelas berpengaruh sekali kepada kami. Serius, sampai 90 persen penurunannya," ungkap Sandi.

Hal serupa juga terjadi pada konsumen yang berasal dari sekolah-sekolah. Sebelumnya, sekolah atau pelajar menjadi pangsa pasar potensial bagi perajin payung geulis.

Sebelum pandemi, banyak sekolah yang membeli payung polosan untuk dilukis pelajar. Tak sedikit pula pelajar yang sengaja datang untuk belajar proses pembuatan payung geulis. Selama pandemi, potensi pasar itu semuanya mendadak hilang.

"Boro-boro belajar payung geulis, sekolahnya juga online. Dari biasanya bisa menjual 500 pcs per bulan, drop hanya puluhan saja. Lama-lama modal habis oleh kebutuhan," tutur Sandi.

Kondisi serupa dialami lima perajin di sentra payung geulis Panyingkiran Kota Tasikmalaya. Namun sekarang harapan untuk bangkit kembali muncul, seiring redanya pandemi COVID-19.

"Sekarang mulai bangkit lagi, mudah-mudahan keadaan kembali normal. Secara bertahap pesanan mulai masuk lagi," ucap Sandi.

Payung geulis ditawarkan ke konsumen dengan tiga pilihan ukuran, mulai dari kecil, sedang, dan besar. Paling kecil diameternya sekitar 40 sentimeter, cocok untuk dekorasi.

Sementara ukuran besar diameternya sekitar 1 meter. Selain itu ada ukuran khusus untuk pengantin dengan diameter sekitar 2 meter.

"Yang kecil harganya Rp 50 ribu, sedang Rp 70 ribu, dan besar Rp 90 ribu," papar Sandi.

Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya.Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Bagi Sandi, menekuni usaha payung geulis tak hanya sebatas mata pencaharian. Lebih dari itu, ini merupakan ikhtiar yang dilakukannya untuk menjaga tradisi dan kelestarian payung geulis.

"Kalau sampai payung geulis punah, berarti gambar payung yang ada di logo Pemkot Tasikmalaya harus dihapus. Masak logonya ada, sementara perajinnya enggak ada, kan lucu jadinya. Makanya kita akan terus bertahan," jelasnya.

Sandi juga mengaku gigih menjadi perajin payung geulis karena kerajinan ini telah menjadi kebanggaan keluarganya. Sandi merupakan cucu dari mendiang Aod Sahrod, perajin payung geulis terkenal di Tasikmalaya.

Selain sukses mengembangkan bisnis payung geulis, Aod Sahrod juga pada tahun 1992 silam menerima penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto atas kiprahnya mengembangkan payung geulis

"Jadi leluhur saya memang perajin payung geulis. Makanya dalam kondisi apapun, sekuat tenaga akan tetap bertahan, payung geulis jangan sampai punah," kata Sandi.




(ors/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads