Filosofi Lima Warna pada Lilin di Vihara Tanda Bhakti

Filosofi Lima Warna pada Lilin di Vihara Tanda Bhakti

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Senin, 16 Mei 2022 01:00 WIB
Suasana Waisak di Vihara Tanda Bhakti Bandung.
Suasana Waisak di Vihara Tanda Bhakti Bandung. (Foto: Wisma Putra)
Bandung -

Umat Buddha merayakan Hari Raya Waisak pada Senin (16/5/2022). Sebagian besar Vihara telah mempersiapkan sejak awal Mei, salah satunya Vihara Tanda Bhakti yang terletak di Jl. Vihara No.3, Kb. Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung.

Vihara ini telah melakukan ritual memandikan rupang Buddha hingga menyiapkan persembahan. Dalam semua ritual tersebut memiliki makna tersendiri.

Suasana Waisak di Vihara Tanda Bhakti Bandung.Suasana Waisak di Vihara Tanda Bhakti Bandung. Foto: Wisma Putra

Termasuk dalam lima warna yang terkandung pada masing-masing puja lilin yang terpasang di altar. Warna tersebut memiliki warna yang sama dengan bendera Buddhist yang terpasang di bagian dinding atas Vihara. Ada lima warna yakni biru, kuning, merah, putih, dan jingga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah terpasang di altar, lima lilin dengan lima warna. Masing-masing punya arti sendiri, yang harapannya arti dalam lima warna tersebut dapat diterapkan oleh umat Buddha," ujar Heny (45), Pemimpin Sembahyang di Vihara Tanda Bhakti, Sabtu (14/5/2022).

Heny mengawali penjelasan pada detikJabar mengenai warna pertama, yakni biru. Dalam ajaran Buddha, biru artinya berbakti pada siapa saja. "Berbakti pada orang tua, guru, para leluhur, dan Sang Buddha. Sehingga diajarkan agar dapat menghormati mereka yang memberikan jasa dan membimbing," ujar wanita yang telah satu tahun dipercaya memimpin sembahyang di Vihara tersebut.

ADVERTISEMENT

Warna selanjutnya yakni kuning, yang memiliki arti kebijaksanaan. Dalam hal ini, Heny memberi contoh terkait bagaimana manusia mengambil langkah keputusan. "Jangan berpikir pendek, harus melihat ini baik atau tidak bagi kehidupan kita di masa selanjutnya. Keputusan apapun yang diambil pasti akan membawa pengaruh beberapa waktu ke depan," tambahnya.

Merah sebagai warna ketiga memberi artian cinta kasih pada semua makhluk hidup, bahkan pada makhluk yang tidak terlihat pun harus dihormati dengan cara didoakan. "Dalam istilah umah Buddha adalah 'Sabbe satta bhavantu sukhitatta', artinya semoga semua makhluk berbahagia. Pedoman ini yang dipegang agar kita tak hanya berlaku baik pada sesama umat manusia," jelas Heny.

Dua warna terakhir yakni putih yang berarti suci dan jingga artinya semangat. Dalam penjelasan warna putih, Heny memberi pengertian mengapa perlu dilakukan ritual pemandian rupang Budha.

"Pemandian rupang Budha ini bukan sekedar memandikan biasa tetapi juga ritual untuk mengingat ajaran sang Buddha. Dengan begitu, hati kita akan kembali suci seperti warna putih," terangnya.

Jingga sebagai warna terakhir, dicontohkan tentang sikap kita dalam menghadapi hidup yang harus semangat.

"Contohnya saat di posisi terburuk pun, saat pandemi atau tidak punya uang kita harus semangat. Kelima warna ini terpancar dari tubuh Sang Buddha saat mencapai penerangan sempurna. Ajaran ini harapannya agar bisa diterapkan umat Buddha dalam kehidupan sehari-hari," pungkasnya.




(aau/tya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads