Cerita Eyang Jagasatru, Leluhur Asli Cijulang Penjaga Pantai Batukaras

Cerita Eyang Jagasatru, Leluhur Asli Cijulang Penjaga Pantai Batukaras

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Minggu, 06 Mar 2022 18:07 WIB
Tugu Marlin Cijulang
Tugu Marlin Cijulang (Foto: Aldi Nur Fadillah)
Pangandaran -

Selain terkenal dengan objek wisata alamnya yang indah, Kabupaten Pangandaran menyimpan catatan sejarah yang kental akan budaya sekitar. Salahsatunya cerita Eyang Jagasatru di Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Sebuah kisah yang menceritakan leluhur asli warga Cijulang dengan sebutan Jagasatru. Menurut keterangan warga asli Cijulang, Jagasatru merupakan penjaga pantai di kawasan Sanghiyang Kalang, pantai Batukaras.

Tokoh masyarakat Cijulang Ajat Jatnika (52) mengatakan, Jagasatru merupakan sebutan lain dari kata penjaga dan satu yang kuat. Jadi Jagasatru itu orang yang kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu eyang Jagasatru adalah penjaga pantai dari kejahatan para bajak laut di wilayah pesisir Pangandaran yang merampas," katanya kepada DetikJabar, Minggu (6/3/2022).

Dia menyebutkan bahwa hampir mayoritas warga asli Cijulang keturunan Eyang Jagasatru yang hidup sekitar abad ke 16 "Namun tidak semua keturunan Eyang Jagasatru, kerunannya sudah hampir terputus," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Saat ini para keturunan Eyang Jagasatru sering melaksanakam reuni. "Setiap tahun ada reuni para keturunan Jagasatru yang dilkasanakan rutin, untuk merawat silaturahmi," katanya.

Menurut Dia Eyang Jagasatru masih murid dari Eyang Sembah Agung yang merupakan leluhur tertua warga Cijulang.

"Kesaktian Jagasatru untuk menjaga pantai sangatlah sakti, punya ilmu kemarifatan yang berdasarkan pengkuh agamana, luhung elmuna, jembar budayana, rancage gawena," ucapnya.

Bahkan menurutnya pakaian yang sering digunakan Jagasatru memakai baju pangsi hitam dengan membawa golok. "Jadi saat Jagasatru berdiri tegak di pesisir pantai, para bajo yang melihat Jagasatru akan mengurangi niatnya karena bayangan dari bajunya akan berbentuk besar," katanya.

Menurut dia kesaktian yang dimiliki para Eyang Jagasatru kadang tidak masuk akal manusia. "Tapi dongeng itu diceritakan turun temurun, menjadi bahasa tutur," ucapnya.

Ketua Lembaga Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha mengakatan bahwa Cijulang memang menyimpan catatan sejarah besar peradaban manusia di Pangandaran yang tersimpan dalam babad Cijulang.

"Bahkan ada uga atau pesan yang dilontarkan leluhur orang Cijulang," kata Erik.

Leluhur orang Cijulang ketika itu dalam kondisi tertentu, sehingga mengeluarkan kalimat yang tidak disadari keluar, nah itu disebut dengan uga. Sehingga uga tersebut terdengar oleh para sahabat, puteranya dan muridnya. Sehingga dihafalkan.

Diantaranya Uga yang keluar dari karuhun dulu, di masa yang akan datang bakalan ada masa dimana Cijulang Ngadeng Ku Anjeun, Parigi bakal ngajadi, Pangandaran boga ngaran.

Sampai saat ini sudah kejadian. Artinya leluhur orang Cijulang bukan orang yang biasa-biasa saja, manusia suci, dikasihi tuhan yang maha kuasa, yang harus kita tiru perilakuknya.




(yum/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads