Ada rencana besar Pemerintah Kolonial Belanda di balik pembangunan jalur kereta api Cijulang-Banjar-Pangandaran. Rencana itu terkait pembangunan tambang emas di Kecamatan Cimerak yang berada di jalur tersebut.
Ketua Lembaga Adat Kabupaten Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan, dalam cerita leluhur warga Cijulang. Pembangunan jalur kereta api Cijulang diantaranya untuk mempermudah akses ke Cimerak.
Pada tahun 1898, salah seorang pengusaha swasta F.J Nellensteyn mengajukan konsensi pembangunan jalur penghubung Pameungpeuk-Rancaherang-Klapagenep-Cijulang-Parigi- Cikembulan-Kalipucang-Padaherang-Banjar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu awalnya jalur KA Cijulang akan sampai Cimerak dengan rencana membangun pertambangan emas," ucap Erik.
![]() |
Sontak, pengajuan itu ditentang oleh Eyang Nara Uncal, salah seorang tokoh yang menulis ulang Babad cijulang. Eyang Nara Uncal menentang, karena khawatir penambangan emas di Cimerak bisa merusak alam.
Meski konsensi tetap diterima pemerintah kolonial, tetapi jalur pertambangan tersebut tak dikerjakan karena suatu hal. Salah satunya saran dari para sesepuh di Cijulang.
Sebelumnya, pemerintah kolonial telah melakukan penelitian yang menilai tanah di wilayah Batukaras, Cijulang dan Cimerak kaya akan potensi emas.
Baru kemudian, usulan datang dari pengusaha lainnya H.J Stroband. Ia mengajukan pembangunan trem uap dengan jalur yang lebih pendek dari usulan Nellensteyn. Usulan itu pun diterima untuk pembangunan jalur Banjar-Banjarsari-Kalipucang-Cikembulan-Parigi-Cijulang.
"Pengajuan tersebut akhirnya diterima pihak pemerintah pada zaman itu, sehingga jalur yang dibuat hanya sampai Cijulang saja," ucapnya.
Cerita ini memang tidak banyak orang yang tahu. Menurut Erik tersimpan dalam cerita Babad Kacijulangan. Eyang Nara Uncal merupakan salah satu kiai atau ulama murid dari sembah Agung yang menyebarkan agama Islam di wilayah Pangandaran.
Selanjutnya dari informasi yang dikutip detikJabar. Residen Priangan sendiri baru mengajukan pembangunan jalur kereta api Banjar-Parigi pada 1908. Jalur ini pun selesai dengan perincian segmen Banjar-Kalipucang pada tanggal 15 Desember 1916, dan selesai pada 1 Juni 1921.
(yum/bbn)