Pesan Sarat Makna dari Pagelaran Wayang Gagrak di Cirebon

Pesan Sarat Makna dari Pagelaran Wayang Gagrak di Cirebon

Ony Putra - detikJabar
Minggu, 27 Feb 2022 08:50 WIB
Pagelaran Wayang Gagrak Cirebon di Gedung Negara Cirebon.
Pagelaran Wayang Gagrak Cirebon di Gedung Negara Cirebon. (Foto: Ony Putra/detikJabar)
Cirebon -

Laskar Agung Macan Ali Nuswantara bersama Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Cirebon, Jawa Barat menyelenggarakan pagelaran wayang kulit Gagrak Cirebon.

Didalangi Anom Sunara Pratama dan Anom Wisnu Lanjaya, pagelaran dengan lakon 'Cungkring Takon Bedare Jimat Layang Kalimasada' ini diselenggarakan di Gedung Negara, Cirebon, Sabtu (26/2/2022) malam.

Menurut Ketua Pepadi Kota Cirebon, Elang Iyan Ariffudin, wayang kulit Gagrak Cirebon tema dari pagelaran itu menceritakan seorang punakawan yang bertanya mengenai dua kalimat syahadat kepada seorang ahli atau guru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, alur ceritanya, Cungkring ini sebagai punakawan atau kaum masyarakat bawah yang bertanya kepada ahlinya, yaitu kepada betara guru tentang jimat layang kalimasada atau tentang dua kalimat syahadat," kata Elang Iyan saat berbincang dengan detikjabar.

"Jimat itu, siji kang dirumat. Artinya nomor satu yang harus dijaga dan diamalkan. Layang kalimasada atau dua kalimat syahadat ini yang harus kita jaga dan amalkan. Kalau kita bisa menjaga dan mengamalkan dua kalimat syahadat insyaallah kita akan selamat di dunia dan di akhirat," jelas Elang Iyan.

ADVERTISEMENT
Pagelaran Wayang Gagrak Cirebon di Gedung Negara Cirebon.Pagelaran Wayang Gagrak Cirebon di Gedung Negara Cirebon. Foto: Ony Putra/detikJabar

Ia menuturkan, selain untuk melestarikan kesenian budaya Indonesia, pergelaran wayang kulit Gagrak Cirebon bertujuan memberi pesan kepada generasi muda agar tidak melupakan warisan leluhur.

Menurut Elang Iyan, selain bentuk kesenian, wayang kulit adalah salah satu media syiar yang digunakan dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali atau Wali Songo.

Berkaca dari hal tersebut, ia mengaku heran ketika ada pihak yang justru mengharamkan kesenian wayang kulit. Sebab, menurut dia, adanya agama Islam di Indonesia, salah satunya disebarkan melalui kesenian wayang.

"Kesenian kok diharamkan, apalagi ini adalah alat media syiar dari seorang wali. Tidak mungkin menggunakan hal yang haram," ucapnya.

Sementara itu, Margono (48) salah seorang penonton mengaku rela datang jauh-jauh dari Jakarta hanya demi menyaksikan secara langsung pertunjukan wayang kulit yang digelar di Cirebon.

Tidak sendiri, ia mengajak keluarganya menyaksikan pertunjukan ini. Margono mengaku sudah mulai menyukai kesenian wayang kulit sejak kecil.

"Dari kecil memang saya suka wayang. Jadi dulu kalau di kampung ketika ada acara sedekah bumi selalu ngundang wayang," kata pria asal Pati, Jawa Tengah ini.

Digelar Hybrid, Terapkan Protokol Kesehatan
Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali Nuswantara, Prabu Diaz selaku penyelenggara mengatakan, pertunjukan wayang Gagrak Cirebon ini sebelumnya direncanakan bakal digelar terbuka untuk umum.

Namun, rencana tersebut terpaksa batal dilakukan mengingat saat ini pemerintah Kota Cirebon kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Sehingga, jumlah penonton yang hadir pun terpaksa sangat dibatasi. Protokol kesehatan pun diterapkan dengan ketat. Pagelaran ini juga disajikan secara daring agar bisa disaksikan publik yang tak bisa ke lokasi.

"Sebetulnya gelaran ini rencananya akan dibuka untuk umum. Tapi karena pemerintah menerapkan PPKM Level 4, akhirnya kami menggelarnya secara live streaming melalui media sosial (Medsos)," kata Prabu Diaz.




(orb/bbn)


Hide Ads