Setelah berulangkali gagal berbisnis, pasangan suami-istri asal Garut ini akhirnya menemukan racikan usaha terbaiknya. Adam dan Laesa, sukses berbisnis kopi dengan memanfaatkan lahan tak terpakai di pinggir rumah.
Kisah sukses Adam dan Laesa ini bermula di tahun 2021. Setelah berulangkali gagal merintis bisnis di bidang minuman, Adam dan Laesa mencoba peruntungan menjalankan bisnis kopi.
"Awalnya saya bisnis minuman kekinian. Tapi karena banyak orang yang terlibat di sana, ada perselisihan akhirnya bubar. Setelah itu, saya dan istri mencoba bisnis kopi," ungkap lelaki berumur 29 tahun tersebut, kepada detikJabar, Senin, (13/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulanya, Adam membeli biji kopi ke petani. Berbekal mesin grinder sederhana miliknya, Adam dibantu sang istri menggiling kopi menjadi serbuk, kemudian mengemasnya untuk dijual kembali.
Bisnis ini dimulai dengan memasarkan kopi ke tetangga, hingga kerabat. Lambat laun, bisnisnya tumbuh, hingga Adam bisa menyuplai kopi ke sejumlah kafe yang ada di Garut.
"Tahun 2022 itu saya punya pelanggan empat kafe lah. Alhamdulillah bisa hidup dari sana," katanya.
Adam bisa memproduksi kopi hingga puluhan kilogram setiap minggunya. Dari arabica hingga robusta, semuanya ada. Ada beberapa varian rasa kopi yang bisa mereka buat. Mulai dari natural, full wash hingga yang jadi andalan, kopi wine.
Disebut kopi wine, karena rasanya yang cukup unik. Dimana, rasa kopi tersebut mirip wine, meskipun tidak memiliki kandungan alkohol.
Adam kemudian memberanikan diri menanam biji kopi di sebuah lahan kosong yang tak terpakai di pinggir rumahnya. Lahan gambut itu disulap menjadi kebun sederhana yang dipenuhi kopi hingga buah-buahan lainnya.
Uniknya, lahan di pinggir rumah Adam itu, berada di ketinggian kurang dari seribu Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL). Tapi, kopi robusta dan arabica tumbuh subur di sekitar seratusan pohon yang ditanam di sana.
Namun, permasalahan tidak berhenti sampai di situ. Persaingan dengan rumah produksi kopi yang lebih besar, membuat mereka mati kutu karena harganya yang terlampau jauh.
"Dari situ kami jatuh, karena persaingan harga. Pesaing karena modal dan produksinya lebih banyak, bisa menjual harga lebih murah," ungkap Adam.
Adam dan Laesa kemudian putar otak untuk menjual kopi buatan mereka. Marketplace kemudian menjadi penyelamat di kala ekonomi sedang lesu kala itu.
"Mulai nyoba-nyoba buka di Shopee, awalnya susah karena banyak juga saingannya. Tapi ke sini-ke sini, alhamdulillah mulai menemukan pasarnya," kata Laesa.
Meskipun omzet mereka belum menyentuh ratusan juta rupiah setiap bulannya, tapi Adam dan Laesa terus mempertahankan bisnisnya. Kini, dalam waktu seminggu, lebih dari 10 kilogram kopi bisa terkirim ke berbagai daerah dari rumah kecil mereka di Kecamatan Banyuresmi, Garut.
"Yang paling jauh kita kirim ke NTT dan NTB. Alhamdulillah sekarang bisa kirim jual kopi konsisten setiap harinya," kata Adam.
Adam mengaku ingin terus mengembangkan bisnis kopi dengan nama Sebungkus.id-nya dengan sang istri. Apalagi, mereka kini punya sekitar 11 orang karyawan yang setiap hari membantunya, dalam memproduksi kopi di rumah.
"Kita berdayakan ibu-ibu di sekitar rumah untuk membantu produksi. Meskipun upahnya tidak besar, tapi lumayan bisa nambah-nambah uang untuk belanja," pungkas Adam.
(dir/dir)